Mentari Kan Bersinar lagi
Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I
Di awal menikah Runni dan suaminya tinggal di perumahan kecil yang
ada di daerah Gamping, Sleman Yogyakarta yang mereka sewa. Memilih menempati perumahan
itu karena dekat dengan tempat suaminya bekerja. Alhamdulilah selama tinggal
disana mereka banyak belajar tentang arti kehidupan,mereka lebih dewasa apalagi
setelah mereka di karuniai anak pertama mereka.Seorang bayi mungil cantik
menambah warna dalam keluarga mereka.Yaa.. mereka Bahagia dalam kesederhanaan.
Hari-hari mereka lalui dengan bahagia bahkan bisa di bilang tiada cela dalam
rumah tangga mereka.
“Yah… gimana tentang permintaan simbah uti untuk kita pulang dan
menemani mereka di usia senja mereka?” Tanya Runni pada suaminya sore itu. Ya ma aku sudah pikirkan beberapa hari ini dan
sepertinya kita harus menuruti keinginan simbah, mereka butuh kita ma.ga pa-pa
aku yang nglaju dari Gunungkidul. Insya Allah ayah siap “. Gimana menurutmu ma..
kamu setuju ga dengan pemikiran ku ?.
Aku sih nurut ayah saja..gimana baiknya yah.. “
Sejak percakapan sore itu
Runni pun sudah mulai mempersiapkan diri dan
mempersiapkan hati untuk kelangsungan kehidupannya ke depan tinggal
bersama orang tuanya di Gunungkidul. Tinggal di desa tempat ia di lahirkan.
Senang tentu bisa mendampingi orangtua disana. Tak tau nanti bagaimana suaminya
harus berangkat bekerja dengan jarak yang boleh di bilang tidak dekat.Paliyan
Yogja bisa sampai 60 km jarak tempuh. Artinya suami Runni harus menempuh jarak
120 km perhari untuk bisa bekerja.Waaw jarak yang lumayan jauh.
Hari yang di tunggu tiba Runni dan keluarga kecilnya pun sudah siap
dan menyampaikan kepada orang tuanya kesiapan mereka untuk tinggal bersama
orangtuanya. Keluarga besarnya pun juga sangat merasa bahagia dengan hal itu.
Karena orangtua ada yang menemani. Maklum dari ke enam saudara Runni semua
sudah berkeluarga dan sudah tinggal dengan keluarga masing-masing. Hanya Runni yang belum memiliki rumah saat itu maka
orangtuanya pun mengharap Runnilah yang akan tinggal menemani orangtuanya.
Semua alat-alat rumah tangga yang ada di perumhan yang Runni dan
suaminya sewa sudah tertata rapi untuk di bawa pulang ke rumah orangtuanya,
“Bismilah semoga kedepan akan membawa kepada kebaikan ya Rabb.. doa Runni dalam
hati “. Dengan di antar oleh beberapa tetangga terdekat di perumahna asri itu
Runni dan suaminya berpamitan dan mohon maaf apabila selama tinggal di komplek itu punya salah dan
khilaf. Tak lupa Runni memberikan sedikit bingkisan sebagai tanda persaudaraan
terhadap beberapa tetangga. Bagaimanapun merekalah yang selama ini membantu
Runni selama tinggal di komplek perumahan itu. Mereka sudah seperti keluarga
sendiri.
Keluarga di Gunungkidul pun menyambut kedatangan Runni dan keluarga
kecilnya dengan penuh harap Runni dan keluarga kecilnya bisa bahagia tinggal
disana. Begitu pula orang tua Runni sangat bahagia menyambut anak bungsunya
karena memang sejak dulu berharap Runnilah yang menjaganya di saat senja. “
Terimaksih nduk kamu sudah bersedia tinggal bersama kami,aku tenang sekarang
bisa setiap hari melihat cucuku disini “ ungkap mbah uti pada Runni. “ Iya mbah
(panggilnya sebagai anak Runni terhadap
orangtua Runni) insyaAllah aku akan setiap saat bisa bersamai mbah disini”.
Doakan ayah zafir ya mbah, agar dia mampu menjalankn tugasnya sebagai ayah dan
juga di berikan kelancaran dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja, pinta
Runni pada mbah uti. “ Doaku selalu menyertai langkah kalian nak” .
Runni mulai berfikir bagaimana mengatur keuangan dalam rumah
tangganya. Untuk biaya transportasi suaminya yang dulu saat tinggal di Gamping
hanya butuh beberapa liter saja unuk mencapai kantor suaminya namun sekarang
bisa di bilang tiap hari harus beli bahan bakar untuk motor yang di pakai
suaminya tersebut.
Hari hari berlalu dan Runni serta suaminya bisa lalui kehidupan
mereka dengan baik,hanya saja yang namanya perjalanan jarak jauh membuat suami
Runni sedikit merasa lelah dan mudah sakit. Terpikir oleh Runni untuk bisa
sedikit membantu suami bekerja, namun suami tidak mengijinkan, Runni pun minta
persetujuan suami untuk buka usaha kecil-kecilan dirumah, minimal bisa untuk membantu
membeli susu anak mereka. Suami Runni pun menyetujui keinginan Runni tersebut
dengan alasan Runni tetap bisa di rumah menjaga anak mereka. Alhamdulilah usaha
yang di jalankan Runni berjalan lancar
Seiring berjalannya waktu ada kesempatan suami Runni untuk
mendaftar pamong Desa di desanya. Suami Runni pun berkeinginan untuk mendaftar
dengan alasan bisa bekerja dekat dengan rumah yang akan mengurangi rasa capek yang
ia alami ketika harus bolak balik kerja dari Paliyan ke Yogya. Ia pun minta
pendapat saudara-saudaranya tentang hal itu tak lupa pula minta persetujuan
istri tercintanya. Kakak ipar pun memberi gambaran bagaimana jika nanti bekerja
sebagi pamong dan suami Runni pun bisa memahami..yaa mungkin secara materi
hasilnya tidak sebanding saat bekerja di Yogya sebagai
manajer di sebuah Bimbingan Belajar
ternama di DIY. Namun di lihat dari sisi
kenyamanan dalam perjalanan, apalagi kondisi jika sudah tua nanti pasti akan
lebih nyaman bekerja yang jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggal.
Test penerimaan perangkat pamong desa pun tiba, dan suami Runni pun
siap mengikuti test tersebut, tentunya ia sudah mempersiapkan dengan banyak
belajar dan berdoa untuk menghadapi ujian tersebut. Maklum Sebagai perangkat
nanti harus paham tentang kondisi geografis wilayah desa dan kondisi masyarakat
di desa itu. Sebagai pendatang ia harus banyak belajar dan bertanya tentang
wilayah desa. Di antara 5 pendaftar yang mengikuti test perangkat pamong desa
tersebut suami Runni-lah yang mendapatkan nilai
tertinggi. Alhamduliah usahanya tidak sia-sia, Ia pun lolos dalam test tersebut.
Bekerja di linkungan yang berbeda dari tempatnya bekerja dulu suami
Runni harus banyak belajar bahasa jawa yang halus (bahasa jawa kromo inggil ), sebagai pamong
desa dia tidak luput setiap hari untuk di undang di acara-acara resmi di
desanya dan di tuntut untuk mampu berbahasa jawa yang halus. Suami Runni
termasuk orang yang cerdas dan juga sumeh (orang jawa menyebutnya), dia
bijaksana juga ramah kepada semua orang. Tak membutuhkan waktu lama dia mampu
bersosialisasi di tempat nya bekerja.
3 tahun suami Runi bekerja sebagai pamong desa Allah pun memberikan
kepercayaan padanya. Lahirlah anak kedua Runni yaitu seorang bayi laki-laki
yang begitu ganteng. “Puji syukur ya rabb atas segala karuniaMu, ucap Runni
lirih”, melihat bayi mungil dalam pankuannya.
Kebahagiaan yang Runni dan suaminya berikan ke orangtuanya ternyata
Allah menggantikannya dengan kebahagiaan
lebih yang mereka rasakan semenjak tinggal bersama orang tua Runni. Kemudahan-kemudahan
selalu berpihak pada mereka. Apalagi kehadiran buah hati mereka seorang bayi
laki-laki. Seperti yang mereka harapkan. Suami Runni pun semakin semangat dalam
melaksanakan tugasnya sebagai suami, ayah dan juga sebagai pamong desa. Di
tengah kesibukannya dalam bekerja dia selalu menyempatkan waktu untuk anak-anak
dan istrinya,. Setiap pekan pasti anak-istri di ajaknya jalan-jalan walau hanya
sekedar di taman kota untuk makan some
sambil menikmati swasana taman yang indah. “Dan nikmat Tuhan mana yang kau
dustakan “ Runni dan suaminya bersyukur atas semuanya. mereka selalu bahagia.
Hari Minggu jadwal bersama
keluarga, namun hari itu ia tidak bisa
bermain dan bercanda bersama keluarga di rumah. Ia harus menghadiri undangan
untuk mengantarkan pengantin ke pihak besan, sebagai tetangga yang baik dia
menghadiri pernikahan itu. Acara di mulai pukul 10.00 WIB namun karena
perjalanan ke rumah besan menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam perjalanan maka
para tetangga yang dapat undangan tersebut sudah berkumpul kurang dari pukul 08.00. “ Ma aku berangkat dulu ya.. jaga
anak-anak “ pamit suami Runni kepada Runni pagi itu. “ iya yah..hati-hati ya..
“. Insya Allah ma..”. Assalamu’alaikum
ucap suami Runni setelah bersalaman dan mengecup kening Runni dan juga buah
hati mereka. “ Wa’alaikum salam “, jawab Runni sambil tersenyum.
Perjalanan di laksanakan tepat pukul 08.00 WIB. Ada beberapa
rombongan bis yang akan megantar saat itu. Suami Runni sebagai orang yang
dituakan ia ikut di mobil pribadi dari pihak keluarga. Satu mobil di isi 8 orang. Saat itu suami Runni duduk di kursi
paling belakang. Seperti mobil-mobil yang lain mobil yang di tumpangi suami Runni pun segera berangkat. Rombongan
bis dan juga mobil yang lain melaju dengan cepatnya. Tiba-tiba mobil oleng dan terbalik.. seketika
jerit seisi mobil pun terdengar ada satu anak balita di jog depan pun terdengar
menangis.. Ya Allah… astaghfirullahal’adziim. Beberapa kali mobil berguling..
sampai akhirnya berhenti dalam posisi miring setelah bagian belakang mobil membentur
batu besar di pinggir jalan.
Upz.. bagian depan mobil
rusak parah dan juga bagian belakang serta samping. Satu persatu penumpang di keluarkan
dari mobil namun penumpang yang ada di belakang agak kesulitan. Butuh alat
tetentu untuk bisa mengeluarkannya ..dan akhirnya pun semua penumpang dapat di
keluarkan dari mobil dan segera di larikan ke rumah sakit terdekat.
“Halo Assalamu’alaikum.. ini mb Runni ya..! , salah seorang
menghubungi Runni pagi itu. Halo
wa’alaikum salam, ya pak ini saya Runni, ada apa pak ada yang bisa saya bantu?
jawab Runni. “ Begini mbk.. mobil yang
di tumpangi suami mb Runni kecelakaan, tolong mb Runni menyusul ke rumah sakit
ya. Semua penumpang selamat mbk “. Bagai badan tanpa tulang, tubuh Runni
seketika itu lemah dan tak sanggub untuk berdiri. Kakak Runni mendengar kabar itu, dan segera
menghampiri Runni. Segera Runni di antar oleh kakanya tersebut yang kebetulan
rumahnya dekat dekat rumah Runni. Sambil menggendong si kecil Runni pun segaera
berangkat. Dan semua keluarga di hubungi.
Sesampianya di rumah sakit Runni sudah mendapati suaminya berbaring
di ranjang dengan kondisi utuh tanpa luka hanya sedikit luka memar pada bagian
pundak. Namun kenapa harus di pasang alat pemacu jantung.. Runni di persilahkan
masuk ke ruangan tersebut, segera Runni memegang tangan suaminya, “yaah ayah
yang kuat ya… ayah harus kuat ingat anak-anak kita yaah mereka masih butuh
ayah.. “ Di pandangi wajah suaminya yang sepertinya menahan sakit. “Dok sakit..
katanya lirih”. Suami Runni berucap. “Berdoa ayah , astghfirullahal adzim ya
Allah kuatkan suami hamba “. Runni selalu membisikkan kalimat tahlil di telinga
suaminya..” sepertinya suami Runni mendengar dan mengikuti kalimat itu..
Hanya beberapa menit kejadian itu berlalu,dan.. ternyata Allah
berkehendak lain.. suami Runni tidak dapat di selamatkan.
“Ayaaaaah… tangis Runni memecah suasana hening dirumah sakit itu… Innalilahi
wainnailaihiroji’uuun..”
Mendengar tangisan Runni semua keluarga yang menunggu di luar
ruangan pun tak kuasa menahan tangis terutama kakanya yang lebih dekat dengan
suami Runni, Dia masuk dan melihat adik iparnya terbujur kaku ia pun tak kuasa
menahan tangis. Ia segera menghampiri Runni,yang berada di pojok ruangan itu
dalam posisi duduk namun sudah tidak bisa menangis dan hanya memandang dengan
tatapan kosong. “ Te..sabar ya iklas ya..namun Runni hanya diam dan diam
seperti patung. Tubuhnya yang kecil segera dipeluk kakaknya untuk sekedar bisa
menguatkan Runni.
Pihak keluarga segera mengurus administrasi rumah sakit agar
jenasah segera bisa di bawa pulang. Dengan Langkah ragu Runni pun segera
berjalan dengan di gandeng oleh kakanya untuk segera pulang. “Seperti mimpi
de.. ucap Runni.. “ dia pergi begitu saja tanpa pesan”. Kakak Runni tak
henti-henti untuk mengajak Runni istighfar dan mengiklaskn semua. Serta
menasehati Runni agar kuat, “ Te ingat adek
syamil ya.. tante jangan sedih begini, tante harus kuat kasihan dedek
syamilnya dia butuh tante ..” Dia harus
minum ASI tante..” bujuk kaka Runni sesampainya di rumah. Namun Runni tetap
tidak peduli dan masih tetap terdiam. Sedang tangis anaknya yang saat itu belum
genap satu tahun, membuat hati semakin teriris-iris.
Hari-hari terasa sangat lama. Runni yang dulu ceria kini seperti
bunga yang layu. Dia melakukan aktivitas seperlunya bahkan malah jarang
beraktivitas mengurus diri saja seperti tidak mampu. Sedangkan anaknya yang
kecil masih membutuhkan ASI seorang ibu. Saudara-saudara Runi pun selalu
menasehati namun tetap Runni masih belum terbuka hatinya.ia seperti syok dengan
kejadian yang mendadak itu. Siapa yang tak kan merasa kaget dan kehilangan
,kejadian yang begitu cepat merenggut nyawa suaminya itu.
Usaha dan doa selalu
saudara-saudara Runni lakukan bahkan pendampingan setiap hari selama 3 bulan
kakaknya tinggal bersama Runni. Dan Allah pun mengabulkan doa-doa yang di panjatkan. Berangsur Runni mulai
membuka diri mau bercerita mau melakukan aktivitasnya sebagai ibu. Hanya
terkadang disaat-saat tertentu ia masih suka melamun dan menangis. Wajar orang
yang kehilngan seseorang yang ada di dalam hatinya, pasti merasa sedih dan
kehilangan yang teramat sangat. Namun semua harus dikembalikan pada sang
pemilik jiwa bahwa semua yang kita miliki adalah hanya titipan.yang suatu saat
kita harus siap kehilangan. “setiap yang bernyawa pasti akan mati” Dan Runni
pun pasrah dengan takdirnya.
Ya Rabb jika memang ini yang terbaik bagi hamba kuatkan hamba ya
rabb. Tempatkan suami hamba di dekat hamba-hambaMu yang solih. Kuatkan hamba
untuk mampu mengurus anak-anak kami. Meneruskan perjuangan suami hamba.
Cukuplah engkau sebagai peneolongku ya Rabb “ Doa Runni yang selalu ia
panjatkan. Allah lebih sayang suami Runni sehingga ia mengambilnya dari sisi Runni.
3 tahun lebih Runni menjalani kehidupannya tanpa seorang suami
sebagai single parent ia pun harus mampu segala hal. Doa dan cinta membuatnya
kuat untuk menjalani kehidupanya. Allah Bersama orang-orang yang sabar. Dan
Runni yaqin Allah akan selalu ada bagi hamba-hambanya yang selalu memohon
pertolongan dariNya. Senyum ayu mengembang di sudut bibirnya tiap melihat
anaknya yang sudah mulai tumbuh besar serta kelucuan si kecil. Alhamdulilah
Allah karuniakan anak-anak yang bisa buat Runni tersenyum bahagia. Runni selalu
menggantungkan hidupnya pada Allah ia pasrah dan menerima segala ketentuanNya.
Pasti semua yang Allah berikan itu sudah yang terbaik untuk dirinya. Butuh
proses untuk Runni bisa menerima semuanya. Berharap esok kan ia dapati secercah
sinar mentari yang mampu buatnya lebih bahagia untuk lalui kehidupanya menuju jannahNya.
Gunungkidul,16 Agustus 2020
Kisah yg mengharu biru dan penuh makna
BalasHapusIya bund.. 3 thun silam..kmi khingan.smg adek sll d bimbingbu mmpu mnghadapi sgl rintangan sll dlm naungan kasihNya.aamiin
HapusSemoga Alloh memberikan kekuatan lahir dan batin
BalasHapusAamiin.. Mksih bu mita
Hapus