Buar Membuatnya
Sadar
“Kau lihat senja
itu, Na?” ucapnya padaku. Ia memandang senja
yang mulai menghilang.
“Kenapa dengan senja
itu, Mas? Balik tanyaku sambil kulihat mata sayu menunjukkan rasa yang tak menentu. Suamiku
sepertinya memikirkan Sesuatu.
“Senja itu sangat
indah. Aku senang melihatnya namun aku merasa senja bisa mewakili rasa yang
selama ini menghimpit jiwaku. Ya … penyesalan terdalamku. Andai aku dulu tak buar
dalam membelanjakan hasil jerih payahku tentu aku saat ini bisa bahagiakanmu, Na.”
Ucapnya lirih. Tak pernah aku duga sebelumnya. Dia merasakan bahwa dia belum
bisa bahagiakan aku.
“Mas, mengapa berpikiran
bahwa aku tak bahagia.” Jawabku.
“Aku tau, Na.
Kau tak bahagia kan? Dari kamu jadi istriku kita hanya seperti ini terus belum
bisa seperti mereka.
“Tak apa, Mas.
Semoga lambat laun keadaan kita makin membaik.
Percakapan
berakhir saat gelap mulai merayap. Kami masuk rumah dan segera tunaikan salat
maghrib. Aku lihat akhir-akhir ini setelah Ayah mertuaku meninggal, suamiku
begitu rajin melaksanakan salat wajib maupun sunah. Sudah 30 tahun aku hidup
bersamanya. Sejak pertama kami menikah aku sering mengingatkannya untuk salat
jika waktu sudah tiba. Tidak untuk kali ini, suamiku selalu salat tepat waktu.
Mungkin kehilangan sosok Ayahlah yang membuatnya berubah. Tak peduli apa yang
membuatnya berubah yang jelas aku sangat bersyukur dengan perubahan yang ada
pada dirinya.
Selesai salat
maghrib berjamaah kami pun makan malam dengan hidangan seadanya. Aku tinggal Bersama
mertua sejak awal menikah sampai saat ini, wajar saja karena suamiku merupakan
anak tunggal. Anak laki satu-satunya yang menjadi tumpuan harapan orang tuanya.
Aku pun tak bisa menolak saat aku
diminta untuk tinggal Bersama mertua. Mereka sudah aku anggap seperti orang tua
sendiri. Sampai Ayah mertuaku menghembuskan nafas terakhirnya akulah yang ada
di sampingnya. Aku yang menuntun mengucap kalimah tahlil.
Suamiku sejak
kecil di manja oleh orang tuanya, apapun permintaanya selalu di tururi dan itulah
yang membuat suamiku seperti tak merasakan kekurangan apapun. Pada saat telah
memiliki penghasilanpun dia buar dalam membelanjakan hartanya. Aku
mengenalnya dari teman ayahku yang kebetulan seorang polisi. Saat pertama kali
datang kerumah Ayah sudah menanyakan kapan akan menikahiku. Tentu saja dia
kaget, karena selama ini dia banyak teman wanita yang hanya dijadikan teman
biasa, datang kerumahnya itu hal yang biasa. Tapi tidak dengan ayahku, sekali
ada cowok datang kerumah maka segera di tanyakan keseriusanya. Akhirnya akupun
menikah dengaannya tanpa mengetahui lebih jauh tentangnya.
“Na,” Panggilan
suamiku walau telah memiliki anak dia tetap memanggil namaku “Ana”
“Maafin aku ya,
Na? Dia masih tetap merasa bersalah.
“Memangnya Mas melakukan
apa sih”. Akupun penasaran kenapa suamiku selalu minta maaf dan itu tak biasa
dia lakukan. Akupun selama ini juga tak merasa dia punya kesalahan yang fatal.
“Jujur, Na.Aku
dulu sebelum menikahimu aku telah memiliki pinjaman, SK aku gadaikan dan
uangnya hanya untuk kebutuhanku saat aku ke Lampung.” Jelasnya.
“Ke lampung?
Aku ulangi penjelasanya.
“Iya, aku pergi
ke Lampung hanya untuk menemui seseorang. Seseoarng yang telah membuatku gelap
mata hingga uang sebanyak itu pun telah aku habiskan bersamanya. Aku buar,
dalam waktu seminggu di Lampung telah menghabiskan begitu banyak uang. Aku
menyesal ,Na.” Sambil tertunduk, suamiku jelaskan semuanya.
Begitu sesak
dada ini, akibat dari perbuatan masa muda suamiku, tak terasa butiran hangat
menetes di pipiku. ,Suamiku yang nota ben anak tunggal yang tiap kemauanya
harus di turuti maka apapun yang dia mau dan dia inginkan berusaha untuk bisa
terpenuhi tak peduli punya uang atau tidak. Dia terbiasa dengan mengambil
hutang. Hingga aku berusaha keras agar segala kekurangan kebutuhan aku bisa mencukupinya.
Aku selalu menurut padanya karena jika tidak pasti terjadi keributan dan aku
tak inginkan hal itu.
Semoga setelah
dia menyadari kesalahanya dia benar-benar tulus meminta maaf dan akan merubah
sikapnya yang buar. Hal itu tentu saja membuat kehidupan kami selalu
kekurangan seberapa besar gaji yang di hasilkan suami akan selalu habis.
#KamisMenulis
#SahabatLagerunal
Gunungkidul, 22Juli 2021
Keren Bu.menjadikan kata buar sbg ide menulis cerpen. Mantaaap..
BalasHapusTerimakadih Ambu, masih belajar ini..
HapusKereen cerpennya bu. Sepertinya diangkat dari cerita faksi. Karena penggambarannya dapat banget.
BalasHapusHehe..mksih bund...
HapusBuar dengan seseorang yaa.. ini buar yang paling buar.
BalasHapusHehe... Seowrtinya Pak Indra...
Hapuside ceritanya dapet banget loh. keren. keliatan natural sekali. pemaparannya sangat pintar.
BalasHapusTerimakasih Pak Beje...
HapusSalut, sudah jauh mengalami kemajuan dalam penulisan ketimbang yang saya baca sebelumnya.
BalasHapusMakin keren Bu Atik , ide selalu berdatangan
BalasHapusHehe...makasih Bu Rita, masih terus belajar bu..
HapusMengupas buar dalam cerita pendek dari pengalaman keseharian. Keren.
BalasHapusMksih bund..hehe..dari sekitar kita banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik..
HapusCerpen penuh pesan moral. Kerreennn.
BalasHapusTerimakasih bund ...
HapusMasa lalu yang bisa jadi pembelajaran untuk orang lain. Jangan mentang-mentang punya uang banyak, terus jadi buar. 😁
BalasHapusBetul Pak Rizky
Hapus