Cari Blog Ini

Senin, 17 Agustus 2020

Mentari Kan Bersinar Lagi

 

Mentari Kan Bersinar lagi

 


Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I

Di awal menikah Runni dan suaminya tinggal di perumahan kecil yang ada di daerah Gamping, Sleman Yogyakarta yang mereka sewa. Memilih menempati perumahan itu karena dekat dengan tempat suaminya bekerja. Alhamdulilah selama tinggal disana mereka banyak belajar tentang arti kehidupan,mereka lebih dewasa apalagi setelah mereka di karuniai anak pertama mereka.Seorang bayi mungil cantik menambah warna dalam keluarga mereka.Yaa.. mereka Bahagia dalam kesederhanaan. Hari-hari mereka lalui dengan bahagia bahkan bisa di bilang tiada cela dalam rumah tangga mereka.

“Yah… gimana tentang permintaan simbah uti untuk kita pulang dan menemani mereka di usia senja mereka?” Tanya Runni pada suaminya sore itu.  Ya ma aku sudah pikirkan beberapa hari ini dan sepertinya kita harus menuruti keinginan simbah, mereka butuh kita ma.ga pa-pa aku yang nglaju dari Gunungkidul. Insya Allah ayah siap “. Gimana menurutmu ma.. kamu setuju ga dengan pemikiran ku ?.  Aku sih nurut ayah saja..gimana baiknya yah.. “

Sejak percakapan  sore itu Runni pun sudah mulai mempersiapkan diri dan  mempersiapkan hati untuk kelangsungan kehidupannya ke depan tinggal bersama orang tuanya di Gunungkidul. Tinggal di desa tempat ia di lahirkan. Senang tentu bisa mendampingi orangtua disana. Tak tau nanti bagaimana suaminya harus berangkat bekerja dengan jarak yang boleh di bilang tidak dekat.Paliyan Yogja bisa sampai 60 km jarak tempuh. Artinya suami Runni harus menempuh jarak 120 km perhari untuk bisa bekerja.Waaw jarak yang lumayan jauh.

Hari yang di tunggu tiba Runni dan keluarga kecilnya pun sudah siap dan menyampaikan kepada orang tuanya kesiapan mereka untuk tinggal bersama orangtuanya. Keluarga besarnya pun juga sangat merasa bahagia dengan hal itu. Karena orangtua ada yang menemani. Maklum dari ke enam saudara Runni semua sudah berkeluarga dan sudah tinggal dengan keluarga masing-masing. Hanya  Runni yang belum memiliki rumah saat itu maka orangtuanya pun mengharap Runnilah yang akan tinggal menemani orangtuanya.

Semua alat-alat rumah tangga yang ada di perumhan yang Runni dan suaminya sewa sudah tertata rapi untuk di bawa pulang ke rumah orangtuanya, “Bismilah semoga kedepan akan membawa kepada kebaikan ya Rabb.. doa Runni dalam hati “. Dengan di antar oleh beberapa tetangga terdekat di perumahna asri itu Runni dan suaminya berpamitan dan mohon maaf apabila selama  tinggal di komplek itu punya salah dan khilaf. Tak lupa Runni memberikan sedikit bingkisan sebagai tanda persaudaraan terhadap beberapa tetangga. Bagaimanapun merekalah yang selama ini membantu Runni selama tinggal di komplek perumahan itu. Mereka sudah seperti keluarga sendiri.

Keluarga di Gunungkidul pun menyambut kedatangan Runni dan keluarga kecilnya dengan penuh harap Runni dan keluarga kecilnya bisa bahagia tinggal disana. Begitu pula orang tua Runni sangat bahagia menyambut anak bungsunya karena memang sejak dulu berharap Runnilah yang menjaganya di saat senja. “ Terimaksih nduk kamu sudah bersedia tinggal bersama kami,aku tenang sekarang bisa setiap hari melihat cucuku disini “ ungkap mbah uti pada Runni. “ Iya mbah (panggilnya sebagai  anak Runni terhadap orangtua Runni) insyaAllah aku akan setiap saat bisa bersamai mbah disini”. Doakan ayah zafir ya mbah, agar dia mampu menjalankn tugasnya sebagai ayah dan juga di berikan kelancaran dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja, pinta Runni pada mbah uti. “ Doaku selalu menyertai langkah kalian nak” .

Runni mulai berfikir bagaimana mengatur keuangan dalam rumah tangganya. Untuk biaya transportasi suaminya yang dulu saat tinggal di Gamping hanya butuh beberapa liter saja unuk mencapai kantor suaminya namun sekarang bisa di bilang tiap hari harus beli bahan bakar untuk motor yang di pakai suaminya tersebut.

Hari hari berlalu dan Runni serta suaminya bisa lalui kehidupan mereka dengan baik,hanya saja yang namanya perjalanan jarak jauh membuat suami Runni sedikit merasa lelah dan mudah sakit. Terpikir oleh Runni untuk bisa sedikit membantu suami bekerja, namun suami tidak mengijinkan, Runni pun minta persetujuan suami untuk buka usaha kecil-kecilan dirumah, minimal bisa untuk membantu membeli susu anak mereka. Suami Runni pun menyetujui keinginan Runni tersebut dengan alasan Runni tetap bisa di rumah menjaga anak mereka. Alhamdulilah usaha yang di jalankan Runni berjalan lancar

Seiring berjalannya waktu ada kesempatan suami Runni untuk mendaftar pamong Desa di desanya. Suami Runni pun berkeinginan untuk mendaftar dengan alasan bisa bekerja dekat dengan rumah yang akan mengurangi rasa capek yang ia alami ketika harus bolak balik kerja dari Paliyan ke Yogya. Ia pun minta pendapat saudara-saudaranya tentang hal itu tak lupa pula minta persetujuan istri tercintanya. Kakak ipar pun memberi gambaran bagaimana jika nanti bekerja sebagi pamong dan suami Runni pun bisa memahami..yaa mungkin secara materi hasilnya   tidak  sebanding saat bekerja di Yogya sebagai manajer di sebuah  Bimbingan Belajar ternama  di DIY. Namun di lihat dari sisi kenyamanan dalam perjalanan, apalagi kondisi jika sudah tua nanti pasti akan lebih nyaman bekerja yang jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggal.

Test penerimaan perangkat pamong desa pun tiba, dan suami Runni pun siap mengikuti test tersebut, tentunya ia sudah mempersiapkan dengan banyak belajar dan berdoa untuk menghadapi ujian tersebut. Maklum Sebagai perangkat nanti harus paham tentang kondisi geografis wilayah desa dan kondisi masyarakat di desa itu. Sebagai pendatang ia harus banyak belajar dan bertanya tentang wilayah desa. Di antara 5 pendaftar yang mengikuti test perangkat pamong desa tersebut suami Runni-lah yang mendapatkan nilai  tertinggi. Alhamduliah usahanya tidak sia-sia, Ia  pun lolos dalam test tersebut.

Bekerja di linkungan yang berbeda dari tempatnya bekerja dulu suami Runni harus banyak belajar bahasa jawa yang halus  (bahasa jawa kromo inggil ), sebagai pamong desa dia tidak luput setiap hari untuk di undang di acara-acara resmi di desanya dan di tuntut untuk mampu berbahasa jawa yang halus. Suami Runni termasuk orang yang cerdas dan juga sumeh (orang jawa menyebutnya), dia bijaksana juga ramah kepada semua orang. Tak membutuhkan waktu lama dia mampu bersosialisasi di tempat nya bekerja.

3 tahun suami Runi bekerja sebagai pamong desa Allah pun memberikan kepercayaan padanya. Lahirlah anak kedua Runni yaitu seorang bayi laki-laki yang begitu ganteng. “Puji syukur ya rabb atas segala karuniaMu, ucap Runni lirih”, melihat bayi mungil dalam pankuannya.

Kebahagiaan yang Runni dan suaminya berikan ke orangtuanya ternyata Allah menggantikannya dengan  kebahagiaan lebih yang mereka rasakan semenjak tinggal bersama orang tua Runni. Kemudahan-kemudahan selalu berpihak pada mereka. Apalagi kehadiran buah hati mereka seorang bayi laki-laki. Seperti yang mereka harapkan. Suami Runni pun semakin semangat dalam melaksanakan tugasnya sebagai suami, ayah dan juga sebagai pamong desa. Di tengah kesibukannya dalam bekerja dia selalu menyempatkan waktu untuk anak-anak dan istrinya,. Setiap pekan pasti anak-istri di ajaknya jalan-jalan walau hanya sekedar di taman kota untuk makan  some sambil menikmati swasana taman yang indah. “Dan nikmat Tuhan mana yang kau dustakan “ Runni dan suaminya bersyukur atas semuanya. mereka selalu bahagia.

Hari Minggu  jadwal bersama keluarga,  namun hari itu ia tidak bisa bermain dan bercanda bersama keluarga di rumah. Ia harus menghadiri undangan untuk mengantarkan pengantin ke pihak besan, sebagai tetangga yang baik dia menghadiri pernikahan itu. Acara di mulai pukul 10.00 WIB namun karena perjalanan ke rumah besan menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam perjalanan maka para tetangga yang dapat undangan tersebut sudah berkumpul  kurang dari pukul  08.00. “ Ma aku berangkat dulu ya.. jaga anak-anak “ pamit suami Runni kepada Runni pagi itu. “ iya yah..hati-hati ya.. “. Insya Allah  ma..”. Assalamu’alaikum ucap suami Runni setelah bersalaman dan mengecup kening Runni dan juga buah hati mereka. “ Wa’alaikum salam “, jawab Runni sambil tersenyum.

Perjalanan di laksanakan tepat pukul 08.00 WIB. Ada beberapa rombongan bis yang akan megantar saat itu. Suami Runni sebagai orang yang dituakan ia ikut di mobil pribadi dari pihak keluarga. Satu mobil di isi  8 orang. Saat itu suami Runni duduk di kursi paling belakang. Seperti mobil-mobil yang lain mobil yang di tumpangi  suami Runni pun segera berangkat. Rombongan bis dan juga mobil yang lain melaju dengan cepatnya.  Tiba-tiba mobil oleng dan terbalik.. seketika jerit seisi mobil pun terdengar ada satu anak balita di jog depan pun terdengar menangis.. Ya Allah… astaghfirullahal’adziim. Beberapa kali mobil berguling.. sampai akhirnya berhenti dalam posisi miring setelah bagian belakang mobil membentur batu besar di pinggir jalan.

Upz..  bagian depan mobil rusak parah dan juga bagian belakang serta  samping. Satu persatu penumpang di keluarkan dari mobil namun penumpang yang ada di belakang agak kesulitan. Butuh alat tetentu untuk bisa mengeluarkannya ..dan akhirnya pun semua penumpang dapat di keluarkan dari mobil dan segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

“Halo Assalamu’alaikum.. ini mb Runni ya..! , salah seorang menghubungi Runni  pagi itu. Halo wa’alaikum salam, ya pak ini saya Runni, ada apa pak ada yang bisa saya bantu? jawab Runni. “ Begini  mbk.. mobil yang di tumpangi suami mb Runni kecelakaan, tolong mb Runni menyusul ke rumah sakit ya. Semua penumpang selamat mbk “. Bagai badan tanpa tulang, tubuh Runni seketika itu lemah dan tak sanggub untuk berdiri. Kakak  Runni mendengar kabar itu, dan segera menghampiri Runni. Segera Runni di antar oleh kakanya tersebut yang kebetulan rumahnya dekat dekat rumah Runni. Sambil menggendong si kecil Runni pun segaera berangkat. Dan semua keluarga di hubungi. 

Sesampianya di rumah sakit Runni sudah mendapati suaminya berbaring di ranjang dengan kondisi utuh tanpa luka hanya sedikit luka memar pada bagian pundak. Namun kenapa harus di pasang alat pemacu jantung.. Runni di persilahkan masuk ke ruangan tersebut, segera Runni memegang tangan suaminya, “yaah ayah yang kuat ya… ayah harus kuat ingat anak-anak kita yaah mereka masih butuh ayah.. “ Di pandangi wajah suaminya yang sepertinya menahan sakit. “Dok sakit.. katanya lirih”. Suami Runni berucap. “Berdoa ayah , astghfirullahal adzim ya Allah kuatkan suami hamba “. Runni selalu membisikkan kalimat tahlil di telinga suaminya..” sepertinya suami Runni mendengar dan mengikuti kalimat itu..

Hanya beberapa menit kejadian itu berlalu,dan.. ternyata Allah berkehendak lain.. suami Runni tidak dapat di selamatkan.

“Ayaaaaah… tangis Runni memecah suasana hening dirumah sakit itu… Innalilahi wainnailaihiroji’uuun..”

Mendengar tangisan Runni semua keluarga yang menunggu di luar ruangan pun tak kuasa menahan tangis terutama kakanya yang lebih dekat dengan suami Runni, Dia masuk dan melihat adik iparnya terbujur kaku ia pun tak kuasa menahan tangis. Ia segera menghampiri Runni,yang berada di pojok ruangan itu dalam posisi duduk namun sudah tidak bisa menangis dan hanya memandang dengan tatapan kosong. “ Te..sabar ya iklas ya..namun Runni hanya diam dan diam seperti patung. Tubuhnya yang kecil segera dipeluk kakaknya untuk sekedar bisa menguatkan Runni.

Pihak keluarga segera mengurus administrasi rumah sakit agar jenasah segera bisa di bawa pulang. Dengan Langkah ragu Runni pun segera berjalan dengan di gandeng oleh kakanya untuk segera pulang. “Seperti mimpi de.. ucap Runni.. “ dia pergi begitu saja tanpa pesan”. Kakak Runni tak henti-henti untuk mengajak Runni istighfar dan mengiklaskn semua. Serta menasehati Runni agar kuat, “ Te ingat adek  syamil ya.. tante jangan sedih begini, tante harus kuat kasihan dedek syamilnya dia butuh tante ..”  Dia harus minum ASI tante..” bujuk kaka Runni sesampainya di rumah. Namun Runni tetap tidak peduli dan masih tetap terdiam. Sedang tangis anaknya yang saat itu belum genap satu tahun, membuat hati semakin teriris-iris.

Hari-hari terasa sangat lama. Runni yang dulu ceria kini seperti bunga yang layu. Dia melakukan aktivitas seperlunya bahkan malah jarang beraktivitas mengurus diri saja seperti tidak mampu. Sedangkan anaknya yang kecil masih membutuhkan ASI seorang ibu. Saudara-saudara Runi pun selalu menasehati namun tetap Runni masih belum terbuka hatinya.ia seperti syok dengan kejadian yang mendadak itu. Siapa yang tak kan merasa kaget dan kehilangan ,kejadian yang begitu cepat merenggut nyawa suaminya itu.

 Usaha dan doa selalu saudara-saudara Runni lakukan bahkan pendampingan setiap hari selama 3 bulan kakaknya tinggal bersama Runni. Dan Allah pun mengabulkan doa-doa  yang di panjatkan. Berangsur Runni mulai membuka diri mau bercerita mau melakukan aktivitasnya sebagai ibu. Hanya terkadang disaat-saat tertentu ia masih suka melamun dan menangis. Wajar orang yang kehilngan seseorang yang ada di dalam hatinya, pasti merasa sedih dan kehilangan yang teramat sangat. Namun semua harus dikembalikan pada sang pemilik jiwa bahwa semua yang kita miliki adalah hanya titipan.yang suatu saat kita harus siap kehilangan. “setiap yang bernyawa pasti akan mati” Dan Runni pun pasrah dengan takdirnya.

Ya Rabb jika memang ini yang terbaik bagi hamba kuatkan hamba ya rabb. Tempatkan suami hamba di dekat hamba-hambaMu yang solih. Kuatkan hamba untuk mampu mengurus anak-anak kami. Meneruskan perjuangan suami hamba. Cukuplah engkau sebagai peneolongku ya Rabb “ Doa Runni yang selalu ia panjatkan. Allah lebih sayang suami Runni sehingga ia  mengambilnya dari sisi Runni.

3 tahun lebih Runni menjalani kehidupannya tanpa seorang suami sebagai single parent ia pun harus mampu segala hal. Doa dan cinta membuatnya kuat untuk menjalani kehidupanya. Allah Bersama orang-orang yang sabar. Dan Runni yaqin Allah akan selalu ada bagi hamba-hambanya yang selalu memohon pertolongan dariNya. Senyum ayu mengembang di sudut bibirnya tiap melihat anaknya yang sudah mulai tumbuh besar serta kelucuan si kecil. Alhamdulilah Allah karuniakan anak-anak yang bisa buat Runni tersenyum bahagia. Runni selalu menggantungkan hidupnya pada Allah ia pasrah dan menerima segala ketentuanNya. Pasti semua yang Allah berikan itu sudah yang terbaik untuk dirinya. Butuh proses untuk Runni bisa menerima semuanya. Berharap esok kan ia dapati secercah sinar mentari yang mampu buatnya lebih bahagia untuk  lalui kehidupanya menuju jannahNya.

Gunungkidul,16 Agustus 2020

 

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Iya bund.. 3 thun silam..kmi khingan.smg adek sll d bimbingbu mmpu mnghadapi sgl rintangan sll dlm naungan kasihNya.aamiin

      Hapus
  2. Semoga Alloh memberikan kekuatan lahir dan batin

    BalasHapus

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca