Mendung Tak Berarti Hujan
Suara adzan maghrib terdengar merdu dari mushola dekat rumahku.
Segera kututup candela dan kuletakkan hand phone yang sedari tadi masih
dalam genggamanku. Berharap Mas Adit
masih bisa menghubungiku setelah suara petir menyapa tanpa permisi, gemuruhnya
mampu mengagetkanku serta menghentikan pertemuanku
dengan Mas Adit melalui panggilan WA. Ada rasa was-was karena selama empat hari
tiada mendapat kabar darinya belum juga selesai saling bertanya kabar tiba-tiba
terhenti begitu saja.
Siapa yang tidak akan merasa sedih. Ku hilangkan segala gundah
gulana, segera ku ayunkan langkah
untuk ambil wudu untuk tunaikan salat
mahrib. Kusebut kau dalam doa. Merindumu
hanya bisa terobati dengan doa-doa indah yang kupinta pada sang pemilik jiwa, Allah
SWT. Ketenangan segera hadir, kulanjutkan untuk membaca ayat-ayat quran agar
hati semakin tenang. Betul saja setelah hal itu aku lakukan hati ini merasa
lebih tenang.
Segera aku kirim pesan chat untuk Mas Adit. Berharap kali ini Mas
Adit bisa menerima pesanku dan membacanya.
“ Assalamu’alaikum mas ? Gimana keadaan mas ? baik-baik aja kan? “
tanyaku dengan penuh harap.
Tanda ceklis satu. Upz artinya pesanku belum sampai dan belum bisa
Mas Adit baca. Kutarik nafas panjang dan ku buang pelan serta pejamkan mata.
Itulah yang sering aku lakukan seperti pesan Mas Adit di kala hati tidak nyaman
maka dia selalu memintaku lakukan hal itu. Kenangku pada
seseorang yang telah mampu buat diriku jatuh hati.
Sudahlah semoga Mas Adit baik-baik disana. Akupun segera lakukan
aktivitasku sambil menunggu adzan isya
kubuka lagi buku kumpulan cerpen “2020
bercerita” kubaca lembar demi lembar sampai terbaca beberapa judul. Membaca
adalah kesukaanku dari dulu semenjak duduk di bangku smp dan berlanjut sampai
sekarang. Bagiku membaca dapat membuat hati senang bisa melupakan hal-hal buruk
yang ada dalam pikiran kita. Tidak heran buku-buku memenuhi rak buku yang
terpajang di dalam kamarku. Bukulah yang selalu menemaniku menghabiskan
hari-hari sebelum aku menemukan Mas Adit dan kuputuskan untuk menerimanya sebagai
calon suamiku.
Tak terasa adzan isya’pun berkumandang dan segera aku tunaikan.
Masih tetap berharap dan menunggu akan kabar dari Mas Adit. Biasnya tiap kali
waktu salat tiba dia selalu mengingatkan dan jika berkesempatan kami salat bersama walau dilakukan di lain tempat.
Namun tidak mengurangi kedamain yang dapat kami rasakan setelah melakukan
salat.
“Mas ayo salat isya’ dulu”, bisiku lirih. Aku tahu kau disana kau mengingatku dan juga berharap malam ini
kita bisa salat isya bersama. Mas baik-baik disana ya !. Tak terasa air mata
menetes di pipiku, hangatnya membawaku semakin merindumu.
Gunungkidul, 3 Februari 2021
Mas Adit ...? Berdoa semoga Sehat dan bahagia
BalasHapusHehe.. Aamiin..
BalasHapusShalat bersama meski t4 berbeda a
BalasHapus