Cari Blog Ini

Jumat, 13 November 2020

Rasa Tanpa Ada Ikatan

 Rasa Tanpa Ada Ikatan



Belum genab setahun kepergian sang ayah kini ibunya telah menyusul. Begitu cepat kabar itu aku dengar, karena satu hari sebelum kejadian itu aku dan juga temenku baru berkunjung ke rumahnya. Begitu banyak yang ia kisahkan, tentang apa yang telah menimpanya. Kekawatiran yang menghinggapinya untuk membesarkan dua buah hatinya. Sedikit nasehat untuk membesarkan hatinya aku sampikan.

Pukul 09.00 WIB, banyak pesan dan panggilan masuk namun aku tidak mengetahuinya karena kesibukan saat itu. Satu pesan terbaca olehku. Air mata tak terasa menetes dan badan terasa begitu lemas tak sanggup untuk berdiri. Salah satu temanku menasehati dan bersedia  untuk mengantarkanku untuk ta’ziah. Dan aku segera minta izin  kepala sekolah untuk segera berangkat ta’ziah.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai di rumahnya. Kulihat banyak orang berta’ziah disana. Begitu banyak orang  yang ta’ziah, aku langsung masuk ke dalam dan mencari orang tua dari almarhum.

Pada malam harinya akupun mendatangi rumahnya tak tega melihat putranya. Akupun segera mencari dik Hiban. Ya Dik Hiban namanya, anaknya periang, gesit dan selalu aktif. Sejak ayahnya meninggal, dia mulai terbiasa dengan ku karena tiap bulan sekali aku dan teman selalu datang kesana. Ayah hiban adalah teman SMA ku dulu. Jadi aku di amanahi teman-teman seangkatan  untuk sekedar membantu memberi sedikit uang untuk jajan dik Hiban. Sejaksaat itu aku pasti datng ke rumahnya.

Malam itu malam pertama dik Hiban di tinggal oleh ibunya. Ibunya meninggal saat kecelakaan di pagi hari saat pulang dari pasar untuk belanja sekedar jajanan untuk di bagi ke teman-temen dik Hiban. Pagi itu hari ulang tahun di hiban ke-3. Berharap kebahagiaan bisa bersamai di hari ultahnya, namun keadaan berkata lain. Kecelakaan tunggal itu mengantarkan Ibu dik Hiban untuk pergi selama-lamanya. Innalilahi wainna ilaihi rojiun… Ibu dik Hiban meninggal saat perjalanan di bawa ke rumah sakit.

Tidak banyak yang bisa aku perbuat kecuali ikut mendoakan, Malam pertama  tahlilan. Aku datang dan aku lihat dik hiban berlari dan memanggilku.

“ Ibuuuk..”pangilnya  padaku. Jleg seketika hancur hatiku, mendengar panggilan itu. Dik Hiban yang belum paham jika ibunya telah tiada, dari pagi menanyakan ibunya terus, namun tidak ada yang bisa menjawab, hanya deraian air mata yang mewakili jawaban atas pertanyaan itu.

“Sini sayaang “, ucapku lirih dengan menahan pilu. Aku peluk dik Hiban dan seperti tidak mau di lepaskan.

“ Ibu, jangan pergi ya, jangan tinggalin Hiban sendiri “. Pintanya.

“Iya sayang ibu ga akan pergi, ibu selalu ada untuk dik Hiban. Semakin pelukan ini terasa menyakitkan bagiku. Aku ga tau apa jadinya nanti setelah aku ga bisa setiap hari bersamanya.

Malam itupun aku susah untuk pamit pulang. Aku tunggu dik Hiban tidur baru aku pulang. Ada rasa perih yang menghimpit saat aku langkahkan kaki untuk meninggalkan rumahnya. Ya rabb kuatkan dia .

Kegiaatan rutin sebulan sekali tetap aku jalankan, aku datang mengunjungi dik Hiban dan juga kakaknya yang setelah orang tuanya meninggal mereka tinggal bersama neneknya. Pernah sekali aku sampaikan keinginaku untuk mengangkat anak dik Hiban namun mereka keberatan. Lambat laun di Hiban sudah mulai paham jika ibu dan ayahnya meninggal. Dia tetap memanggilku ibu dan dia sering minta untuk di ajak ke rumahku. Bahkan kadang tidak mau untuk di antar pulang.

Suatu siang saat dia ku ajak ke rumah. Aku di kagetkan dengan pemberiannya. Daun berbentuk hati ia sodorkan ke aku.

“Ibu, aku cinta ibu” katanya dengan senyum dan gayanya yang periang.

“Makasih dik “.jawabku.

Aah di Hiban kau buat ibu terharu. Semoga ibu bisa selalu buatmu nyaman dik, cepat tumbuhlah besar jadi anak yang pinter, solih, tangguh dalam hadapi tantangan hidup, jadi anak yang beruntung dunia dan akhirat. Doa ibu menyertaimu nak.

Entah apa yang membuat rasa ini enggan untuk jauh darimu dik. Ibu menyayangimu sepenuh hati. Sebisa mungkin ibu akan lakukan yang terbaik untukmu. Ibu sayang kamu.

Jangan tunggu kita kaya untuk bisa membuat anak-anak seperti dik Hiban bahagia, berikan sedikit yang kita punya untuk kebahagian mereka. Mereka butuh kasih sayang dan perhatian kita.

Dalam Al-Quran  Q.S Al-Maun juga jelas kita di larang untuk menghardik anak yatim, artinya kita diperintahkan untuk menyayangi anak yatim.

فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ

“Itulah orang yang menghardik anak yatim”

Orang  yang mengahardik anak yatim termasuk orang  yang mendustakan agama. Selain itu, Al-Maun juga berisi perintah untuk memberi makan orang miskin.

Semoga kita bisa mengamalkannya.




Salam sehat,salam literasi,tetap semangat dan terus berkarya.

 

Day10AiseiWritingChalengge

Gunungkidul,13 November 2020

15 komentar:

  1. Dik Hiban umur berapa? Yang kuat dan sabar ya sayang.. Jadi baper nih ceritanya

    BalasHapus
  2. Sekarang dah lma thun buk.. Dlu di tinggl ibunya umur 3 thun.

    BalasHapus
  3. Smg dik hiban tumbuh mjd anak shalih yg sukses dunia akhirat. Aamiin3

    BalasHapus
  4. Smoga mas Hiban mjd anak sholeh sebagai tab akhirat orang tuanya... Aamiin

    BalasHapus
  5. Aduh baper..salam sayang dan do'a yg terbaik utk dik Hiban ya bu

    BalasHapus
  6. Salam untuk Dik Hiban...
    Sehat selalu ya nak..
    untuk Ibu Atik, semoga selalu diberikan keberkahan. Aamiin

    BalasHapus
  7. Sabar dan tawakhal,. Kita semua akan kembali kepada Nya Sang Pencipta yg penuh dengan Kasih sayang

    BalasHapus

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca