Cari Blog Ini

Selasa, 27 April 2021

Termotivasi dari Seorang Asma

 

Termotivasi dari Seorang Asma



 SMA aku sudah mulai senang mebaca buku-buku Asma Nadia, entah mengapa aku suka dengan sosok seorang Asma Nadia. Dari perjalanan hidupnya Sejak kecil sampai sukses dengan karya-karyanya membuatku termotivasi untuk menulis. Baginya menulis sarana untuk bisa mencapai Ridho-Nya. Dan Juga dapat membuat kita  sehat.

Asma Nadia semasa kecil hidup dan tumbuh dalam himpitan ekonomi keluarga. Keluarga Asma Nadia harus hidup berpindah-pindah dari satu rumah sewa ke rumah sewa lain di Jakarta. Keluarga Asma bahkan pernah tinggal di tepi rel kereta api, di kawasan Gunung Sahari.

Di usia tujuh tahun Asma terbentur dari tempat tidur kala, bermimpi buruk. Keluarga mengganggap luka di kepalanya sebagai luka biasa. Namun, beberapa hari setelah itu Asma terus merasa kesakitan. Keluarga membawa Asma ke dokter. Dari hasil pemeriksaan intensif menyimpulkan bahwa ia mengalami gegar otak. Deritanya bertambah ketika jantung dan paru-parunya dinyatakan tidak sehat. Selama sepuluh tahun, Asma tidak lepas dari obat dan aktivitas bolak-balik ke rumah sakit untuk check up.

Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, sebab ia harus beristirahat karena penyakit yang dideritanya. Hari-harinya ia jalani dengan menulis. Ketika kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis. Motivasi dan dukungan dari orang-orang terdekat mendorongnya untuk terus menekuni hobinya itu.

Sudah banyak perhargaan yang ia dapatkan baik penghargaan nasional dan regional di bidang kepenulisan. Namun, Asma memutuskan untuk tetap memelihara rasa tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri dapat mendorongnya untuk tetap menulis, terus berkarya dan berproses menjadi lebih baik.

Menurut Asma, alasan utama menulis agar dapat meraih cinta dan ridha-Nya. Memberikan nilai edukasi tentang kebaikan dan kebenaran dalam berbagai hal. Ia menerapkan menulis setiap hari secara konsisten. Melakukan banyak riset dan gemar membaca, merupakan langkah awal menjadi penulis. Ia meyakini bahwa karya-karya yang dihasilkan sekarang merupakan akumulasi dari kegemarannya membaca yang dapat memperkaya wawasan.

Melalui karya-karyanya, ia pernah mendapat berbagai penghargaan dan bisa keliling dunia hingga 200 kota. Amazing, dengan menulis banyak hal bisa dicapai. Ternyata keadaan sakit tidak menjadikan berhenti untuk berkarya. Semangat Asma untuk selalu menulis hingga mencapai kesuksesan.

Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamualaikum Beijing. Seluruh royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji disumbangkan untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum Islam untuk menunaikan ibadah haji bagi yang tak mampu. Dia juga merintis Rumah Baca Asma Nadia yang tersebar di berbagai kota, rumah baca ini memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak yatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja yang kurang mampu. Ada sekitar 140 perpustakaan yang dikelola bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu

Hal inilah yang aku kagumi dari sosok seorang Asma Nadia. Semoga aku bisa meraih mimpi-mimpiku seperti sang motivator Asma Nadia. Aku ingin hidupku lebih berarti dengan berbagi lewat tulisan-tulisanku.

Tidak ada hal yang tidak mungkin jika kita selalu berani mencoba dan pantang menyerah untuk belajar dan terus belajar, konsisten untuk tetap memulis. Lalui prosesnya sabar dan tekun ,InsyAllah mimpi kan jadi nyata. Aamiin

 

#AprilChallenege

#Day25AiseiWritingChallenge

#KurikulumNgumpet

Gunungkidul, 27 April 2021

1 komentar:

  1. Setiap orang memiliki mimpi, bu. Kita harus belajar dan bekerja cerdas meraih mimpi kita, bu, :)

    BalasHapus

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca