Cari Blog Ini

Jumat, 25 Juni 2021

Kulepas Engkau dengan Iklas

 

Kulepas Engkau dengan Iklas



Merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidup adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Ada perasaan sedih yang teramat dalam dan disertai rasa sepi yang berkecamuk dalam jiwa. Semua perasaan yang rumit itu seakan mengisyaratkan bahwa kita sedang merasa kehilangan.

Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan kehilangan. Rasa kehilangan terjadi ketika adanya kehampaan dalam hidup, sejak seseorang tak lagi bersamanya. Namun sebesar apa rasa kehilangan setiap orang juga berbeda. Begitu pula dengan penyebab seseorang kehilangan. Kehilangan yang tiba-tiba membuat rasa kehilangan itu begitu sangat mengagetkan terasa begitu dalam.

“ Sudahlah iklaskan , semua sudah takdir “.

Itulah kata-kata semua orang yang aku dengar. Mereka tak mengalami apa yang aku alami dan rasakan. Mudah saja mereka berkata seperti itu. Tapi aku tidak semudah itu melepaskannya, mengiklaskan kepergiannya bukan perkara yang mudah. Aku butuh waktu untuk mnerima semua ini.

Kejadian minggu pagi itu telah merenggut suamiku. Suamiku pergi tanpa pesan dia pergi begitu cepat. Mobil rombongan yang membawanya dalam acara hajatan tetanggaku mengantarkannya untuk pergi selama-lamanya. Derai air mata dan sesak didada tak bisa aku hindari. Bumi terasa berhenti berputar dan akupun hanya membisu. Tak peduli omongan orang lain tak peduli nasehat mereka. Aku hanya ingin menikmati kesendirianku bersama bayang-bayangnya.

Gara-gara pembunuh itu, suamiku pergi dan biarkan aku kesepian. Ya, aku menganggap tetanggaku yang punya hajat itu adalah seorang pembunuh. Aku benci dia dan semua keluarganya aku benci mereka. Andai saja keluarga itu menerima saran dari sesepuh desa untuk melaksanakan hajatan itu dengan  melakukan kebiasaan yang selalu dilakukan di kampungku tentu tidak akan terjadi kecelakaan itu.

Itulah yang kurasakan setelah kepergian suamiku. Butuh waktu lama aku untuk bisa bangkit berdiri dan berjalan. Hidup harus terus berjalan dan berkat kesabaran orang-orang terdekatku akupun bisa sadar dari mimpi buruk ini. Lambat laun aku menyadari kesalahnaku dengan menganggap tetanggaku sebagai pembunuh. Aku maafkan mereka aku serahkan semua pada-Nya..

Allah mengambil suamiku namun Allah gantikan dengan kasih sayang-Nya lewat orang-orang yang hadir memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus. Hanya orang-orang yang tulus yang mampu tetap bertahan berada di dekatku. Memberikan perhatian support dan doa.

Allah memberikan ujian berupa kehilangan pada ku untuk mengajarkan hikmah didalamnya. Dari kehilangan aku tau arti dari perjuangan, arti dari bersyukur dan menghargai. Dulu aku tipe istri yang manja apapun suamiku selalu membantu pekerjaanku tak ingin aku terlalu lelah dia begitu perhatian dan selalu buatku tersenyum bahagia.

Kini apapun pekerjaanku aku selesaikan sendiri, tanpa ada yang membantuku termasuk mendidik dan bersamai dua orang buah hatiku. Aku jadi Wanita yang mandiri dan kuat. Walau memang aku akui aku sangat lelah dan merindukannya. Tanpa sadar aku menyebut namanya.

[Yaah pulanglah, apa kau tak kasihan melihat aku disini sendiri mengurus semuanya]

Sementara anak gadisku yang beranjak remaja pun mendengar apa yang aku katakan.

“ Ma, ayah sudah tidak ada, ayah sudah di syurga, ayah tidak bisa pulang”, ucap anakku.

 Kulihat air matanya menetes dipipinya. Akupun memeluknya.

“Iya nak ayah sudah tenang disana, maafkan Mama ya, harusnya Mama tidak seperti itu”. Kembali aku terisak dan menahan semua kerinduan ini. Aku iklas ya Rabb.

#Tugas-Keempat

#KelasCerpen

#TemaKehilangan

Gunungkidul, 26 Juni 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca