#Tugas_Kedua
#Kelas_Cerpen
#WCS_70_Atik Suripto
Tema Madrasah
Lebih Baik Menangis Menahan Rindu Untuk Sementara Waktu
"Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya
belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan."
Kulangkahkan kaki dengan pasti di iringi sang mentari satukan tekad
demi sang pelangi, dengan balutan kasih sayang yang murni serta sebuah cita mulia
untuk bisa berikan mahkota terindah untuk ayah bundaku kelak. Inilah
keinginanku cita-citaku selepas aku lulus dari sekolah dasar aku bercita-cita
untuk masuk ke sebuah pesantren. Ayah Bunda tak pernah memaksaku, mereka selalu
memberikan kebebasan terhadapku dalam menentukan dimana aku harus sekolah.
Mereka hanya memberikan gambaran bagaimana jika sekolah di negeri dan sekolah di
pesantren. Semua ada kekurangan dan kelebihannya. Bundaku mengatakan bahwa jika
belajar di pesantren maka kita akan dapat ilmu dunia dan juga ilmu akhirat. Aku
sangat tertarik dengan pesantren.
Pendaftaran di laksanakan sebelum ada pengumuman kelulusan bagi
kelas enam Sekolah Dasar. Aku ikuti seleksi masuk pesantren jauh-jauh
sebelumnya sebelum pendaftaran sekolah negeri di buka pendaftaran pesantren
sudah mulai di buka. Bismilahirrahmanirahiim, dengan tekad semangat untuk cita-citaku
akupun ikuti seleksi tersebut. Alhamdulilah akupun lolos seleksi dan di terima
di sekolah berbasis pesantren di kotaku.
“ Bund terimakasih atas doanya, aku di terima di sekolah itu”,
kataku pada Bunda.
“Iya nak sama-sama, alhamdulilah harapanmu bisa masuk di sekolah itu
terkabul, mulai besok kau akan jauh dari Bunda, dan akan belajar mengurusi
semua kebutuhanmu sendiri”, jawab Bunda sambil kulihat mata bunda berkaca-kaca.
Tiba saatnya hari dimana aku berangkat pergi ke asrama, segala
persiapan sudah rapikan dengan baik. Apa saja keperluanku di asrama aku persiapkan
bersama bunda, dia selalu sabar dan berikan bekal nasihat tanpa henti. Aku tau
bunda masih belum tega melepasku, namun mengingat keinginanku yang begitu kuat
maka bunda pun mengiklaskan kepergianku tuk mencari ilmu.
Bersyukur sekali aku memiliki Bunda yang selalu sabar dan
pengertian terhadapku. Aku yang tomboi manja kini kan belajar untuk melepas semua hal yang
selama ini aku rasakan. Sebelumnya apapun kebutuhanku selalu Bunda yang
siapkan. Kini mulai saat ini aku harus bertanggung jawab semua atas diriku. Aku
harus bisa mengurus diriku sendiri.
Hari pertama aku sampai di asrama dengan di antar Ayah Bunda dan
juga adikku. Barang-barang bawaan Bunda antar sampai ke kamar asramaku yang
disana sudah tertera namaku. Satu dipan lemari kecil tertulis siap dikamar itu.
Ada sepuluh dipan dengan model atas bawah tertata rapi disana. Akupun dengan di
bantu Bunda membereskan barang-barang bawaanku dengan memasukkan ke dalam
lemari kecil dan juga aku rapikan tempat tidurku.
Waktu berjalan begitu cepat hingga jam menunjukkan pukul 16.00 WIB
dan tiba saatya ayah bunda untuk kembali pulang. Hatiku terasa berat untuk melepas
mereka. Senja itu aku berlinang air mata, satu sisi aku bahagia bisa masuk
sekolah ini namun di sisi lain aku berat untuk jauh bersama keluargaku. Peluk
hangat Ayah Bunda, kecup mesra mereka, lambaian tangan mereka menjadi saksi untukku
meraih mimpi. Ayah Bunda iklaskan semua mohon doa restu kalian. Biarlah sementara
aku menangis karena rindu dari pada kelak aku menangis tak tau bagaimana aku harus
berbakti pada kalian.
Gunugkidul, 4 Juni 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar