Cari Blog Ini

Jumat, 19 November 2021

Inklusivitas di Dunia Digital

Ingklusivitas di Dunia Digital


Rabu, 17 November 2021 dalam pelatihan Guru Motivator Literasi Digital sudah memasuki pertemuan ke-8. Pada hari ini akan mendapat materi dari bapak Muliadi seorang guru Matematika di SMK negeri 1 Tolitoli, Sulawesi Tengah. Cuaca di Tolitoli tempat beliau baru mati lampu sehingga jaringan internet tergannggu. Beliau meminta maaf terputus komunikasi dengan Bapak Dail selaku moderator pada sore hari ini hingga terlambat menyapa peserta. Inilah salah satu kendala dalam kita berinternet.


Alhamdulilah Internet kembali stabil sehingga beliau bisa menuntaskan materi pada sore hari ini dengan baik. Alhamdulillah di sore hari ini kita bisa dipertemukan oleh Allah Swt dalam keadaan sehat walafiat sehingga bisa mengikuti kegiatan GMLD dengan penuh semangat. Rasa syukur tak henti-hentinya kita sampaikan kepada Allah wajallah sebagai pemberi segala kebaikan hidup. Semakin bersyukur kita, maka Allah akan terus menambah-nambah kebaikan dan nikmatnya kepada kita semua.

Pada kesempatan sore ini  narasumber  akan menyampaikan  pengetahuan dan pengalaman dari tema "Inklusivitas di dunia digital".  Tema yang luar biasa menginspirasi kita semua untuk lebih bijak bersikap dan bertindak di tengah keberagaman dan keberbedaan yang cenderung semakin tajam ketika bergeser ke dunia digital. 

Bapak Muliadi mengawali dengan pertanyaan,  apakah Inklusifitas itu?

Inklusivitas berasal dari kata inklusi, kata ini diambil dari kata “inclusion” yang berarti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Lawan kata inklusi adalah eksklusif atau eksclusion, artinya menegasi atau mengeluarkan. Dengan demikian inklusivitas merujuk kepada sikap menerima atau mengajak kepada siapa saja tanpa melihat perbedaan dalam konteks sosial. Sebagai sebuah sikap, inklusivitas senantiasa dikaitkan dengan sikap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat digital.

 

Mengapa kita harus bersikap inklusif di era digital?

Masyarakat digital identik dengan kebiasaan interaksi dengan media baru melalui konsep metode baru dalam berkomunikasi di dunia digital dan memungkinkan orang-orang dari kelompok-kelompok kecil berkumpul secara online, berbagi, menjual, dan menukar barang serta informasi.

Ada beberapa alasan mengapa kita masyarakat digital harus inklusif, yaitu:

Alasan ke-1. Internet bukan lagi barang baru di Indonesia. Oleh sebab itu internet seharusnya bisa dinikmati oleh siapapun dengan mudah.

Dari data yang ada, tercatat Indonesia sebagai salah satu pengguna smartphone terbesar di dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah pengguna internet terbesar. Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Sementara rata-rata waktu yang digunakan untuk mengakases internet adalah 8 jam 52 menit atau sekitar 75% dari waktu yang tersedia. Ini luar biasa, mengingat hampir 3/4 waktu dihabiskan hanya untuk mengamati perangkat digital yang ada.

Sebagian besar pengguna memanfaatkan media sosial untuk berinterkasi, berkomunikasi, atau sekedar mencari informasi. Tercatat aplikasi yang paling banyak digunakan secara berturut-turut yaitu youtube, whatsapp, instagram, facebook, lalu twitter

Alasan ke-2 : Dunia digital cenderung mempertajam perbedaan dan mempeluas keragaman, baik dari aspek fisik maupun pandagan, sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan sosial

contohnya apa?

Oleh sebab itu, perlu disikap secara bijak dan benar, berbagai contoh perpecahan atau perkelahian antara warga terjadi hanya akibat penggunaan media sosial.

Alasan ke-3: Keunikan yang hadir sebagai sebuah keniscayaan, perlu mendapat perlakuan yang proporsional sesuai kondisi keunikannya sehingga mereka dapat menikmati layanan dan kebutuhan sebagaimana layaknya anggota masyarakat digital lainnya.

Alasan ke-4 : Hak untuk memperoleh akses layanan dan kebutuhan di dunia digital untuk berbagai keperluan seharusnya mampu menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.

Masyarakat digital harus dapat mampu bersimpati dan berempati kepada berbagai keunikan akibat keterbatasan fisik atau mental yang diwujudkan dengan menyediakan instrument atau aplikasi yang ramah kepada penyandang disabilitas agar setiap orang dengan segala keterbatasannya dapat menikmati dan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan diri.

Dari alasan 1-4 mengungkapkan bahwa kita tidak bisa menghindari era digital, hanya 2 pilihan ikut atau ditinggalkan.  Lantas bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? dan sebagai guru apa yang harus  kita lakukan?

Setiap anggota masyarakat berhak mendapatkan layanan internet untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusianya.


Lingkungan yang inklusif dapat dilihat dari tiga hal. Jika hal tersebut berkaitan dengan kemudahan dalam mengkases internet maka yang harus dilakukan adalah menyediakan akses internet yang lebih baik. Dalam hal ini pemerintah terus berupaya membangun imprastruktur jaringan agar layanan jaringan mudah, dan terjangkau. Sementara itu jika hal tersebut, berkaitan sikap sebagai pengguna internet di dunia digital, maka sikap keterbukaan terhadap perbedaan pandangan harus dapat wujudkan dalam bentuk misalnya tidak mudah terprovokasi, dan dapat menerima perbedaan sebagai sesuatu lumrah.

3 hal penting dalam inklusivitas dunia digital : Keunikan fisik dan kemampuan, perbedaan dan keragaman.

Jika kita yang normal bisa nikmati serunya era digital dengan smartphone, bagaimana dengan saudara kita yang disabiltas?


Di lingkungan inklusif dalam penggunaan ponsel yang digunakan ada pruduk khusus ponsel yang diciptakan buat anak inklusif . tersedianya instrumen atau alat yang memudahkan para penyandang disabilitas sebagai salah satu bentuk perbedaan yang ada dalam lingkungan masyarakat digital. Sudah ada produk gadget yang memiliki fitur pembaca wajah, termasuk smartphone dengan fitur yang sesuai dengan penyandang tuna netra.

Allah menciptakan manusia sangat beragam untuk saling mengenal dan kolaborasi. Untuk itu kita bisa kembangkan inklusifitas dalam bermedia digital.

Motivasi yang harus diberikan kepada masyarakat adalah bahwa perbedaan dan keragaman adalah sebuah keniscyaan, oleh sebab itu keragaman dan perbedaan perlu dikelola secara baik dengan menonjolkan nilai-nilai yang lebih universal, seperti gotong royong.

Demikian materi dari Bapak Muliadi pada pertemuan ke-8 ini semoga bermanfaat. Salam sehat salam literasi tetap semangat terus berkarya dan teruslah berbagi.

Gunungkidul, 20 November 2021

  

1 komentar:

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca