Kuraih Kemenangan
Tambahan pelajaran bagi siswa Sekolah Dasar tempat aku menimba ilmu
aku ikuti. Ada beberapa tambahan pelajaran atau les wajib yang perlu di ikuti
siswa.Di antaranya les Menari, Olah raga, Drumband, Hadroh dan juga BTA( Baca
Tilis Al-quran). Selain les Olah Raga aku ikut les BTA. Aku sangat ingin mahir
dalam membaca Al-Quran, bahkan aku bermimpi untuk bisa ikut ajang lomba MTQ
yang setiap tahun di adakan.Senang melihat teman-teman yang ikut lomba dan
meraih kemenangan.
Les BTA diadakan seminggu sekali di hari Rabu, les wajib yang harus
di ikuti seluruh siswa ini dibagi menjadi dua kelompok di setiap kelas.
Kelompok pertama diperuntukkan siswa
yang sudah bisa membaca Al-Quran sedang kelompok kedua bagi siswa yang masih Iqro'.
Aku termasuk ke kelompok dua. Di awal mengikuti les tak jarang aku mendapat
ledekan dan hinaan teman-teman.
"Hai, Ron. Kamu tuh kenapa sih susah banget membaca iqro,
mosyok sudah kelas 4 itu-itu aja, ga naik tingkat. Harusnya kan kalau kelas 4 sudah
bisa membaca Qur'an," ledek Saiful.
Aku hanya tertunduk malu dan diam seribu bahasa. Namun sahabatku
Deni selalu membelaku.
" Iful, iful. Kenapa juga kamu yang repot urusi Roni bisa baca
Quran apa tidak, harusnya kamu yang sudah bisa tu ajari dia," balas Deni.
" Sudah,Den. Jangan dengarkan Saiful. Toh aku memang lambat
belajar Al-Qurannya," ucapku.
"Kamu aja ,Den yang ajari Roni ya, aku sibuk banyak
urusan." Dengan gayanya yang sok. Saiful pun berlalu.
Beruntung guru yang mengampu les BTA sangat sabar membimbingku. Aku
sekalu ikuti les dengan rajin, aku harus bisa membaca Al-Quran sebelum aku naik
kelas lima. Di kelas lima sudah harus banyak setoran hafalan surat-surat
pendek. Aku tak boleh tertinggal dengan teman-teman.
Setiap sore di Mushola dekat rumahku selalu ada kegiatan mengaji.
Akupun mengikuti agar saat BTA di sekolah aku makin lancar membaca. Ada banyak
peningkatan yang aku dapati setelah setiap hari ikut bergabung untuk mengaji di
Mushola. Selain membaca iqro di Mushola tersebut ada tambahan hafalan
surat-surat pendek. Hafalanku mulai tambah. Aku sangat senang sekali. Pernah di
Mushola di adakan lomba menghafal aku dapat juara satu. Walau aku belum bisa
membaca Al-Quran namun hafalanku sangat bagus. Itu kata guruku. Aku sering
mendengarkan murotal yang di putar kakakku di rumah. Dengan mendengar setiap
hari murotal itu maka hafalanku semakin bagus.
Saat di rumah ada waktu senggang aku gunakan untuk meminta kakakku
mengajariku. Aku berjuang melawan rasa malas dan keinginan untuk bermain
bersama teman-temanku. Ibuku selalu memintaku untuk rajin belajar dan mengaji.
Jika Ibu sudah longgar dalam menyelesaikan pekerjaanya Ibu selalu berusaha
untuk langsung mengajariku.
Sakit panas dan deman yang sering aku alami di saat kelas dua dulu
membuatku terlambat untuk belajar Al-Quran. Berkat kesabaran Ibuku dan
nasehatnya aku bisa mengejar teman-teman seusiaku.
Kini setengah semester telah kulalui di kelas 4, aku sudah bisa
menamatkan jilid 6 belajar Iqro’. Aku sangat senang kini sudah bisa membaca
Al-Quran, walau belum lancar namun aku akan terus membaca dan belajar. Tiap
pada event lomba akupun ikuti walau di awal aku kurang percaya diri namun
berkat dukungan dari Ibu guru dan juga temanku Deni serta orang tuaku, aku pun
bisa mencapai kemenangan. Saat lomba
tahun ini aku juara 1 lomba hafalan tingkat kecamatan dan akan maju ke tingkat
kabupaten.
“Selamat, Ron atas capaian yang kau raih. Tetap semangat sahabatku.
Semoga di tingkat Kabupaten kamu juga memperoleh kemengan,” ucap Deni.
“Terimakasih, Den. Berkat kamu juga aku bisa menang dalam lomba ini,”
jawabku.
“Sama-sama, Ron. Buktikan kamu bisa kawan,” pecutan semangat dari
Deni selalu mampu buatku tambah semangat.
“Siap, Bos… sambil tangan kami kepalkan, aku dan Deni sangat
bersemangat. Sementara Saiful tiba-tiba datang dan tak lagi mengejekku. Dia
juga mengucapkan selamat padaku. Kami tersenyum bersama.
#CerpenAnakKerjakeras
#AiseiNovemberChallenge
#OnedayOneStory
Gunungkidul, 30 November 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar