Sabtu, 02 Mei 2020
Menulis Setiap hari dan Menerbitkan Buku
Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I
Peserta Guru Menulis Gelombang 8
Tema kita kali ini adalah tentang Menulis setiap hari dan
menerbitkan buku. Bapak Dadang Kadarisman Narasumber hari ini adalah putra dari seorang guru SD.Ketika masih
kecil sering di bawakan buku-buku bacaan oleh ayahnya.Sejak saat itu bapak
Dadang Kadarusman suka membaca buku.Dan dari suka membaca buku beliau
berkeinginan untuk menulis.
Sebelum memulai memberikan materi narasuber Bapak Dadang
kadarusman berinteraksi dengan beberapa pertanyaan untuk menggali seberapa jauh
pengetahuan peserta tentang menerbitkan buku karya tulis seseorang.
Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?
Saya tidak tahu apakah hal itu juga dihadapi oleh bapak ibu
di forum ini.
Ya cara menerbitkan buku, jawabnya.
Apa itu yang harus diperbaiki?
Ternyata yang harus diperbaiki adalah jalan
Pikiran tentang "Cara Menerbitkan buku."
Dari dialog sederhana itu kemudian beliau melihat ada satu
aspek yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa
buku. Ketahuilah bahwa hari ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali. Beda
dengan 20 tahun lalu ketika saya pertaman kali ingin menerbitkan buku. Ditolak
penerbit itu biasa sekali.
Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada
menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARInya. Jika
kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik dimana kualitas
tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit. Kita, tidak perlu mendatangi
penerbit lagi, mereka yang datang kepada kita. Buku-buku saya pada umumnya
adalah hasil dari penerbit datang dan menawarkan untuk menerbitkan
naskahnya. Nantinya tinggal kita saja mau menerbitkannya atau tidak.
Pembahasan di fokuskan pada cara menulis setiap hari ,karena
jika sudah menulis setiap hari maka skill akan di dapat dan penerbit akan
mendatangi kita.bukan kita yang
mendatangi mereka.jadi menerbitkan buku
itu tidah susah.
Lalu bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari?
Menulis satiap hari butuh skill dan triknya. Bagi
orang-orang yang bisa menulis setiap hari suprise bangeet. Ada seorang penulis
yang menerbitkan buku tapi bukan karyanya sendiri, dia membayar orang lain untuk
menulis dan kemudian diakui sebagai karyanya. Seorang penulis profesionalpun
ternyata tidak menulis setiap hari. Yang menulis adalah orang lain atau ghost
writyernya. Inilah adalah efek dari sesesorang yang hanya ingin
menerbitkan buku. Dia akan bergantung kepada orang lain. Berbeda dengan orang
yang mengasah kemampuanya dengan menulis setiap hari, tanpa memikirkan bukunya
diterbitkan atau tidak. Ketika seseorang yang tidak mempunyai kemampuan untuk
menulis buku, tapi dia mengasah keterampilannya dengan terus menerus dia akan
mudah untuk dapat menerbitkan bukunya.
Pembiasaan kita menulis harus di mulai dengan, kata 'WHY'
-nya terlebih dahulu.
Mungkin bapak Ibu bertanya, kenapa kita perlu menulis setiap
hari? Seperti kata pepatah “Alah Bisa, Karena Biasa.” Jadi, orang yang terbiasa
melakukan sesuatu akan mahir dalam melakukannya. Contoh, Ibu dan bapak
guru suka menasihati anak didiknya agar
membiasakan diri untuk melakukan sesuatu. Tujuannya apa? Untuk membuat anak
didik itu mahir melakukannya. Demikian pula halnya dengan menulis. Jika kita
melakukannya setiap hari, maka kita akan menjadi mahir menulis.Awalnya terpaksa
kemudian dipaksa oleh keadaan san menjadi bisa akhirnya menjadi terbiasa dan
menjadi mahir.
Contoh lain. Bapak Ibu ini jago banget kalau bicara didepan
kelas. Banyak pula professor di kampus yang hebat dalam memberi kuliah. Tapi,
ketika diminta untuk membuat sebuah karya tulis; jadi gelagapan. Padahal
temanya adalah bidang yang dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak
didiknya. Kenapa tidak bisa? Karena,
para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI BICARA. Namun, tidak terbiasa MENULIS.
Maka dari itu, kita perlu SETIAP HARI MENULIS. Agar kelak kita jadi
terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga
dalam bentuk tulisan.
Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena
menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh
kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun,
selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Dan
itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu.
Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam
perasaan itu. Atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Padahal, belum tentu
ada yang mau dengar. Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya
teman untuk mencurahkan perasaannya. Caranya yaitu dengan selembar kertas
dengan pena kalau dulu. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita
bisa mencurahkannya disana.Sering kita dapati status status di wa ataupun di
media sosial lainnya.Itu sekedar untuk bisa mencurahkan perasaan yang di alami.
Sebenarnya tulisan-tulisan itu bisa di jadikan sebuah tulisan dan di kembangkan
untuk bisa jadi sebuah paragraph dan bentuk tulisan yang Panjang.
Yang ketiga, menulis setiap hari itu merupakan healing
remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih
sehat. Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah;
Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang
lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan
untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri.
Kemampuan kita bisa diasah dengan cara berkomitmen untuk tidak
melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, bapak
ibu sekalian. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai
sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak? Kalau saya
pribadi, 1 hari 1 artikel. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak
ditentukan jumlah katanya. Kalau jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke
koran, itu ada ketentuan jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan.
Karena bukan hal yang mudah untuk menuanggkan gagasan secara indah dengan
jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi saya, ukurannya adalah "1 Artikel". Artikel
itu adalah Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat
dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya.
Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak
yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan
memahaminya. Oya, kenapa saya pakai kata KALAU? Karena,
belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Tapi jangan bersedih yang
terpenting adalah tiap hari kita menulis . Ditahap belajar ini, sebaiknya
kita tidak terlalu baper soal ada yang baca apa tidak. Karena kalau orang lain baca
pun belum tentu feedbacknya positif. Tidak sedikit orang yang
berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negative.Jadi yang penting
menulis saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca
orang, YAKIN bakal dibaca.
Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses
membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya.
WHAT makes you write something? Apa yang mendorong
Anda untuk menulis? Pertanyaan ini sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan
jawaban yang tepat, akan berhenti ditengah jalan. Jadi mari kita tanyakan
kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa
tujuan kita menulis?
Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada.
Dulu, saya pernah berada di level itu. Saya menulis untuk mendapatkan uang,
karena saya butuh untuk biasa sekolah. Apakah saya berhasil? Lebih banyak
gagalnya daripada berhasilnya. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi
daripada diterbitkan. Saat itulah kemudian saya sadar bahwa, menulis karena
ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi saya. Dan sampai sekarang, saya
menulis BUKAN untuk uang. Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai
pendorong utama dalam menulis. Boleh saja. Tidak masalah. Tapi nanti seiring
berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita
dalam menulis.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN.
Nah, yang ini menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti
kita. Bapak ibu boleh tidak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam
menulis. Boleh saja. Tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita
akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita. Dulu ketika saya
menulis karena uang, kadang saya kecewa karena penerbit menolak. Seperti
diremehkan oleh mereka . Kita juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak
seperti yang kita harapkan. Royalti penulisan buku misalnya. Lalu kalau menulis
setiap hari Idenya dari mana? Ini pertanyaan banyak orang. Nah ini penting saya
sampaikan. Bapak ibu, segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra
kita adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja. Pegang teguh prinsip itu.
Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6
kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Oleh kerena itu
berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SANGAT banyak.
Contoh. Hal apa yang bapak ibu tangkap dengan panca indra
sekarang? Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada suara seseorang yang lewat didepan
rumah? itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG! gara-gara panci jatuh? semua sumber
ide. Dan ide itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang kemudian
menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan. Karena rangsangan itu selalu
ada setiap hari, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari.
Materi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang
dapat saya simpulkan sebagai berikut :
Bapak Dadang mulai
menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah
sekitar 40 tahun menulis. dan mulai dipercaya oleh penerbit Sekitar 10 tahun
lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya.
Kondisi saya dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan
mereka punya bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus.
Sekarang, ada Sangat banyak penerbit. bahkan menerbitkan sendiri pun bisa.
Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama saya untuk diercaya penerbit.
Kalau kita masih
pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit.
Karena kita yang masih pemula butuh mereka . Strateginya paling gampang adalah;kita
terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi
terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa
menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi intinya seperti saya jelaskan diawal;
Fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil
karyawa ibu berseliweran diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi
seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
Menulis awalnya harus dipaksa kalau dipaksa nanti bisa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses
yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki
'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi
menulis setiap harinya barus setelah bekerja dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah
biasa menulispun butuh dipaksa.
Untuk penulis pemula,Mengenai
Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika
penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. Kalau saya bicara
dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi,
bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis.
Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya.
Berapa banyak perhari
kita dalam menulis. Targetkan 1 karya tulis. Sepanjang apa? Berapa kata? Bebas.
yang penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca
mengerti. Contoh,. jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG
MENYERAH" misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata. Cukup 2 atau 3
paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau
mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1
artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan.
Tidak ada standar
berapa lama masa pengumpulan. kecuali jika bapak punya kontrak dengan penerbit.
Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Kalau bapak menulis
untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda lagi.
Contoh pengembangan paragraf “Dunia Tanpa Suara “
Paragraf 1:
Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya
tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan?
Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi?
Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara
pun tertangkap pendengaranmu.
Pragraf 2
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar
tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin
kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa
Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam
suara.
Paragraf terakhir
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena
ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang.
Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar
apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya...., gadis itu tidak
pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa...
a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian
dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan
Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang
gadis itu kepada hari Jumat nanti?
Sudah sampai pesannya belum dengan 3 paragraf itu? Minimal
ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada
'komitmen' untuk melanjutkan.
Kesimpulan: orang mengatakan memulai itu sulit sekali. kalau
saya bilang: MULAI SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran kita.
Insya Allah. nanti akan mengalir dengan sendirinya. Dan tidak lupa kita harus
mint apetunjuk dari Allah mohon bimbingannya ,karena tanpa bimbingan dan
petunjukNya kita tidak akan bisa apa-apa.Jadi mulailah menulis dengan apa yang
muncul dari benak kita.
Pak Dadang menambahkan bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER"
itu bukan hal yang buruk. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin
menerbitkan buku. Kalau kita kan ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan
opsi yang tepat buat kita. Mengenai tidak pede. dalam proses latihan menulis,
kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata.Di sekolah dulu ada
pelajaran mengarang . bu gurunya bmenyampikan untuk panjang tulisan minimal
1500 kata. Widiiih, bagi pemula itu
sngatlahkesulitan.Jadi santai aja. Dan tadi kita bahas juga
tentang, tidak usah baperan dengan respon orang terhadap kualitas
tulisan kita. Kita cuek maksudnya? Bukan. Tapi, kita harus menerima diri
sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak
laku' ya tidak apa-apa. Kaarena kita baru belajar. Latih terus aja. Buat
tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain,
biarin saja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya.
Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan
saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif.
Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat
tulisan. Saya bilang, boleh jadi
seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan penuh
kekaguman. Jadi tunggu apa lagi menulislah.
Kalau sebuah tulisan sedikit yang baca, TIDAK BERARTI
tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat.
Tulisan-tulisan bapak bisa dibuat kompolasi
Dalam menulis artikel tidak ada keharusan menulis judul dulu
atau naskah dulu.
Dulu buku saya yang judulnya "OUTSHINE" diberi
judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT
DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan.
Setelah kita menulis kita harus jaga keistiqomaahn kita dalam
menulis.niatkan menulis itu untuk kita berbagi dengan orang lain.Itulah
pentingnya menemukan WHAT MAKES YOU WRITE .Tapi jawaban dari WHAT tadi sifat
individual. Kalau kita menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika hasil
karyawa kita tidak jadi uang banyak. Tapi kalau kita punya alasan yang lebih
tinggi lebih mulia lebih bernilai Insya Allah akan istiqomah. Menulis artikel
lebih menarik menurut narasumber karena kita justru setiap hari kemudian diberikan secara
free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan kita bisa lebih cepat sampai kepada orang lain.
Kesimpulan: Berlatihlah terus menerus dengan cara menulis setiap hari.Temukan,
hal apa yang bisa membuat kita ingin menulis. Atau apa tujuan kita menulis.
Jika sudah ketemu, nanti kita akan dengan sendirinya menulis secara produktif.skill
menulis akan terasah dan kualitas tulisan akan semakin baik.Jika tulisan baik maka penerbit akan mendatangi kita.
Semangat untuk menulis
setiap hari
Salam guru blogger
Keren udah selesai Bu. Mampir ke Tips menerbitkan buku ke penerbit nadional cakinin.blogspot.com
BalasHapusOk siap pak
HapusLengkap.dan terpercaya
BalasHapusMaksiih buk..
HapusWaaw...lengkap dan rapi. Semangat terus
BalasHapusTerimakasih.. Sll smngat u guru blogger yaak..
HapusBerlatih terus untuk terus menulis. Jika tulisan baik maka penerbit akan mendatangi kita
BalasHapusBerlatih terus untuk terus menulis. Jika tulisan baik maka penerbit akan mendatangi kita
BalasHapusDisiplin dlu untuk sll menulis..tulis dan tulis..hehe
HapusTantangan terbesar adalah menulis setiap hariii... benerr bangett☹ suksessz selalu👍
BalasHapusAamiin.. Semngaat ibu
HapusPanjang banget and paket komplit,.. top bgt
BalasHapusTerimakasih ibu..
BalasHapus