Event Kelas Cerpen
#WCS_EVENT CERPEN_01WCS_WCS70_Atik Suripto
Kau Diam, Akupun Membisu
Senja... Di balik tabir surya tenggelam, mengerucut menghilang berganti peraduan. Hening, jingga kemerah merahan yang mewakili rasa sendu. Aku mengeja sebuah pilu yang selalu menghampiri di kala senja, warna itu yang memberi rasa rindu teramat dalam.
Ku melihat kau beranjak pergi tinggalkanku, bukan bukan untuk pergi tak kembali. Kau hanya pergi tuk tunaikan tugasmu, namun kenapa aku merasa kau akan meninggalkanku. Waktu serasa cepat berlalu dan tanpa aku sadari hari telah senja. Bersamamu selalu mampu mengukir indah deretan kisah hingga detik waktu terasa berjalan begitu cepat.
Kau katakan "Jangan sedih aku akan kembali,
seperti senja itu esok pasti kan kita jumpai senja lagi tuk dapat kita
nikmati".
Bibirku seperti terkunci aku hanya bisa katakan "
Hati-hati jaga hati dan diri baik-baik disana. Aku akan selalu
menuggu". Tak kuasa aku menahan butiran bening jatuh di pipiku, hangatnya
buatku semkin pilu. "Hai.. Jangan cengeng, katamu
padaku. Aku menutup wajah dengan tanganku. Berharap dia tak lagi
melihatku menangis.
" Kamu yaqin kan dengan mimpi kita? Kembali kau bertanya tentang itu.
"Kamu harus kuat harus sabar dengan semua ini,
tunggu waktu yang akan menyatukan kita", bujukmu dengan
sabar.
Aku semakin terisak, aku coba membuka tangan yang menutupi wajahku, berusaha berikan senyumku untuknya. "Iya aku masih sangat yaqin, aku ga boleh cengeng aku harus kuat dan aku harus sabar", ucapku pelan.
Kau diam, akupun membisu. Hanya tatapan mata wakili segala rasa yang tersimpan dalam dada yang tak mampu tuk terucap. Ya dari tatapan mata itu aku begitu yaqin akan ketulusanmu, aku yaqin denganmu aku nyaman bersamamu.
Waktupun berlalu, kau juga belum kembali. Siang malam hanya doa yang kupanjatkan Tuhan lindungila dia yang kusayangi, satukanlah hati kami berdua selamanya.
Aku
seperti diruang hampa yang sepi. Dengan tangisku yang tak terhenti, memandang
langit-langit kamar. Dan ternyata aku pun sendiri di tempat ini, hanya di
temani bayangmu yang selalu menari-nari di pelupuk mataku. Ku menunggu
hadirmu dengan membawa sejuta mimpi kita. Banyak godaan yang kita hadapi. Mendoakanmu
dapat tenangkan jiwaku. Dan melihatmu dari jauh itu yang hanya bisa kulakukan
sebagai pengobat rinduku.
Derrt derrt... suara getar ponselku terdengar. Aku liat satu nomor mengirim pesan. Benar
adanya kau datang saat hatiku benar-benar inginkan dirimu. Setelah sekian
waktu kau tidak bisa tuk temui diriku karena kesibukanmu. Hampir saja aku
menyerah menunggumu, namun perasaan yaqin akan janjimu akan datang dan menemuiku untuk mimpi kita yang
membuatku sabar menunggu.
[Assalamu’alaikum,
apa kabar?, sapamu dalam chat itu.]
[Wa’alaikumsalam,
alhamdulilah baik", jawabku.]
Terasa
hujan di siang yang terik. Kau mampu siram hatiku dengan kesejukan. Kau katakan
sesuatu yang selama ini aku nantikan.
[Aku
telah selesaikan proyekku di kantor, dan alhamdulilah aku di beri ijin untuk libur
dan sekalian ambil cuti, aku akan pulang selama delapan hari. Waktu yang ada akan aku gunakan
untuk melamarmu.] Kau ungkapkan panjang lebar keinginamu tanpa sedikitpun kau
memberi waktu untuk ku mengatakan sesuatu, hingga akhirnya aku bisa katakan padamu
bahwa aku akan terima dengan senang hati.
Hari yang di nanti tiba dan kami akan
mewujudkan mimpi kami.
Gunungkidul,
29 Mei 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar