Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2021

Sarah Sang Ketua Kelas

 

Sarah Sang Ketua Kelas



Sarah anak yang lincah dan cerdas hal itu sudah terlihat sejak kelas satu. Dia selalu rajin dan juga disiplin setiap mengerjakan tugas dari  guru. Dari tahun ke tahun prestasi Sarah selalu meningkat dan saat kelas lima sekarang pun tampak jelas jiwa kepemimpinannya. Dalam pemilihan ketua kelas dia terpilih. Dia harus mengatur berbagai urusan kelas lima dengan adil dan bijaksana. Sebagai ketua kelas dia harus memberi teguran dan sanksi jika ada teman-temannya yang tidak melaksanakan tugas piket. Murid yang tidak menjalankan tugas piket, diminta  membersihkan kelas sepulang sekolah. Peraturan itu sudah disetujui semua murid.

Pada hari  senin jadwal piket di kelas lima ada 5 siswa, Zahra, Nia, Mimin , Icha dan Rena. Setiap hari Senin ada kegiatan upacara benndera Icha dan Rena tak sempat untuk melaksanakan tugas piket. Mereka datang pukul 06.55 WIB sehingga mereka tak ada waktu untuk melaksanakan tugas piket mereka karena tepat pukul 07.00 WIB upacara dimulai.

Bel berbunyi  tepat pukul 07.00 WIB. Semua siwa berhamburan ke lapangan upacara untuk berbaris menyiapkan diri mengikuti upacara bendera. Semua terlihat rapi. Berhubung datang terlambat Icha dan Rena dapat baris terakhir. Mereka sempat di tegur Mimin. Sebagai teman satu kelompok tugas piket hari senin. Mimin mengingatkan untuk nanti sepulang sekolah Icha dan Rena agar melaksanakan piket.  

“Ren, kamu belum piket sama Icha nanti sepulang sekolah kamu harus piket terlebih dahulu,” ucap Mimin.

“Aaah ga usah kan sudah kalian bersihkan sam Nia dan Zahra, mereka aja ga protes kenapa kamu yang repot sih,” sanggah Rena.

“Ga boleh gitu donk, kamu sama Icha kan belum melaksanakan piket,” tambah Mimin.

“Tanpa aku dan Icha piket aja toh kelas sudah bersih, kan,” Rena dengan tawa santainya.

“Sssssst, kalian apa-apan sih jangan ngomong terus upacara segera akan dimulai,” timpal Sarah.    

Mereka terdiam dan bersiap mengikuti upacara bendera. Satu jam telah berlalu dan upacara pun selesai.

Semua siswa kembali   menuju kelas masing-masing dengan tertip. Sarah dengan sigap memimpin teman-temanya untuk baris di depan kelas. Hal itu selalu di lakukan seluruh siswa sebelum masuk ke kelas masing-masing. Setelah semua rapi satu-satu siswa masuk ke kelas dan menyiapkan pelajaran.

Dua jam pelajaran telah terlaksana tibalah jam istiraht pertama. Mimin menyampaikan pada Sarah tentang Rena dan Icha yang belum melaksanakan piket. Sarah pun segera menegur dan mengingatkan agar Rena dan Icha untuk bisa piket setelah jam pelajaran selesai. Tidak hanya sekali dua kali tapi Rena dah sering lakuin itu. Dia merasa siswa paling kaya dan bisa lakukan apa saja di kelasnya. Dengan bangganya Rena sering belikan jajan untuk teman-temanya agar nuruti kemauanya.

Ini tak bisa di biarkan sarah harus tegas untuk bisa mengajak Rena untuk melaksanakn tugas piketnya.

“Ren, kamu nanti siang sepulang sekolah piket kelas dulu ya,” pinta Sarah.

“Kelas sudah bersih lhu, Sar. Aku nanti ada acara dan mau buru-buru pulang. Gini aja besok aku traktir kamu ya dan jangan bilang teman-teman,” bisik Rena.

“Kok kamu gitu sih Ren, apapun kau ukur dengan uang. Tak bisa gitu dong. Kamu tetap harus lakuin tugas piket kamu seperti yang lain. Ok,” dengan tegas Sarah meminta Rena untuk piket.

“Nanti kamu sama Icha beresin kelas. Toh ga lama juga kan. Sepenting apa acaramu hingga piket bentar aja tak bisa,” seru Sarah.

“Saraaah, please kali ini aja aku ga piket ya,” masih kekeh dengan pendirian Rena memohon pada Sarah.

“Ga bisa, Ren. Kamu tetap harus piket. Karena sudah jadi kesepakatan bersama jika belum bisa piket di pagi hari harus piket setelah jam pelajaran selesai.” Jelas Sarah.

Dengan wajah kecewa Rena pun berlalu. Sarah hanya tersenyum tipis melihat Rena dan Icha berlalu meninggalkannya. Rena harus tegas terhadap semua siswa tanpa terkecuali Rena dan Icha.

Setelah jam pelajaran selesai di saat teman-teman sudah berhamburan keluar kelas dan pulang. Dengan sabar Sarah menunggu Rena dan Icha melaksanakan piket. Sarah berharap Rena dan Icha tak mengulanginya lagi dan bertanggung jawab dengan tugasnya.

 

#30daysreadingastorywithyourkid

#OneDayOneStory

Gunungkidul, 31 Oktober 2021

Rabu, 27 Oktober 2021

Ku Raih Mimpi Melalui Blog

 Ku Raih Mimpi Melalui Blog


Dari gruup WA aku jumpai twitboon tentang  selamat hari blogger. Waah ternyata ada hari blogger. Satu tahun aku mengenal blog rasanya terasa bahagia bisa mengikuti event hari blogger ini. Tahun 2020 membawaku mengenal blog dan berusaha untuk bisa menulis di blok. Pada awalnya bingung mau nulis apa. Beruntung aku bisa gabung di grup menulis gelombang 8 dari PGRI yang di prakarsai Om Jay.

Dari sana peserta di wajibkan untuk membuat blog. Om Jay yang saat itu begitu sabar mendampingi peserta bagaimana cara membuat blog.Tak lupa juga untuk Pak Brian yang selalu membantu aku dalam mengatasi segala kesulitan dalam membuat blog. Terimakasih untuk beliau semoga menjadi amal jariyah. Jadwal kegiatan belajar menulis diadakan setiap hari selama 30 kali pertemuan. Materi yang di buat resume dan di tulis di blog serta di kirim ke email Om Jay. Naah dari sana blog setiap hari terisi tulisan resume kegiatan menulis. Pada event-event tertentu kadang Om Jay mengirimkan gambar untuk bisa di ceritakan dan di buat tulisan.

Kali pertama saat menulis tantangan tentang uang satu lembar uang 100 ribuan, aku mendapatkan hadiah dari Om Jay berupa pulsa senilai 100 ribu. Bahagia begitu aku rasakan. Aku pun semakin hari semakin semangat untuk menulis, walau mungkin tulisanku hanya berupa curhatan atau impian. Aku tak peduli yang penting aku menulis setiap hari.

Benar apa yang Om Jay sampaikan menulislah setiap hari dan buktikan apa  yang terjadi. Menulis blog setiap hari dan dari komen beberapa sahabat mayaku aku bisa kalahkan tantangan satu persatu dan akhirnya dari blog lahirlah buku 32 antologi dan juga 2 buku solo. Hal yang dulu anggap itu semua tak mungkin namun karena keinginan yang kuat dan niat untuk bisa berbagi maka hal yang tak mungkin itu bisa jadi nyata.

Setelah pelatihan selesai tentu aku masuk ke komunitas lagerunal dari sini saya bisa selalu belajar untuk memperbaiki  tulisanku. Berharap kedepan melalui blog aku bisa menulis sesuatu yang lebih bermanfaat untuk orang lain terutama dalam hal ini menyangkut tentang tugasku sebagi guru PAI. Aku ingin kedepan blog yang aku buat berisi konten-konten materi PAI yang saya ajarkan.

Hari rabu malam di grup lagerunal aku mendapatkan link untuk bisa merayakan hari blogger ini. Dalam pertemuan ini saya bisa tau beberapa wajah-wajah sahabat lagerunal. Walau tak semuanya bisa gabung namun aku merasakan senang  dari percakapan para master hebat-hebat seperti Pak Brian, Mas Mo, Pak Rizky, Pak Padil, Pak Indra, Bu Pipit dan tentu Pak D yang sangat di tunggu-tunggu kehadirannya. Alhamdulilah aku mendapatkan energi positif untuk semangat ngeblog dan bahkan bermimpi untuk bisa membuat grup guru Blogger Gunungkidul. Seperti yang sudah di rintis oleh sahabat-sahabat lagerunal seperti komunitas guru blogger Lebak.

 

Terimakasih sahabat mayaku, selamat hari blogger, salam literasi teruslah menulis dan berbagi, menginspirasi melalui blog. Menulislah dan buktikan apa yang akan terjadi.


Gunugkidul, 28 Oktober 2021

Senin, 25 Oktober 2021

Semangat Juang

Semangat juang yang kau gelorakan
Untuk Negeri tercinta Nusantara
Mari saling menguatkan
Pemuda tetaplah bersatu membangun Negeri
Amankan negara dari serangan bertopeng belang
Hilangkan rasa keegoisan

Padamu para pemuda
Enyahkanlah kemalasan yang melanda
Melalui pendidikan cerdaskan kehidupan
Untuk generasi mendatang
Dengan berbagai kekuatan
Ayo majulah, bangkitlah para pemuda Indonesia

Gunungkidul, 25 Oktober 2021

Selasa, 19 Oktober 2021

Berlatih dengan Gigih

 

Berlatih dengan Gigih



“Ayo, Aril. Segera siap-siap kita akan berangkat,” ajak Bayu.

“Siap, Ndan. Sambil berlari Aril mengambil tas dan peralatan sekolahnya yang sedari tadi sudah disiapkan.

Aril dan Bayu segera berangkat untuk berlatih persiapan mengikuti ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Di jalan mereka jumpai Dory sedang bermain sepeda. Bayu mengajak Dory juga , namun bayu tak mengindahkan ajakan Bayu.

Adanya pandemi hampir dua tahun ini, menyebabkan pembelajaran tatap muka di sekolah di tiadakan. Bersyukur beberapa waktu terakhir pemerintah sudah mengizinkan untuk tatap muka walau terbatas. Saat pembelajaran normal biasanya di sekolah mereka  pelajaran tambahan TIK( Teknologi Informasi dan Komunikasi) sudah di berikan sejak kelas 4.

Sejak ada pengumuman untuk pelaksanaan ANBK bagi kelas lima, maka Pak Arif sebagai wali kelas lima dan dibantu Ibu Susi sebagai operator  sekolah mengajak para siswa untuk berlatiih mengoperasikan komputer. Siswa kelas lima ada 30 siswa. Mereka di bagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok datang ke sekolah sebanyak 6 siswa. Kegiatan berlangsung tidak lama namun sangat membantu para siswa.

Beberapa siswa telah mampu membuka dan menutup komputer, namun untuk mengetik mereka belum terbiasa. Beberapa siswa yang orang tuanya telah memiliki komputer, saat berlatih di sekolah tinggal memberikan sedikit pelatihan saja. Sebut saja Dory, dia anak yang lumayan cerdas dan juga sudah terbiasa membuka laptop milik ayahnya di rumah merasa tak perlu lagi ikut pelatihan. Dory hanya datang sekali saja saat kegiatan pelatihan di sekolah diadakan.

Begitu juga sore itu Pak Arif tidak menjumpai Dory datang ke sekolah. Pak Arif tahu Dory sudah bisa mengoperasikan komputer saat pertama kali kegiatan ini diadakan, namun Pak Arif tetap meminta Dory untuk ikut berlatih terus. Ternyata himbauan dari Pak Arif tak dihiraukan.

“Sudah siap untuk berlatih anak-anakku? tanya Pak Arif.

“Siap, Pak. Kelima siswa menjawab dengan kompak dan begitu bersemangat.

“Jadwal hari ini hanya satu siswa yang tak masuk ya? lanjut Pak Arif.

“Iya, Pak. Tadi saya lihat Dory malah main sepeda, saya ajak namun katanya tidak mau berangkat, jelas Bayu

“Tidak apa-apa. Kita mulai saja untuk latihanya ya, silahkan kalian buka laptop yang ada di depan kalian.”! Perintah Pak Arif.

Ariel, Bayu dan juga ketiga temannya segera lakukan apa yang di perintahkan Pak Arif, Bu Susi juga mendampingi dan mengecek bagaimana siswa membuka dan login ke akun masing-masing serta mengisi data mereka.

Hari keempat mereka berlatih dan hasilnya pun sudah terlihat para siswa yang rajin datang ke sekolah dan gigih berlatih mereka tak mengalami kesulitan, hanya di awal-awal saja mereka mengalami kesulitan.

Hari yang di nanti sudah tiba bulan oktober ini ada simulasi ANBK. Segala persiapan di lakukan pihak sekolah untuk kelancaran pelaksanaan ANBK tersebut.  Orang tua siswa di rumah pun juga sudah mempersiapkan dengan mengingatkan dan memberi dukungan pada siswa dengan baik. Para siswa juga sudah mengikuti pelatihan cara mengoperasikan komputer juga cara mengerjakan soal  ANBK.

Walau persiapan sudah dilakukan namun ada juga siswa yang merasa kurang percaya diri dalam mengerjakan soal. Tentu Pak Arif dengan sabar memberikan bimbingan agar siswa tetap tenang dan mengerjakan dengan hati-hati. Saat para siswa baru mengerjakan beberapa soal tiba-tiba server eror, kepanikan pun terjadi begitu juga dengan Dory yang sudah merasa bisa namun ternyata dia juga panik.

Bu Susi sebagai proktor meminta siswa untuk tenang. Setelah di tunggu beberapa waktu baru bisa melanjutkan mengerjakan soal ANBK. Simulasi di hari pertama membuat Ariel, Bayu, dan juga siswa lainya terutama Dory untuk semangat lagi dalam berlatih dan belajar.

“Simulasi hari ini selesai, Bapak harap kalian lebih bersemangat lagi. Jika nanti  terjadi server eror saat mengerjakan, kalian harus tetap tenang, jangan panik. Besok masih ada latihan lagi Bapak harap semua siswa bisa mengikuti. Semoga kegigihan kalian dalam memepersiapkan semuanya dapat memeberikan hasil yang maksimal,” pesan Pak Arif.

“Baik, Pak. Terimakasih” Semua siswa menjawab dengan kompak. Mereka pun keluar ruangan dengan tertip dan rapi.

 

#30daysreadingastorywithyourkids

#onedayonestory

Gunungkidul, 20 Oktober 2021

Muhamamd Teladanku

 

Muhammad Teladanku



 

Mulia akhlakmu sejukkan jiwa yang pekat

Uswatun hasanah bagi umat

Haturkan doa dan salawat

Agar hati damai dapatkan safaat

Mulia akhlakmu musuh kan luluh

Masuk agama yang kau bawa

Agung cintamu menyayangi sesama

Damai senantiasa untuk alam raya

Salam sejahtera untuk semua

Ajaranmu kan selalu kami jaga

Wahai teladan yang tak pernah padam


Gunungkidul, 20 Oktober 2021

 

Gunungkidul, 12 Rabiul Awal

Minggu, 17 Oktober 2021

Rindu

Rindu


 

Deru waktu terus memburu

Hati terkoyak mengharu biru

Harap segera berganti hari baru.

 

Rindu ini begitu menyiksa

Denyut hati kian terasa

Perih pilu menjerat beraksa

Hanyut tenggelam tanpa tersisa.

 

Tiap detik waktu ingin selalu bersama

Melangkah dengan sejuta asa penuh atma

Tak peduli kunbungan cela mendekap sukma

Dasar hati terpatri sebuah nama

kita dalam balutan rindu yang sama.

 

Rindu jangan sabit aku dengan pedang

Jangan pula diriku kau tendang

Hati terkoyak kian meradang

Obati aku dengan irama berdendang

Balut pilu rinduku dengan dendang

Agar hati rasakan senang.

 

 

Kau dan aku saling mengisi

Walau jarak membatasi

 Tegur sapa lewat maya menghiasi

Lagu dan puisi sebagai solusi

Semua  bukan sekedar ilusi.

 

Kau yakinkan hati

Dengan mekar yang perlahan tapi pasti

Hingga terlihat betapa indahmu begitu berarti

Di saat senyummu sejukkan hati.

 

Doa terucap kuatkan hati

Berharap musim segera berganti

Satukan dua sejoli yang sehati.

 

Gunungkidul, 17 Oktober 2021 

Kamis, 14 Oktober 2021

HANCA

HANCA

 



Hiruk pikuk kehidupan

Antara harap dan kenyataan

Namun kadang tak sejalan

Cambuk semangat harus diterapkan

Agar senantiasa tetap bertahan

 

Hilangkan keraguan yang melanda

Akan hari esok yang gemilang

Nikmati prosesnya

Cacian dan hinaan tak usah di hiraukan

Anggap saja sebagai ujian

 

Hadirkan Tuhan setiap detik perjalanan

Agar senantiasa hati damai dan nyaman

Niatkan semua untuk ibadah pada  Tuhan

Cinta dan kasih sayang-Nya tak terbilang

Akan selalu hadir pada kita yang selalu berjuang



 

#KamisMenulis

#SahabatLagerunal

Gunungkidul, 14 Oktober 2021

Sabtu, 09 Oktober 2021

Mentari Bersinar Lagi

Namaku Syifa, aku tinggal bersama Ibu dan adikku satu-satunya Abidzar namanya. Kehidupan kami berubah setelah kepergian Ayahku atas kecelakaan waktu itu. Masih teringat jelas di mataku bagaimana kejadian itu menimpa keluarga kecilku. Ibuku sangat kehilangan begitu pula denganku adikku belum merasakan hal itu karena dia masih berumur 10 bulan.
Masa-masa kelam kami lalui, beruntung saudara-saudara dari Ibuku selalu datang ke rumah dan menghibur kami. Aku yang masih kelas 4 SD belum bisa  bagaimana menghibur Ibuku. Tiap kali kulihat Ibu sendiri, dia termenung dan akhirnya meneteskan air mata. Aku begitu sedih. Sedangkan aku sendiri juga sangat rindu dengan Ayah. 
Ibu lebih banyak diam, aku bukan hanya kehilangan Ayah namun aku juga merasa kehilangan sosok Ibuku yang penyayang, perhatian dan ceria. Tak lagi kudapatkan semua itu dari Ibuku. Aku selalu dihibur dan dinasehati Budeku, sedikit banyak aku bisa merasa nyaman. 

Hari-hari berlalu hingga sudah satu tahun kepergian Ayahku. Berkat dukungan keluarga Ibuku akhirnya  bisa berubah dan bangkit lagi. Untuk mencukupi kebutuhan keluargaku sekarang Ibulah satu-satunya yang bekerja. Atas bantuan Budeku Ibu buka usaha baru.
Aku bersyukur kini Ibuku mulai perhatian pada kami, walau di saat-saat tertentu Ibu suka marah dan bicara dengan nada tinggi. Saat Ibu seperti itu aku hanya diam menahan rasa tak nyamanku. Aku selalu berdoa agar Ibuku di beri kesabaran.
"Syifa, Syifa... Kemari, coba lihat ! " Teriak Ibuku.
Aku pun sedikit berlari dan menemui Ibukku.
"Iya, Bu. Ada yang bisa aku bantu? sahutku.
"Kamu, gimana sih, udah tahu Ibu repot, harusnya kau sudah angkat jemuran itu, bukan malah di biarkan jatuh kena angin seperti itu, cuba tu lihat! Seru Ibuku.
"Maaf, Bu. Tadi Syifa baru jagain Adek, belum sempat angkat jemurannya," ucapku.
"Sudahlah jangan banyak alasan." Ibu berlalu pergi. 

Segera aku angkat jemuran. Sejak kepergian Ayahku Ibu memberiku tugas untuk membantunya. Tugasku mengangkat jfmuran, mrnyapu dan mencuci piring. Setiap hari itu yang harus aku kerjakan. Jika tidak Ibuku akan marah dan selalu mengatakan, "sekarang Ayah sudah tidak ada kamu yang harus bantu Ibu". 
Suatu hari di tanggal 11 Juli aku lihat Ibuku tak keluar kamar, dia menyendiri dan tidak melakukan aktifitas seperti biasa. Sempat aku merasa lapar tapi ibu tak membuatkan makanan untuk aku dan adikku. Beruntung Budeku datang dan membawakan makanan untuk kami. Yaa, hari itu hari ulang tahun Ibuku. Jelas Ibu sedih, dulu saat masih ada Ayah, Ibu selalu di beri kado dan di ajak Ayah jalan-jalan walau hanya di taman kota untuk sekedar beli bakso bakar yang penting keluar rumah dan makan bersama.

Dua tahun sudah kepergian Ayah, selama setahun setiap hari aku mengumpulkan uang jajanku. Aku ingin di hari ulang tahun ibuku berikutnya tak ingin melihatnya bersedih. Aku berpikir untuk tahun ini harus bisa buat ibuku tersenyum bahagia seperti saat bersama Ayah. Aku akan memberikan sesuatu di hari ulang tahunya.

Selama satu tahun tanpa sepengetahuan Ibuku, aku mengumpulkan uang jajanku. Dengan bantuan Budeku aku membeli sebuah cincin. Walau kecil namun aku senang bisa membelunya dengan uangku sendiri.
"Bu, selamat pagi, selamat ulang tahun ya," sapaku saat Ibu keluar dari kamarnya. 
"Syifaaaa," Ibu sangat kaget dengan apa yang aku lakukan. Aku yang sebelumnya bangun setelah di bangunkan Ibuku, namun hari itu aku bisa bangun sendiri dan sudah rapi di depan kamar Ibuku. 
Aku tersenyum dan memeluk Ibuku.
"Ibu terimalah ini hadiah dari Syifa, Ibu jangan bersedih lagi, Aku sayang Ibu," bisikku. Sambil aku sodorkan kotak kecil yang aku bungkus dengar kertas warna ungu muda kesukaan Ibuku.
"Apa-apaan ini Syifa, kau dapat uang dari mana, Nak? Tanya Ibuku.
"Maafin Syifa, Bu. Syifa mengumpulkan uang jajan dan minta bantuan Bude untuk membelinya," jawabku.
Kulihat Ibu menangis dan kembali memelukku. Adek yang saat itu tidur terbangun dan berlari memanggil dan memeluk Ibu. Segera kami berpelukan bertiga. 

"Maafkan Ibu, Nak. Selama ini buat kalian sedih. Ibu sangat kehilangan Ayah kalian, Ibu egois hingga Ibu sering marah-marah pada kalian." Sambil terisak Ibu mengucapkan maaf itu.
Aku tak bisa menahan gejolak ini. Aku pun larut dalam tangis dan pelukan hangat Ibuku.
"Ibu tak perlu minta maaf, Bu. Syifa tau Ibu sangat sedih di tinggal Ayah, aku juga, Bu. Aku ingin Ibu tak sedih lagi ya, biarkan Ayah tenang di sana." 

Keadaan yang buatku sekarang bisa lebih dewasa dari pada anak-anak seusiaku. Aku terlihat pendiam namun dari sana aku justru bisa banyak berfikir. 
Pelan-pelan Ibu membuka kotak kecil Itu. Senyum Ibu kulihat begitu indah. Kembali Ibu memelukku.
"Syifa, sekali lagi terimakasih, Nak. Kau rela tidak jajan selama ini hanya untuk membeli kado untuk Ibu," kata Ibuku.
"Sama-sama Ibu, semoga Ibu suka," ucapku
"Tentu Nak, Ibu sangat suka, Syifa andai Ayah masih ada tentu ia sangat bangga terhadapmu. Jadilah anak yang solih ya ,Nak. Belajarlah yang rajin. Kamu harapan Ibu untuk bisa bantu dan jagain Adekmu." Nasehat Ibuku.
" Iya, Ibu.Syifa akan berusaha.
Pagi itu seperti kulihat mentari bersinar begitu indah, ya mentari itu Ibuku. Sinar dan kehangatanya selalu aku harapkan setiap waktu. 

#AiseiChallengeOktoberWeek1
#cerpenanak
#relaberkurban
Gunungkidul, 10 Oktober 2021




Kamis, 07 Oktober 2021

Vaksin

Kabar itu aku dapati melalui grup WA guru di sekolahku. Haruskah aku senang di tengah gejolak hati yang kian menderu. Antara takut, ragu, bimbang, bingung dan entah rasa apa lagi yang menghantui pikiranku. Panas dingin jelas aku rasakan, namun aku tetap berjalan tuk jalankan saran yang di anjurkan.

Pasrah pada-Mu ya rabb, keserahkan hidup dan matiku hanya untuk-Mu. Komat kamit mulutku tak berhenti membaca doa. Sapa temanku tak aku hiraukan, aku hanya berikan senyum tipis sebagai pertanda aku masih menghargai ucapan mereka. Bukan maksud hati tuk berikan luka. Aku hanya tak mampu tuk berucap dan berkata.

Detik waktu terus berjalan. Satu-satu yang terdaftar di panggil petugas. Tiba saatnya namaku disebut. Deeeeg...jantungku berdetak kencang. 
"Hai, ayo segera beranjak, Bu," ucap temanku.
Panggilan itu mengagetkanku.
"Aku, aaaku ya? Agak gugup aku membalas ucapanya.
"Iya, Bu. Silahkan ibu maju untuk di cek kesehatan ibu," perintah temanku. 
Aku berjalan seperti begitu berat. Alat tensi meter tepasang  di tanganku. Daaaan..waaw.. aku kaget, aku yang tak ada riwayat tensi tinggi, ternyata hari ini naik begitu drastis. Tensiku biasanya paling tinggi 120/ 80. Itu pun sangat jarang mencapi itu. Kini bisa mencapai 130/80. Aku di beri pertanyaan mengenai riwayat kesehatanku. Aku tak ada riwayat apapun. Aku berlanjut ke tahap berikutnya. 
Dokter cantik itu tak mampu buatku tenang dan rasa takut itu tetap menghantui.
"Monggo ,Bu. Silahkan di buka! perintah Dokter cantik itu. 
" Iya, Dok," sahutku dengan masih perasaan was-was.
"Ibu di Vaksin ya, jangan takut Ibu lemas saja tanganya jangan kaku, ga sakit kok cuma bentar. Ibu rilex saja ya! ucap dokter itu.
"Bismilah iya, Dok," jawabku.
"Ok, Bu, siap ya!
Aku pejamkan mata, dan tetap bedzikir dalam hati. Daaan
"Aaaaaaaw." Teriakanku mengagetkan seisi ruangan, bukan hanya suaraku yang terdengar keras namun tubuhku juga bergerak cepat. Kursi tempat dudukku juga bergerak.
"Belum, Ibu. Saya belum suntikkan vaksin ini ke tubuh Ibu," kata dokter.
"Belum dok,? tanyaku.
"Belum Ibu, Ibu yang tenang, sebentar kok." Dengan tenang Dokter menghiburku.
Akupun berusaha menenangkan diri, kubuka lagi baju di lengan kiriku, aku pejamkan mata. Suntikan itu mendarat di lenganku. Tak begitu terasa. Sampai Dokter mengatakan bahwa sudah selesai.  Huuuf... 
Dengan sedikit malu aku tersenyum pada dokter dan berucap.
"Makasih, Dok."
"Sama-sama, Ibu. Silahkan di tunggu di ruang sebelah ya selama 20 menit nanti ada gejala atau tidak, monggo," ucapnya lembut.
Aku pun berdiri dan berjalan menuju ke tempat yang sudah di sediakan  Di sana teman-temanku masih menunggu. Mereka tersenyum dan sedikit mengejekku.
"Waah Ibu badan gede tapi nyalinya ciut, ga sakit kan bu?  ledeknya. Hihi...beberapa teman menertawaiku. Aku pun tertawa dan kami menunggu sampai batas yang di tentukan. 


#kamismenulis
#sahabatlagerunal
Gunungkidul, 7 Oktober 2021





Minggu, 03 Oktober 2021

Disiplin dengan Terbiasa Salat

 

Disiplin dengan Terbiasa Salat



Teeeet teeeet teeeeet, bel tanda masuk kelas berbunyi. Para siswa yang asik bermain di halaman sekolah berlarian masuk ke kelas masing-masing. Tak terkecuali aku, Rian, dan Cisby.Kami siswa kelas 3 yang selalu bersama dalam kegiatan apapun. Setelah sampai kelas kami sempat berbincang tentang pelajaran dan tugasnya.

“Al, hari ini ada pelajaran PAI, ya,” tanya Cisby.

“Ada, Cis. Kita ada tugas lhu,” jelasku.

“Masa sih, ga ada Al, kita cuma diminta untuk mengisi ceklis pada lembar kegiatan ibadah,” ucap Cysbi.

Belum selesai kami bercakap, Ibu Guru sudah masuk ke dalam kelas dan menyapa para siswa. Semangat   kami muncul ketika sudah melihat Bu guru cantik dan murah senyum ini. Setelah salam, menanyakan kabar dan mengabsen semua siswa. Bu Guru menanyakan tugas yang di berikan pada kami.

Satu persatu kami menunjukkan tugas kami, ada beberapa dari kami yang tidak mengeluarkan tugas mereka, tidak juga Rian teman kami.

“Terimakasih anak-anakku kalian sudah mengerjakan tugas, dan Ibu harap apa yang kalian tulis di lembar tugas ini bisa rutin kalian kerjakan ya, tidak hanya sebatas untuk mengerjakan tugas dari Ibu, tapi kalian amalkan terus setiap hari.”

Panjang lebar Bu Guru menjelaskan pada kami. Bu Guru mengecek satu persatu  tugas kami, sampai pada tempat duduk Rian, Bu Guru berhenti lama. Di atas meja Rian, tak di jumpai selembar kertaspun.

“Lhu, Nak. Kok tugasnya belum dikeluarkan,”? tanya bu guru.

“eee eeee, “ agak gugup Rian menjawab.

“Ayo keluarkan, coba Ibu cek,”pinta Bu Guru.

“Maaf bu saya tidak mengisi lembar kerja itu karena saya belum bisa bacaan salatnya, dan saya belum melaksanakan salat,” ucap Rian.

“O… jadi itu alasan kamu tidak mengerjakan tugas ya,” tanya Bu guru lagi.

“Iya, Bu,” jawab Rian.

“Seperti yang minggu lalu Ibu sampaikan, kalian bisa mengerjakan salat tanpa harus hafal semua bacaanya, tapi yang terpenting kalian bisa baca Surat Al-Fatihah dulu ya, pelan-pelan sambil menghafal bacaan yang lainya kalian tetap melakukan salat. Yang terpenting kalian sudah terbiasa melakukan salat tepat pada waktunya,” jelas Bu Guru

“Tapi, Bu. Kata Aldi salat harus benar bacaannya dan hafal semua,”  sangkal Rian.

“Benar, dalam salat bacaan yang kita baca harus hafal dan tepat serta di pahami maknanya agar salat kita khusuk, tapi jangan jadikan alasan belum hafal bacaannya lalu meninggalkan salat,” jelas Bu Guru.

Semua siswa memperhatikan penjelasan Bu Guru dengan baik.

“Jika menungu kita hafal semua bacaannya baru salat maka kita tak akan salat, karena setiap gerakan salat berbeda bunyi bacaannya. Jadi pelan-pelan kalian menghafalnya ya, yang penting niat untuk mempelajari, menghafal dan mengamalkannya,” lanjut Bu Guru.

“Iya Bu Guru,” jawab anak-anak begitu kompak.

“Jadi sekarang tak ada alasan lagi untuk tidak salat ya, karena dalam salat itu banyak mengandung pelajaran, diantaranya melatih kita untuk disiplin dan menghargai waktu. Dengan kita rajin salat tepat waktu maka kita akan terbiasa melakukan tanggung jawab kita dengan baik dan jika salatnya baik maka baik pula amalan lainya. Kalian mengerti?

Aku dan teman-teman pun semakin paham dengan penjelasaan Bu Guru tentang salat dan maknanya. Sejak saat itu aku selalu melaksanakan salat walaupun bacaan salatku belum hafal semua. Aku tidak malu bertanya pada temanku yang sudah hafal. Setiap hari aku tahu kekurangan bacaan salatku, setiap hari pula aku rajin mempelajarinya. Sedikit- sedikit akhirnya aku sekarang bisa menghafal bacaan dalam salat.

Terimakasih Bu guru atas bimbingan salatnya. kegiatan salat duhur berjamaah di sekolah saat jam istirahat menjadikan kami lebih disiplin dan menghargai waktu. Setelah terbiasa salat tanpa diminta pun aku, Rian dan Cisby selalu menunaikannya. Kami sadar bahwa salat merupakan tanggung jawab kami sebagai seorang muslim.


#30daysreadingastorywithyourkids

#onedayonestory

Gunungkidul, 3 Oktober 2021

 

 

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca