Cari Blog Ini

Jumat, 28 Mei 2021

Kau Diam, Akupun Membisu


 Kau Diam,  Akupun Membisu



Event Kelas Cerpen

#WCS_EVENT CERPEN_01WCS_WCS70_Atik Suripto

Kau Diam, Akupun Membisu

Senja...  Di balik tabir surya tenggelam, mengerucut menghilang berganti peraduan. Hening, jingga kemerah merahan yang mewakili rasa sendu. Aku mengeja sebuah pilu yang selalu menghampiri di kala senja, warna itu yang memberi rasa rindu teramat dalam. 

Ku melihat kau beranjak pergi tinggalkanku, bukan bukan untuk pergi tak kembali. Kau hanya pergi tuk tunaikan tugasmu,  namun kenapa aku merasa kau akan meninggalkanku.  Waktu serasa cepat berlalu dan tanpa aku sadari hari telah senja. Bersamamu selalu mampu mengukir indah deretan kisah hingga detik waktu terasa berjalan begitu cepat. 

Kau  katakan "Jangan sedih aku akan kembali, seperti senja itu esok pasti kan kita jumpai senja lagi tuk dapat kita nikmati". 

Bibirku seperti terkunci aku hanya bisa katakan " Hati-hati jaga hati dan diri baik-baik disana.  Aku akan selalu menuggu". Tak kuasa aku menahan butiran bening jatuh di pipiku, hangatnya buatku semkin pilu.  "Hai.. Jangan  cengeng,  katamu padaku. Aku menutup wajah dengan tanganku.  Berharap dia tak lagi melihatku menangis. 

" Kamu yaqin kan dengan mimpi kita?  Kembali kau bertanya tentang itu. 

"Kamu harus kuat harus sabar dengan semua ini,  tunggu waktu yang akan menyatukan kita",  bujukmu dengan sabar.  

Aku semakin terisak,  aku coba membuka tangan yang menutupi wajahku,  berusaha berikan senyumku untuknya. "Iya aku masih sangat yaqin,  aku ga boleh cengeng aku harus kuat dan aku harus sabar", ucapku pelan.

Kau  diam, akupun membisu. Hanya tatapan mata wakili segala rasa yang tersimpan dalam dada yang tak mampu tuk terucap.  Ya dari tatapan mata itu aku begitu yaqin akan ketulusanmu, aku yaqin denganmu aku nyaman bersamamu. 

Waktupun berlalu, kau juga belum kembali. Siang malam hanya doa yang kupanjatkan Tuhan lindungila dia yang kusayangi, satukanlah hati kami berdua selamanya.

Aku seperti diruang hampa yang sepi. Dengan tangisku yang tak terhenti, memandang langit-langit kamar. Dan ternyata aku pun sendiri di tempat ini,  hanya di temani bayangmu yang selalu menari-nari di pelupuk mataku.  Ku menunggu hadirmu dengan membawa sejuta mimpi kita. Banyak godaan yang kita hadapi. Mendoakanmu dapat tenangkan jiwaku. Dan melihatmu dari jauh itu yang hanya bisa kulakukan sebagai pengobat rinduku. 

Derrt derrt... suara getar ponselku terdengar. Aku liat satu nomor mengirim pesan. Benar adanya kau datang saat hatiku benar-benar inginkan dirimu. Setelah sekian waktu kau tidak bisa tuk temui diriku karena kesibukanmu. Hampir saja aku menyerah menunggumu, namun perasaan yaqin akan janjimu akan  datang dan menemuiku untuk mimpi kita yang membuatku sabar menunggu.

[Assalamu’alaikum, apa kabar?, sapamu dalam chat itu.]

[Wa’alaikumsalam, alhamdulilah baik", jawabku.]

Terasa hujan di siang yang terik. Kau mampu siram hatiku dengan kesejukan. Kau katakan sesuatu yang selama ini aku nantikan.

[Aku telah selesaikan proyekku di kantor, dan alhamdulilah aku di beri ijin untuk libur dan sekalian ambil cuti, aku akan pulang  selama delapan hari. Waktu yang ada akan aku gunakan untuk melamarmu.] Kau ungkapkan panjang lebar keinginamu tanpa sedikitpun kau memberi waktu untuk ku mengatakan sesuatu, hingga akhirnya aku bisa katakan padamu bahwa aku akan terima dengan senang hati.

 Hari yang di nanti tiba dan kami akan mewujudkan mimpi kami. 


Gunungkidul, 29 Mei 2021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca