Resume pertemuan ke 25
Pengalaman
menerbitkan buku di penerbit mayor
Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I
Peserta guru menulis gelombang 8
Tepat Pukul 12.30 om Jay sudah minta ijin untuk menutup group
wa sementara.untuk persiapan perkuliahan hari ini.Setelah pukul 13.00 wib om
Jay mempersilahan Mr Bams sebagai
moderator untuk bisa memulai membuka pertemuan hari ini.Mr Bams membuka kuliah
dengan mengucap salam doa dan bertanya kabar kepada Bp Ukim. Mr Bams juga
menyampaikan ketentuan kuliah hari ini nanti untuk sesi tanya jawab
penanya bisa japri ke Mr. Bams dengan
menyebutkan nama dan daerah asal.cukup menyampaikan 1 pertanyaan.pertanyaan
boleh di sampaikan paling cepat pukul 14.45 WIB di luar itu tidak akan di
layani.
Untuk pemateri hari ini
Bapak Ukim Komarudin,M.Pd. Beliau adalah Penulis Buku Guru Juga manusia.
Ucapan terimaksih Bapak ukim kepada panitia yang telah
memberikan kesempatan kepada beliau untuk berbagi.Dan meminta maaf apabila yang
di sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi
dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat.
Pertama, belau berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadinya.
Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat mencurahkan
segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu Bp Ukim menemukan menulis adalah sarana yang
tepat buat beliau. Beliau tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas
tulisannya. Beliau juga tidak perduli
dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya
menulis. Menulis adalah kebutuhan.Beliau merasa menemukan lebih tentang "dirinya"
dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan
seperti ada sesuatu yang hilang. Pak Ukim menulis dengan jujur sejujurnya apa adanya.
Selain menulis apa adanya, beliau pun menulis apa saja.
Karena seorang guru,bisa menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa
proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku
harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik
orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman
berkomentar bahwa tulisan beliau bagus. Istilah mereka, tulisan beliau emotif.
Kata mereka juga, tulisannya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga
yang mengatakan bahwa bahasa yang di gunakan sederhana dan mudah dicerna oleh
pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan beliau dapat dijadikan
ceramah atau kultum, dan sebagainya.
Karena komentar tersebut, beliau mencoba membukukan
tulisan-tulisannya selama ini merekam semua kejadian karena beliau memang
senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang di
tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas"
yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu,
dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun
yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang
berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat untuk diri beliau, dan semoga
bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu,beliau kebetulan menjadi penanggung
jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya
bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.
Beliau banyak
mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak di pikirkan.
Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat beliau tidak nyaman karena
menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika beliau menulis buku"menghimpun yang
Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah
ada, apakah bukunya punya nilai tambah
sehingga pembaca melirik dan membeli buku tersebut? Untuk kepentingan pasar,
"Apakah beliau bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian
(diganti)? Dan seterusnya. Terus terang, beliau merasa kurang nyaman dengan
interview itu.Merasa diam-diam mulai "dipe.njara". Inikan ekspresi
pribadinya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Dari interview
tersebut beliau merasa tidak nyaman.
Beliau yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih
ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karyanya dapat
dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai beliau itu mungkin
editor. Sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak
diterbitkan atau sebaliknya. Sebagai pemula memang harus di poles mengenai
bagian sampul,ilustrasi,photo jika di
perlukan,tata letak dan lainya.Editor menceritakan bahwa semua hal yang
menyangkut buku selalu dalam konfirmasi,artinya semua akan terjadi
jikadisetujui penulis.
Demikianlah beliau menjelani proses, hingga akhirnya ada
proses sebelum naik cetak, yang sangat
penting dalam proses kreatifnya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama
persis jika akhirnya bisa dicetak. Beliau begitu bahagia menandatangi kontrak
kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak beliau terima. Diduga sikap itu
bukan sembrono, tetapi karena memang menulis bukan untuk hal tersebut.
Sesi tanya jawab dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut :
ü Kriteria layak
atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran
adalah (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar
biasa; (4)
Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga
pendidikan terbaik.
ü Tentang diri
narasumber dalam menulis dan menerbitkan buku
1. waktu tulisan
beliau mulai di lirik yaitu Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada
kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2. Media yang di gunakan untuk mempublish
tulisan bapak Ukim pertama kali. adalah menulis di
buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas.
3. latar belakang
buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, Buku Guru
juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang
saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan
berkah dari medsos itu.
4. .Bapak Ukim tipe penulis yang
lebih banyak buku yang tidak terbitkan daripada yang beliau terbitkan.Beliau
bukan tipe pandai menjual ide.tak peduli tak di lirik penerbit.beliau yaqin
Allah maha pengasih,beberapa tulisannya di lirik peenrbit dan jadi berkah buat
keluarga.
5. Semua buku beliau berkesan.
Dia seperti anak. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas.
Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut
kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas
rezekinya.
Sebagai pemula kita harus mampu memilih kategori ekspresi
menulis,menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan kita.Ada tipe
spinter,maka pilih cerpen,kalau marathon,pilih novel.harus bertahab dari
lari jarak pendek karena Latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.Ada yang di sebut
,Premis (tema besar).biasa teriri atas satu paragraf.Hebatnya ia adalah
sebuah headline yang memegang pergerakan ide,tokoh,dan alur cerita.Penulis
hebat harus memulai dari tu. Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi
penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi.
Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya ambyar. Tulis saja, nanti ada jurinya:
diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap
tulisan bapak gagal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada
suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan
orang.
Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip
ekspresi bentukannya seperti buku yang akan kita buat. Ketika kita datang ke
perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi.
Kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak. Tentang
meyakinkan memang dimulai dari kita sendiri. Kalau kita kurang yakin, celakanya
pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang
menjadi minat kita. Dari situ, kita punya standar sendiri.
Trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak
ditrbitkan yaitu Penulis yang baik memang pembaca yang baik.
Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya
setuju dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai
membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya. Menulis
(produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Menulis saja. Dengarkan
respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut
menjadi lebih baik.
Pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk
dalam hal karya. Kita akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam
menulis. Ketika teman-teman memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas
naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan
tulisan kita terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengantakan kepada Anda
bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini
tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hafal itu Gaya
Anda."
kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga
punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya
legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya.
Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis
berarti kita MENCIPTAKAN
SEJUMLAH KEBAIKAN.
Salam guru blogger
Selamat berkarya
Mantul bu. Monggo mampir. Ke cakinin.blogspot.com
BalasHapusterimakasih pak..asiiiaaap..insyaAllah selalu mampir.
BalasHapusmohon masukannya ya..
mantap dan sukses
BalasHapussilakan tinggal jejak di halobelajarsesuatu.blogspot.com
terimakasih pak
Hapusmantap dan sukses
BalasHapussilakan tinggal jejak di halobelajarsesuatu.blogspot.com
Lanjuttt pokoke.. Semangat
BalasHapusinsyaAllah siap.. terimakasih gih
HapusSelamat ya.
BalasHapusterimakasih ibu..belajar dan terus belajar
Hapusselamat ya semoga selalu sukses
BalasHapusKeren mba, maaf baru baca ini
BalasHapus