Cari Blog Ini

Kamis, 07 Oktober 2021

Vaksin

Kabar itu aku dapati melalui grup WA guru di sekolahku. Haruskah aku senang di tengah gejolak hati yang kian menderu. Antara takut, ragu, bimbang, bingung dan entah rasa apa lagi yang menghantui pikiranku. Panas dingin jelas aku rasakan, namun aku tetap berjalan tuk jalankan saran yang di anjurkan.

Pasrah pada-Mu ya rabb, keserahkan hidup dan matiku hanya untuk-Mu. Komat kamit mulutku tak berhenti membaca doa. Sapa temanku tak aku hiraukan, aku hanya berikan senyum tipis sebagai pertanda aku masih menghargai ucapan mereka. Bukan maksud hati tuk berikan luka. Aku hanya tak mampu tuk berucap dan berkata.

Detik waktu terus berjalan. Satu-satu yang terdaftar di panggil petugas. Tiba saatnya namaku disebut. Deeeeg...jantungku berdetak kencang. 
"Hai, ayo segera beranjak, Bu," ucap temanku.
Panggilan itu mengagetkanku.
"Aku, aaaku ya? Agak gugup aku membalas ucapanya.
"Iya, Bu. Silahkan ibu maju untuk di cek kesehatan ibu," perintah temanku. 
Aku berjalan seperti begitu berat. Alat tensi meter tepasang  di tanganku. Daaaan..waaw.. aku kaget, aku yang tak ada riwayat tensi tinggi, ternyata hari ini naik begitu drastis. Tensiku biasanya paling tinggi 120/ 80. Itu pun sangat jarang mencapi itu. Kini bisa mencapai 130/80. Aku di beri pertanyaan mengenai riwayat kesehatanku. Aku tak ada riwayat apapun. Aku berlanjut ke tahap berikutnya. 
Dokter cantik itu tak mampu buatku tenang dan rasa takut itu tetap menghantui.
"Monggo ,Bu. Silahkan di buka! perintah Dokter cantik itu. 
" Iya, Dok," sahutku dengan masih perasaan was-was.
"Ibu di Vaksin ya, jangan takut Ibu lemas saja tanganya jangan kaku, ga sakit kok cuma bentar. Ibu rilex saja ya! ucap dokter itu.
"Bismilah iya, Dok," jawabku.
"Ok, Bu, siap ya!
Aku pejamkan mata, dan tetap bedzikir dalam hati. Daaan
"Aaaaaaaw." Teriakanku mengagetkan seisi ruangan, bukan hanya suaraku yang terdengar keras namun tubuhku juga bergerak cepat. Kursi tempat dudukku juga bergerak.
"Belum, Ibu. Saya belum suntikkan vaksin ini ke tubuh Ibu," kata dokter.
"Belum dok,? tanyaku.
"Belum Ibu, Ibu yang tenang, sebentar kok." Dengan tenang Dokter menghiburku.
Akupun berusaha menenangkan diri, kubuka lagi baju di lengan kiriku, aku pejamkan mata. Suntikan itu mendarat di lenganku. Tak begitu terasa. Sampai Dokter mengatakan bahwa sudah selesai.  Huuuf... 
Dengan sedikit malu aku tersenyum pada dokter dan berucap.
"Makasih, Dok."
"Sama-sama, Ibu. Silahkan di tunggu di ruang sebelah ya selama 20 menit nanti ada gejala atau tidak, monggo," ucapnya lembut.
Aku pun berdiri dan berjalan menuju ke tempat yang sudah di sediakan  Di sana teman-temanku masih menunggu. Mereka tersenyum dan sedikit mengejekku.
"Waah Ibu badan gede tapi nyalinya ciut, ga sakit kan bu?  ledeknya. Hihi...beberapa teman menertawaiku. Aku pun tertawa dan kami menunggu sampai batas yang di tentukan. 


#kamismenulis
#sahabatlagerunal
Gunungkidul, 7 Oktober 2021





12 komentar:

  1. Takut suntik ya...
    Banyak temannya kok Bu, termasuk saya wkwkwk

    BalasHapus
  2. Jarang ssekali disuntik ya degdegan juga ya Bu.
    😄

    BalasHapus
  3. "Waah Ibu badan gede tapi nyalinya ciut, ga sakit kan bu? ledeknya.

    kalimat di atas sangat menggelitik...
    sehat selalu Bunda...

    BalasHapus
  4. Memang, kesan awal terasa sakit, tapi itu hanya kesan dan ternyata tidaklah seperti itu. Sama sekali tidak terasa.

    BalasHapus
  5. Pengalaman mengesannkan. Bagus sekali....salam literasi Bu

    BalasHapus
  6. Yang namanya takut memang nggak bisa disalahkan tapi insya Allah bisa dikurangi. Sehat selalu.

    BalasHapus
  7. Sama kok, aku juga, tapi aku pura-pura berani karena gengsi, he ... he ...

    BalasHapus
  8. Hehehe kocak juga ceritanya belum disuntik udah jadi. Emang nggak terasa juga sih. Kadang kita ragu sudah disuntik apa belum

    BalasHapus

Menulis Artikel di Blog

  Jumat, 6 September 2024, Aula BB Rulit (Belajar Bersama di Ruang Literasik Kembali mengadakan kegiatan sharing terkait dengan penulisan ar...