Cari Blog Ini

Rabu, 29 April 2020

Merancang Desain Pembelajaran Modern



Merancang Desain Pembelajaran Modern

Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I
Peserta guru Menulis Gelombang 8

Perkembangan teknologi yang semakin pesat terus membuat sistem pendidikan di Indonesia lebih baik dan lebih maju mengikuti negara lain. Sistem pendidikan terus mengalami perkembangan dari yang hanya menggunakan sistem konvensional beralih ke sistem yang serba digital. Awalnya proses belajar mengajar hanya terjadi di ruang kelas, namun sekarang proses belajar mengajar tak terikat oleh ruang dan waktu.


Salah satu solusi memperbaiki ketidakefektifan belajar yang dikarenakan faktor alam seperti bencana alam atau peristiwa luar biasa (Pandemi Virus Covid-19), maka perlu pelaksanaan pembelajaran secara blended learning

Blended Learning adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar yang menggabungkan, mengkombinasikan dan memadukan sistem pendidikan konvensional dengan sistem yang serba digital. dengan menggunakan metode Blended Learning terdapat interaksi secara langsung berupa diskusi langsung dalam proses belajar mengajar.

Dengan adanya Blended Learning pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja menggunakan internet. Pelajar dapat mengakses materi secara leluasa dan dituntut dapat belajar secara mandiri karena bahan ajar tersimpan secara online. Antara pengajar dan yang diajar dapat memberikan feedback baik berupa pertanyaan dan saran secara realtime. Sehingga diskusi serta tanya jawab antara dosen dan mahasiswa tidak hanya berlangsung di jam pelajaran namun juga dapat berlangsung di luar jam pelajaran. Dosen juga dapat mengontrol pelajaran mahasiswa, mahasiswa juga dapat menggali materi yang akan disampaikan dan proses pemberiaan tugas pendukung dapat diinformasikan dengan lebih mudah. Tentunya proses belajar mengajar menjadi lebih efisien dan lebih efektif karena komunikasi dan interaksi antara dosen dan mahasiswa dapat terus terjadi bukan hanya saat jam pelajaran.

Sesuai tujuan Pendidikan nasional bahwa Mengembangkan kualitas sumber daya manusia, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya produktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa, agar generasi muda dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya (Sisdiknas)

Kualitas sumber daya manusia akan menjadi kunci utama dalam memenangi persaingan pada era MEA
(Dior (2014:14)

Pada kesempatan ini Bapak Dr.Paidi,M.Tpd ingin berbagi pengetahuan peserta guru menulis tetang cara mendesain buku pembelajaran.

Cara Mendesain Buku Pembelajaran


Teknik dan pendekatan yang di gunakan adalah mengacu pada tokoh fenomenal bidang desain  pembelajaran yaitu Prof Dr. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick & Carrey

Secara umum dalam mendesain pembelajaran dan sekaligus menghasilkan bahan pembelajaran secara ilmiah dapat diliat pada bagan berikut ini :



Secara umum Proses perancangan desain pembelajaran terdiri dari 11 langkah yang dapat di uraikan sebagai berikut:
Langkah 1, Kita perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut
Langkah 2, Berdsarkan data yang di dapat dari langkah 1 selanjutnya kita perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran / bahan yang akan kita rancang
langkah 3, Berdasarkan data langkah 2 selanjutnya kita mulai membuat analisis instruksional/pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang
Langkah 4, Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjkadi target atau pemakai buku yg kita rancang
Langkah 5, Membuat rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan sumber asli yg di karang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
Langkah 6, Melakukan penyusunan TES
Langkah 7, Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini sy merancang pembelajaran secara blended learning)
Langkah 9, setelah draft bahan tersedia (langkah 8) selanjutnya perlu dilakukan evaluasi formatif sbb:
1. one-to-one expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa);
2. One-to-one learner (melibatkan 3 orang siswa yang berasark dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah);
3. Evaluasi Small group (melibatkan sekitar 9 siswa yang berasal dari kelompok atas, menengah dan bawah);
4. Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa  yang berasal dari kelompok  Atas, menengah dan bawah.

Langkah 10,Setiap tahapan mulai evaluasi one-to-one, evaluasi small group akan menghasilkan namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe bahan pembelajaran.
Langkah  11,Khusus untuk langkah yng terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.

Sedangkan untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.

Untuk itu perlu seorang pakar yang bisa  mengatasi hal itu. Pakar yg dimaksud  Prodi S2 Teknologi Pendidikan Unib sudah banyak  yang bisa, dengan syarat yang bersangkutan sudah mencapai kualifikasi S3/Doktor (Pendapat Sugiyono dalam Bukunya R&D) atau juga di kampus atau lembaga lain juga bisa selagi sudah ada bukti kepakarannya.

Contoh bahan pembelajaran yang di rancang dengan format Research dan versi penerbit adalah seperti berikut


Demikian materi yang di berikan oleh Bp. Paidi,M.pdt tentang sekilas cara mendesain  bahan pembelajaran yang secara ilmiah dapat di pertanggungjawabkan.

Selanjutnya di teruskan dengan sesi tanya jawab yang dapat saya rangkum sebagai berikut :

Untuk cara praktis mendesain pembelajaran Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH) dapat di lihat pada bagan di bawah ini !


 Dalam desain Instruksional itu mengenal ada tes formatif dan sumatif yang dimaksud TES Formatif disini adalah tes yang dibuat (modelnya bisa multiple choice, Essay dll) atas materi yang ada di bahan pembelajaran. Tes ini dibuat oleh si perancang buku yang sebeluamnya telah melalui telaah oleh pakar dan uji validitas maupun reabilitasnya. Sedangkan Tes Sumatif dalam konsep desain ini adalah penilaian oleh lembaga lain (eksternal) atas kelayakan bahan yang dibuat oleh si Perancang buku tersebut.

Hal menarik dari model BLISH ini adalah:
a. Pembelajaran memadukan antara pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran online yang dilengkapi dengan pedoman utk guru, dan siswa.
 b. Pembelajaran bisa berlangsung setiap saat.
c. Guru dapat mengendalikan pembelajaran. d. Penugasan dapat dikirim ke web pembelajaran.
e. Ujian dapat dilaksanakan secara online.

Aplikasi e learning  yang di gunakan oleh narasumber saat ini adalah Aplikasinya moodle versi 3 ke atas, software ini bersifat open source dan gratis serta mempunyai fasilitas sangat baik untuk pembelajaran dan ujian online.
Contoh penerapan instruksional dalam e-learning sebagai berikut :
1.      Tanab 1
Pembelajaran secara tatap muka di kelas (pertemuan ke 1,2,3 dan 14 )
2.      Tahab 2
Pembelajaran tatap muka dikelas dan online (pertemuan ke 4 )
3.      Tahab 3
Pembelajaran online berbasis handphone (pertemuan ke 5 dan 13)

Langkah-langkah mendesain cara mengembangkan sama dengan model dick and carry dan bisa  mengkombinasikan dengan teori/model lain. sesuai dengan karakteristik bahan pembelajarannya
 Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk bahan online bisa menggunakan teori hannafin)

Pada prinsipnya Desain pembelajaran itu bisa untuk semua mata pelajarannya, yang membedakannya terletak pada isi pelajarannya.Bahkan untuk ABK pun juga bisa.
Kelebihan desain pembelajaran ini adalah akan mengasilkan buku pembelajaran yang bisa dijamin kebenaranya selagi prosedur dikerjakan dengan benar. Kelebihan lain juga desain pembelajaran ini akan dilengkapi dengan instrumen pendukungnya termasuk  model pembelajarannya sudah ditentukan.

Dalam penulisan buku waktu yang dibutuhkan  untuk 1 buku /tahun nara sumber butuh waktu antara 6 sampai 10 bulan. Jika focus utk desain buku saja 6 bulan itu insyallah sudah selesai;Tiap bab materi ajar di buku ajar yang dikembangkan harus diujikan untuk tahap Small group dan Field trial.

Blended learning itu sebuah model pembelajaran sedangkan  Reseacrh versi penerbit  lebih pada aturan tata cara pengetikan seperti desain cover, isi dll yang diberlakukan oleh penerbit jika buku tsb dicetak oleh Penerbit. Yang di maksud dg Research versi penerbit  yatu Versi penerbit biasanya ini ada kebutuhan tertentu yang di tetapkan oleh penerbit karena menyangkut untuk keuntungan penjualan dan lain-lain.
Pihak penerbit biasanya sudah punya team editor sendiri, seperti yang pernah di lakukan untuk memperbaiki draft buku di Penerbit Salemba IV - Jakarta, sehingga buku tersebut bisa dicetak/diterbitkan oleh Salemba IV

Untuk pelaksanan pembelajaran online (model blandet learning) ini sangat bagus namun belum tentu bisa di terapkan di semua sekolah,terutama disekolah-sekolah yang sistem jaringanya susah. Untuk pelaksanaan pembelajaran online yang sederhana dan mudah saat ini salah satunya bisa pakai WhatsApp karena hampir semua orang tua /siswa sudah familier, disamping itu juga bisa pakai aplikasi yang sudah dimiliki sekolah. Bilamana kondisi insfrastruktur sekolah dan kemampuan orang tua memadai bisa juga menggunakan aplikasi seperti Skype, micosoft team guna mendukung pembelajaran secara online. Untuk pelaksanaan tes online saat ini banyak sekali aplikasi yang gratis untuk ujian online seperti FlyExam dll. Jika di sekolah memiliki SDM bidang IT yang bagus maka dapat juga mengembangkan aplikasi moodle. Aplikasi ini sangat baik untuk melaksanakan pembelajaran dan ujian online.

Bapak Paidi pun memepersilahkan untuk materi hari ini bisa dijadikan referensi penulisan buku. namun yang lebih baik lagi menyarankan untuk ambil di Journal international ini:
 1. International Journal of Engineering & Technology dengan judul “Utilization Of Mobile Phones To Apply Blended Learning At Higher Education: Computer Subject at State Vocational High School 1 BENGKULU by Paidi & Basuki Wibawa”,
2. Humanities & social sciences Reviews dengan judul “The Development of Blended Learning Based On Handphone For Computers System Subject on XI Grade Of SMKN 1 Bengkulu City by Basuki Wibawa & Paidi”.

Desain Pembelajaran yang di sampaikan disini adalah bagaimana menyiapkan proses pembelajaran sekaligus bahan pembelajaran.Narasumber  lebih menyarankan menggunakan istilah bahan pembelajaran karena bahannya itu sengaja di siapkan dan di rancang, beda pengertiannya dengan bahan ajar itu bahannya bisa mendapatkan darimana saja tanpa melalui sebuah proses penyiapan yang direncanakan/dirancang.

Selamat Mencoba

Terimakasih
Salam guru blogger
Menulis,menulis dan menulislah




12 komentar:

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca