Cari Blog Ini

Senin, 04 Mei 2020

Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor

Resume pertemuan ke 25


Pengalaman menerbitkan buku di penerbit mayor



Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I
Peserta guru menulis gelombang 8

Tepat Pukul 12.30 om Jay sudah minta ijin untuk menutup group wa sementara.untuk persiapan perkuliahan hari ini.Setelah pukul 13.00 wib om Jay  mempersilahan Mr Bams sebagai moderator untuk bisa memulai membuka pertemuan hari ini.Mr Bams membuka kuliah dengan mengucap salam doa dan bertanya  kabar kepada Bp Ukim. Mr Bams juga menyampaikan ketentuan kuliah hari ini nanti untuk sesi tanya jawab penanya  bisa japri ke Mr. Bams dengan menyebutkan nama dan daerah asal.cukup menyampaikan 1 pertanyaan.pertanyaan boleh di sampaikan paling cepat pukul 14.45 WIB di luar itu tidak akan di layani.
Untuk pemateri hari ini  Bapak Ukim Komarudin,M.Pd. Beliau adalah Penulis Buku Guru Juga manusia.

Ucapan terimaksih Bapak ukim kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada beliau untuk berbagi.Dan meminta maaf apabila yang di sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat.
Pertama, belau berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadinya. Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu  Bp Ukim menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat beliau. Beliau tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisannya. Beliau juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan.Beliau merasa menemukan lebih tentang "dirinya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Pak Ukim menulis dengan jujur sejujurnya  apa adanya.
Selain menulis apa adanya, beliau pun menulis apa saja. Karena seorang guru,bisa menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis.

Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan beliau bagus. Istilah mereka, tulisan beliau emotif. Kata mereka juga, tulisannya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa yang di gunakan sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisan beliau dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya.

Karena komentar tersebut, beliau mencoba membukukan tulisan-tulisannya selama ini merekam semua kejadian karena beliau memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang di tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka beliau menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat untuk diri beliau, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).
Demikianlah waktu itu,beliau kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran.

Beliau  banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak di pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat beliau tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika  beliau menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah bukunya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku tersebut? Untuk kepentingan pasar, "Apakah beliau bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? Dan seterusnya. Terus terang, beliau merasa kurang nyaman dengan interview itu.Merasa diam-diam mulai "dipe.njara". Inikan ekspresi pribadinya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Dari interview tersebut beliau merasa tidak nyaman.

Beliau yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karyanya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai beliau itu mungkin editor. Sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Sebagai pemula memang harus di poles mengenai bagian  sampul,ilustrasi,photo jika di perlukan,tata letak dan lainya.Editor menceritakan bahwa semua hal yang menyangkut buku selalu dalam konfirmasi,artinya semua akan terjadi jikadisetujui penulis.

Demikianlah beliau menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatifnya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Beliau begitu bahagia menandatangi kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak beliau terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang menulis bukan untuk hal tersebut.

Sesi tanya jawab dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut :

ü  Kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran adalah (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru;  (2) lebih lengkap;   (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian   lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
ü  Tentang diri narasumber dalam menulis dan menerbitkan buku
1.   waktu tulisan beliau mulai di lirik yaitu   Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
2. Media yang di gunakan untuk mempublish tulisan bapak Ukim pertama kali.   adalah  menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas.
3.    latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller,   Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
4. .Bapak Ukim tipe penulis yang lebih banyak buku yang tidak terbitkan daripada yang beliau terbitkan.Beliau bukan tipe pandai menjual ide.tak peduli tak di lirik penerbit.beliau yaqin Allah maha pengasih,beberapa tulisannya di lirik peenrbit dan jadi berkah buat keluarga.
5.  Semua buku beliau berkesan. Dia seperti anak. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.

Sebagai pemula kita harus mampu memilih kategori ekspresi menulis,menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan kita.Ada tipe spinter,maka pilih cerpen,kalau marathon,pilih novel.harus bertahab dari lari jarak pendek karena Latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.Ada yang di sebut ,Premis (tema besar).biasa teriri atas satu paragraf.Hebatnya ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide,tokoh,dan alur cerita.Penulis hebat harus memulai dari tu. Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya ambyar. Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak gagal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.

Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan kita buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. Kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak. Tentang meyakinkan memang dimulai dari kita sendiri. Kalau kita kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat kita. Dari situ, kita punya standar sendiri.

Trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak ditrbitkan yaitu Penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Menulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.

Pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Kita akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan kita terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengantakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hafal itu Gaya Anda."

kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Salam guru blogger

Selamat berkarya


11 komentar:

  1. Mantul bu. Monggo mampir. Ke cakinin.blogspot.com

    BalasHapus
  2. terimakasih pak..asiiiaaap..insyaAllah selalu mampir.


    mohon masukannya ya..

    BalasHapus
  3. mantap dan sukses
    silakan tinggal jejak di halobelajarsesuatu.blogspot.com

    BalasHapus
  4. mantap dan sukses
    silakan tinggal jejak di halobelajarsesuatu.blogspot.com

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. terimakasih ibu..belajar dan terus belajar

      Hapus
  6. selamat ya semoga selalu sukses

    BalasHapus
  7. Keren mba, maaf baru baca ini

    BalasHapus

Hidup Barokah Jaminannya Bahagia

Hidup  Barokah Jaminanya Bahagia Pengajian  antar instasi putaran ke-86 di kapanewon paliyan dilaksanakan di hari Rabu, 20 Novem...