Selasa,6 Mei 2020
Menulis buku
catatkan sejarah,menulis dengan 4 R
Tidak terasa Hari ini, Rabu, 6 Mei 2020, kuliah menulis online bersama
Omjay sudah hari ke 27 untuk materi hari
ini di sampikan oleh pemateri Ibu Farrah Dina. Beliau dilahirkan di Jakarta, 17
Maret 1980 dan pernah mengenyam pendidikan di Tokyo Gakugei University, Tokyo,
Jepang, Teacher Training Program Jurusan Curriculum Theory (2014)
State University of New York, College at Buffalo Master of Science in
Multidisciplinary Studies (2007), dan Institut Pertanian Bogor Sarjana Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (2003). Kesehariannya beliau sebagai
pendidik, pelatih guru, dan penulis. Ibu Farrah juga adalah pendiri Tangga Edu
dan telah menulis 20 judul buku, berkaitan dengan pendidikan untuk guru dan
orangtua serta buku-buku bergambar untuk anak.Luar biasa di usia beliau yang
masih tergolong muda namun hasil karyanya sudah mencapai 20 buku.
Adapun tema kuliah kali ini adalah terbitkan buku,
catatkan sejarah. Ibu Farrah memulai kuliahnya dengan mengajak peserta
menyaksikan video pda link youtube berdurasi 17:33 menit
https://www.youtube.com/watch?v=_7_bUDRAnhY&feature=youtu.be yang
berisi materi yang akan disampaikan.
Menulis dan menerbitkan buku adalah dua hal yang berbeda. jauh
lebih baik jika seorang penulis bertekun dahulu dalam menulis sampai karyanya
berkualitas dan sangat dibutuhkan, maka akibat dari itu adalah menerbitkan
buku.
Yang paling penting bagi seorang penulis adalah menulis.
Penerbitan adalah sebuah akibat. Adapun yang terpenting bagi penulis adalah
pembaca. Penulis tak ada artinya tanpa pembaca.
Di dalam menulis sampai menerbitkan buku ada ada 4 (empat) R
yang perlu diperhatikan.
1.
Renjana
Rencana atau passion kita
dimana,sesuatu yang sudah menjadi pikiran kita.mulai apa yang kita sukai dan kita
kuasai agar tulisan kita bisa mengalir.Bisa buku tentang motivasi,Agama,buku
anak,penelitian dan lain-lain. Renjana adalah passion, ketertarikan kita pada
satu hal yang kita akan mengerahkan energi kita untuk itu dengan senang hati.
Menulis sesuatu yang sesuai dengan renjana kita, itu akan menjadi kekuatan di
awal. Manusia memerlukan reward langsung. Saat kita menulis sesuatu yang sesuai
dengan minat kita, maka kita akan menikmatinya & hasilnya pun akan cepat
jadi. Hasil tulisan yang jadi ini menjadi reward sendiri untuk kita sehingga
kita akan terus termotivasi untuk menulis. Setelah itu, barulah berkreasi
dengan berbagai genre agar kita menguasai
menulis berbagai hal.
2.
Rutin
Bukan hanya rutin menulis,tapi kita
harus juga rutin membaca. Ketika kita
banyak membaca, maka kosa kata kita pun akan bertambah. Seringlah membaca
dengan banyak buku dengna genre masin-masing.kita ada keinginan untuk membuat
bentuk tulisan yang lain. Setelah itu kita akan rutin menulis, dengan
menyiapkan waktu dan tempat khusus untuk menulis. Menulis bisa di mana saja,
kapan saja dan tentang apa saja. Setiap melihat sesuatu yang menarik maka itu
bisa menjadi sumber ide. Gunakan catatan, note di HP, rekam
dengan recorder tool. Kita harus mengumpulkan bahan-bahan cerita.
Jangan menunda menuliskan ide yang telah didapatkan. Dan segera dapatkan emosi
dari tulisan kita.untuk membentuk rutinitas perlu …. Orang
menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan. Orang yang memendam akan
kalah dengan orang yang mengungkapkan
3.
Review
Setelah kita punya kumpulan tulisan,
maka waktunya mereview secara berulang-ulang. Inilah proses terpanjang dalam
menulis.biarlah tulisan kita mengalir. Pada saat menulis draft, maka tulis
semua yang ingin ditulis. Tidak perlu diedit, tidak perlu dilihat nama
tokohnya, waktunya, scenenya, skenario, logikanya, alurnya. Tulis saja, biarkan
mengalir. Nanti di tahap review, baru kita melihat, misalnya tokohnya, alurnya
logikanya dan sebagainya.
Review juga penting untuk melihat pasar
kita. Apa yang mau ditulis? Siapa audiencenya? Apa yang dibutuhkan? Misalnya
background dan alasan menulis. Hasil penelitian bisa dibukukan menjadi tulisan
yang populer.
4.
Ruang bagi pembaca
Ketika telah melakukan review, jangan
berhenti di sini jika dirasakan review kita sudah bagus. Namun, yang penting
adalah review dari pembaca buku yang kita tuju. Jika bukunya tentang guru, maka
pembacanya adalah guru, dan jika buku itu untuk orang tua, maka pembacanya
dalah orang tua. Ruang bagi pembaca di sini adalah bukan kita meminta mereka
untuk membaca buku, kemudian kita mengharapkan respon positif dari mereka.
Namun, yang kita harapkan adalah tanggapan-tanggapan negatif dari pembaca agar
kita bisa memperbaiki yang masih kurang. Perlu diingat, ini penting, jangan
sampai ruang bagi pembaca ini menghilangkan jati diri kita sebagai penulis.
Kadang ada review berasal dari hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kita, tidak
kita perkirakan. Hal ini karena pola pikir dan daya tangkap setiap pembaca
berbeda.
Seorang penulis tidak berarti tanpa hadirnya pembaca. Maka hadirnya
pembaca menjadi penting. Karena itu, share di medsos dan meminta orang-orang
terdekat kita membacanya. Itu hal yang baik untuk memberikan motivasi dan
masukan untuk kita lebih baik dan berarti.
Demikian
materi ibu Farrah Danna yang luar biasa
ringan tapi begitu mengena dan membuat peserta semakin semangat untuk mampu
menulis dan menerbitkan buku yang berkualitas sesuai dengan genre
masing-masing. ,hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan dari peserta
guru menulis kelompok 8 ini dalam sesi tanya jawab.
Berikut
dapat di simpulkan dalam beberapa hal.
Di dalam menulis
dan menerbitkan sebuah buku tidak selalu melalui tahapan 4R seperti dalam
pembahasan diatas. Ini dirangkum dari pengalaman-pengalaman penulis yang hebat
yang sudah menerbitkan banyak buku dan disukai. Mereka akan menulis yang betul-betul
sesuai dengan renjananya lalu terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku,
jangan kita dipusingkan dengan editing & lain-lainnya yang nanti justru
akan menghambat jadinya sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review
berulang (dan ini proses panjang). Seringkali bahkan naskah final sangat
berbeda dari naskah awalnya... Kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca,
tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari
pembaca juga. Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis hanya untuk memenuhi
kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan.
Teknis
mengubah tulisan best practice menjadi tulisan populer. Banyak buku-buku yang
sekarang best seller adalah buku-buku ilmiah tapi disajikannya dalam bentuk
populer tidak penuh dengan data-data yang memusingkan. Sebaiknyadapat kita
membaca contoh buku-buku populer yang berdasarkan pendekatan ilmiah. Dari
buku-buku ini yang di perhatikan mereka akan membahas "Permasalahan"
lalu "jawabannya" dengan sedikit-sedikit memasukkan teori-teori
pendukung. Jadi yang dibahas bukan teorinya, ada unsur emosi kuat yang dibangun
sehingga ada konektivitas dengan pembaca.
Beberapa
contoh buku ilmiah dibuat populer (maaf yang terbayang saat ini buku2
terjemahan), seperti: Good to Great (penelitian dari 500 perusahaan sukses
dunia, The Miracle of Endorphin (pendekatan psikologis untuk metode
pengobatan), The Leader in Me (praktik-praktik di sekolah yang menerapkan 7
Habit).
Cara paling
ampuh untuk mengetahui passion kita dimana adalah dengan terus menulis, nanti
akan kelihatan kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh,
situasi, pengalaman ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa
yang menjadi renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan,
apa sih yang menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya jadi
teruslah menulis biarkan tulisan kita mengalir dengan sendirinya.tulis tulis
dan tulis.
Bagi seorang
pecinta buku anak, boleh sekali memasukkan imajinasi ke dalam buku anak. Justru
imajinasi itu kekuatan dari buku anak. Seperti binatang berbicara, anak pergi
ke ruang angkasa, berteman dengan robot, itu adalah imajinasi.
Yang tidak
boleh adalah takhayul dan imajinasi yang mengandung kekekrasan. Saya pribadi
keberatan dengan anak durhaka menjadi batu, siasat membuh raksasa seperti dalam
legenda asal usul Danau Batur, dan lain-lain. Sikap jahat akan ada akibatnya,
dan bisa dalam bentuk imajinasi tapi sebisa mungkin berkaitan dengan
perbuatannya dan tidak berlebihan.
Ibu Farrah menambahkan
bahwa membuat buku anak dengan desain berjenjang di awal. Mulai dari pembaca
pemula yang harus penuh dengan gambar. Untuk ini tentu kita bekerja sama dengan
ilustrator. Banyak komunitas-komunitas ilustrator saat ini, termasuk di medsos.
Tapi pada jenjang yang lebih tinggi, buku anak akan lebih sedikit gambarnya
bahkan tidak bergambar (novel anak). Nanti kita tentukan saja di jenjang mana kita
ingin menuliskannya. JIka tertarik lebih lanjut, akan ada workshopnya oleh
Tangga Edu, silahkan ikuti media sosialnya IG @tanggaedu & FB Tangga Edu
untuk info terkini.
Selanjutnya
narasumber menemukan renjana beliau berawal dari pendidikanya di Amerika dan Jepang di mana mereka sangat
serius memikirkan buku anak. TIdak halnya di Indonesia. Sebenarnya ini juga
berawal dari kebutuhan, saat di Jepang anak saya masih TK dan akan kembali ke
Indonesia masuk SD. Jadi beliau harus mengajarkan membaca. beliau minta
dikirimkan buku-buku dari Indonesia tapi beliau tidak puas. Lalu menulis buku
sendiri dan ternyata itu menyenangkan buat sbeliau dan merasa bisa memberi
solusi pada permasalaahan yang ada.
Selanjutnya beliau
juga melakukan penelitian di bidang membaca usia SD, dan salah satu hal yang
dibutuhkan adalah buku anak berkualitas. Di pasar, buku anak berkualitas itu
biasanya harganya mahal. Ini yang menjadi motivasi besar, menciptakan buku-buku
berkualitas dengan harga terjangkau. Ini yang menjadi motivasi terbesar dan
itulah passion yang beliau temukan Walaupun beliau tetap memaksakan diri untuk
terus menulis genre lain.
Karena
rutinnya menulis buku anak dan Pendidikan,beliau agak meninggalkan bentuk
tulisan ilmiah. Pada saat mengalami ini,beliau "memaksa" diri untuk mengirimkan rencana penelitian untuk
mendapat beasiswa. Dengan tekat yang jelas akan jadi motivasi untuk kita. Ini
juga perlu dilakukan. Alhamdulillah dengan research plan yang beliau buat, bisa
diterima di universitas di jepang.
memanage 4 R
yang di bahas diatas agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi
dalam menulis,adalah LAKUKAN... itu kunci utamanya... Dengan melakukan
maka kita yakin kita akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu diingat
adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu dipaksakan
juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat terbiasa.... Saat
ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review berulang-ulang.
Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak akan jadi karya
karena kita berkutat dengan banyak hal.
Sebagai
penulis awal, kita dalam menulis adalah tulis dulu sesuatu yang mudah bagi
kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang saat menuliskannya. Ini
gunanya untuk memberi reward terhadap diri sendiri. Dengan jadinya naskah yang
kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita untuk terus menulis. Jika di
awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan terhambat, Tulislah sesuatu
yang benar -benar isi kepala atau hati kita yang ingin disampaikan ke orang
lain.
Selanjutnya,
kita menyesuaikan diri dan bisa menulis dengan genre apapun, tentu dengan
latihan dan pembiasaan. Bahkan kita pun harus bisa menulis sesuai dengan
kebutuhan pembaca... Ini yang nantinya perlu dikuasai setelah kita menguasai
sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita. Semangat menulis
Di dalam
tulisan yang kita publikasikan akan sangat mungkin mendapat tanggapan negative dari
pembaca,untuk mengatasi hal itu kita harus bisa menerima tanggapan negatif tersebut dngan lapang.memang tidak mudah.
Jangan sampai juga itu medemotivasi kita dan menghilangkan jati diri kita. Saat
kita mendengar tanggapan pembaca, yang perlu kita tahu sebenarnya adalah
penangkapan pembaca terhadap hasil tulisan kita. Apakah sama seperti apa yang
ingin kita sampaikan? Jika berbeda, apa yang berbeda (tentu perlu ada ruang
imajinasi yang berbeda antara pembaca dan penulis). Kemudian
"keseluruhan" atau "detail" apa yang tidak disuka. Kalau
tidak suka karena selera yang berbeda, maka bisa jadi pelajaran bahwa org dgn
persona seperti dia bukanlah target pembaca kita.
Jika tidak
sukanya karena "persepsi" atau "terjemahan" yang berbeda
dari yang sebenanrnya ingin kita sampaikan, maka mungkin ada penulisan yang perlu
diperbaiki.
Dalam tahapan
menulis 4R,yang pertama adalah Renjana(passion) kita harus benar-benar tau mana
passion kita jangan memaksa diri untuk menulis yang bukan passion kita.tulis
yang sesuai passion kita.Apakah passion kita di fiksi atau non fikssi. Tulis
saja. Ini untuk menciptakan reward bagi diri kita di awal agar kita terus
termotivasi untuk menulis. Namun setelah itu lebarkanlah sayap... Coba buat
artikel lain yang tetap mengaitkan dengan fisika (ilmiah menjadi populer) dan
berkreasilah dengan genre2 lain.
Bagi yang suka meneliti, MULAI SAJA DULU .Ini
yang paling penting. Jika memang tertarik dengan penelitian, coba ambil salah
satu sudut dari penelitiannya untuk dijadikan artikel (bukan keseluruhan
penelitian). Ambil sisi yang dapat dibangun konektivitasnya pada pembaca secara
umum
Pada tahap
awal kita menulis maka sebaiknya kita menulis untuk tujuan diri kita. Apa yang
ingin kita sampaikan. Agar keluar jati diri kita sambil kita melihat yang cocok
dengan tulisan kita itu pembaca yang bagaimana. Baru kemudian kita berkembang,
mulai menulis berdaasarkan "pesanan" artinya kita tentukan
dulu sasaran pembacanya. Misalnya menulis untuk remaja maka ada bahasa-bahasa
yang perlu disesuaikan, maka kita menulis dengan "frame"
pembaca di kepala kita... Nanti kita minta pendapat dari pembaca yang dituju
sesuai sasaran.
Selanjutnya
ibu Farrah menyampaikan tentang proses kreatif yang beliau lakukan berhubung
beliau menulis buku berjenjang maka banyak pakem yang harus di perhatikan.
Biasanya memulai dari sesuatu value yang ingin beliau kenalkan pada anak tapi
tidak dengan cara doktrin tapi tertangkap. Agar dapat banyak ide, maka beliau banyak
menonton film anak, bergaul dengan anak-anak dan membaca buku-buku anak. Contohnya buku "Sihdeh
& Robot" yang intinya mengenalkan cara menenangkan diri dengan
menarik napas panjang. Kecenderungan anak laki-laki agak sulit untuk
menenangkan diri saat marah, maka diambillah tokoh robot agar relate dengan
anak laki. Setelah itu dibuat prosesnya, termasuk membuat story board....
Dibaca anak-anak, lalu review dan revisi lagi dan seterunya. Dari masukan anak,
bahkan judulnya pun ada perubahan.
Untuk
menulis buku non fiksi kita perlu
kerangka, paling tidak poin-poin penting yang ingin kita sampaikan. Tidak bisa
memulai karena kita berpikir "keseluruhan" dulu maka ini akan
menghambat di awal. Dari poin-poin yang sudah.
Agar bisa
mengasilkan buku dengan cepat bagi penulis pemula,di mulai dari topik yang kita kuasai.Tapi tidak ada
yang instan semua harus melalui proses.Proses itu akan semakin cepat jika segera
dimulai.
Terkait R
ke-4 yaitu ruang pembaca. Menurut pengalaman Ibu Farrah , Tidak ada rumus baku.
Kita siapkan diri kita untuk terbuka terhadap berbagai masukan. Tapi kita
lihat, kalau dia tidak suka karena berkaitan dengan selera yang berbeda, maka
dia bukan target pembaca kita dan ini informasi berharga bagi kita. Tulisan
kita akan memiliki target pembacanya sendiri. Tapi kalau pembaca tidak suka
karena interpretasi yang salah dari hasil karya kita, maka mungkin cara kita
menuliskannya perlu diperbaik...
Review buku
yang dimaksudkan adalah sebelum buku kita diterbitkan, maka buku itu kita
berikan kepada pembaca tertentu untuk membacanya lalu memberikan masukan
positif atau negatif dari buku yang kita tulis, tapi bahkan apapun hasil
tulisan kita, kita hadirkan pada pembaca & melihat tanggapannya -- ini
bahkan sebelum proses penerbitan, usaha individu penulis untuk mendapat
masukan. Kalau sudah ke penerbit, maka ada mekanismenya lagi tapi kita pun
sudah bisa jelaskan targetnya siapa, tanggapannya bagaimana kira hingga buku
kita itu bisa dibilang layak terbit
Al-hamdulilah banyak ilmu yang kita
dapat dari narasumber muda dan cantik ini,segera kita action untuk mampu
menulis dan menerbitkan buku menulislah dan tinggalkan sejarah,mulailah menulis
yang kita sukai dan kuasai.memulai merupakan Langkah awal untuk mampu menulis yang dapt menembus penerbit. “Orang menunggu akan kalah dengan orang
yang melakukan. Orang yang memendam akan kalah dengan orang yang
mengungkapkan’
Selamat berkarya salam guru blogger
indonesia
Ayo kita belajar membuat buku anak bersama ibu farah
BalasHapusSepertinya sesuai say mengajar anak-anak sd om..
Hapusinsya allah omjay
HapusSemangat ...
BalasHapusterimakasih bapak..
HapusLuar biasa
BalasHapusterimakasih Mr.Bams.. masih perlu latihan unggah vidio hehe
Hapusya pasti bisa
HapusCetar Hu,bisa untuk referensi.nulis sekaligus memotivasi diri biar tambah.semangat
BalasHapusiya ibu..pelan pelan.. mulai menulis dan menulis.. hehe
BalasHapusMateri lengkap. Mohon izin share. Terima kasih.
BalasHapusMantap
BalasHapusKeren mba,. lengkap banget
BalasHapusMakasiih ibu...
HapusMantap resumnya www.sarastiana.com
BalasHapusTerimakasih b.pak.. Masih kurang unggah vidio
HapusTerimakasih
BalasHapusMantul ibu
BalasHapusMulaia saja dulu....luar biasa. Tanpa permulaan pasti tidaka kaan ada akhir
BalasHapus