Bedamai dengan Kenyataan
Melihat keadaan anak-anak di lingkungan tempat tinggalku, aku
merasa sangat prihatin dimana sebagian besar mereka tidak bisa mengikuti les
untuk meningkatkan pemahaman belajar mereka di sekolah. Untuk bisa mengikuti
les tentu saja membutuhkan biaya dan hal itu sangatlah dirasa berat oleh sebagian
orang tua mereka. Aku dan suami berinisiatif untuk membuka les di rumah agar
mereka bisa belajar bersamku dan suamiku. Beberapa bulan berjalan dan
alhamdulilah anak-anak senang mengikuti les di rumah kecilku waktu itu.
Seiring berjalannya waktu akupun hamil untuk anak kedua.
Kehamilanku sangatlah berbeda dengan kehamilanku yang pertama. Kondisiku sangat
lemah setiap mkanan yang aku makan selalu saja keluar. Seolah lambungku tidak
mau menerima makanan. Aku hanya makan ubi-ubian dan juga kelapa muda saat itu.
Melihat keadaanku itu suamipun tidak tega untuk ikut les bersama anak-anak.
Akhirnya akupun tidak ikut mengajar ank-anak les.
Hal itu ternyata membuat suamiku kerepotan untuk dampingi belajar
mereka karena yang mengikuti les lebih dari lima anak dan berbeda kelasnya. Suamipun
membagi mereka dengan tiga kelompok kelas. Setiap kelompok hanya les dua hari
selama sepekan. Alhamdulilah berjalan dengan baik.
Saat suami baru senang-senagnya menjalankan rutinitas les di
sela-sela jam kerjanya. Dia dapat panggilan untuk mengikuti seleksi beasiswa S2
disalah satu universitas di Yogyakarta. Hasilnya pun suami lolos dalam seleksi
tersebut. Dengan terpaksa suamipun menghentikan les yang ada di rumah kecilku.
Sedih memang disaat melihat keceriaan mereka dalam belajar dan tiba-tiba
harus berhenti begitu saja. Saat itu padahal kami baru berencana untuk memperbesar
ruangan les dirumah kami. Kedepan kami akan menerima anak-anak yang ingin
belajar menambah pemahaman materi pelajaran yang mereka terima di sekolah dan
untuk meningkatkan prestasi mereka. Saya ingin buat perpustakaan di rumah yang
bisa untuk taman bacaan anak-anak di desaku.
Akhirnya aku harus mengumpulkan sedikit demi sedikit semua yang
dibutuhkan untuk mewujudkan impianku yang sempat tertunda. Aku harus berdamai
dengan kenyataan dengan menerima hal itu dengan iklas. Saat ini akupun sudah
mulai merancang untuk membuat perpustakaan di rumah. Tidak hanya menyediakan
buku-buku materi pelajaran namun juga buku-buku hasil dari tulisanku. Mereka
dan juga anak cucu agar bisa menikmati karya yang aku dapatkan.
Doa dan harapan semoga apa yang menjadi impianku yang tertunda bisa
segera terwujut Aamiin.
Salam sehat salam literasi tetap semangat dan terus berkarya.
#JejakWarnaWritingChallenge
Gunungkidul, 16 April 2021
Mulia sekali bu, semoga tercapai ya bu tetap semangat ! :)
BalasHapusAamiin... Mksih ya mbk..
HapusWah, niat untuk mencerdaskan bangsa benar-benar luar biasa. Semoga berkah.
BalasHapusMemang benar ternyata, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Tetimakasih buk...semoga niat ini dapat ridho-Nya aamiin
HapusMasya Allah, cita-cita yang sangat mulia mba, Insya Allah impian akan menjadi kenyataan. Super sekali
BalasHapusMasya Allah, cita-cita yang sangat mulia mba, Insya Allah impian akan menjadi kenyataan. Super sekali
BalasHapusAamiin mksiih mbk...
Hapus