Cari Blog Ini

Minggu, 20 September 2020

Jin Ular Hijau

 

JIN ULAR HIJAU


Oleh : Sumarjiyati,S.Pd.I

Suara kokok ayam memecah kesunyian dini hari, Bu Darmi segera menyibakkan selimut dan bergegas bangun untuk segera tunaikan salat dan menyiapkan masakan untuk keluarganya. Hal yang selalu ia lakukan sebelum ia beraktivitas ke sawah yaitu menyiapkan menu makanan di rumah. Dengan begitu ia tidak lagi memikirkan untuk segera pulang ke rumah saat bekerja di sawah. Pikiran tenang bekerja pun lancar. Biasanya Bu Darmi pulang saat hari hampir menjelang duhur kemudian pergi kesawah lagi setelah jam asar .

Keluarga Bu Darmi termasuk keluarga yang sederhana suami yang bekerja serabutan dan jika tidak ada yang memintanya bekerja ia membantu istrinya bekerja di sawah. Bu Darmi memiliki empat orang anak dua putri dan dua  lainya putra. Untuk bisa menyekolahkan putra dan putrinya memang Bu Darmi dan suaminya perlu kerja keras. Bu Darmi dan suaminya hanya mengandalkan hasil panen dan hasil  suaminya bekerja yang tidak menentu. Keadaan itu kadang membuat suami Bu Darmi berpikir bagaimana agar mendapatkan uang yang banyak, panen yang melimpah hingga apapun yang ia inginkan dengan mudah ia dapatkan.

Sawah Bu Darmi memang tidak begitu luas di bandingkan dengan tetangga-tetangganya namun itulah harapan satu-satunya untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Apapun dan seberapapun hasilnya Bu Darmi tetap sabar menerimanya. Suatu ketika saat Bu Darmi bekerja di sawah bersama suaminya merasa sangat lelah dan Bu Darmi berpamitan untuk pulang lebih dulu. “ Pak..aku pulang dulu ya, badanku kok tidak seperti biasanya,aku mau istirahat sebentar di rumah barangkali nanti membaik”. “ iya mak pulang dulu sana ! aku mau meneyelesaikan ini dulu tanggung, sebentar juga selesai “. Jawab suaminya .

Bu Darmi pun bergegas pulang sedangkan suaminya tetap melanjutkan bekerja mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padi miliknya. Seketika Pak Warno suami Bu Darmi di kejutkan dengan ular hijau yang melintas di depanya. Ya Allah..sentaknya kaget. Pak warno pun tanpa sadar meloncat untuk menghindari ular itu. Huuuf  Pak Warno tarik nafas panjang. Beruntung Pak Warno tidak jatuh. Ia pun segera ambil minum yang di bawakan istrinya tadi pagi,  air putih yang ia teguk bisa sedikit menenangkan dan menghilangkan rasa kaget yang baru saja ia alami.

Pak Warno masih duduk dan belum juga melanjutkan bekerja. Pak warno melihat lihat di sekelilingnya namun ia tidak menemukan ular tadi, tentu saja tidak ia temukan barangkali ular tadi sudah pergi dan menyelinap di rerumputan. Padahal rencana Pak Warno hari ini pekerjaannya harus kelar agar esok sudah bisa malakukan pekerjaan yang lain. Pak warno terasa enggan untuk bangkit dan melanjutkan kerjaanya ia masih teringat ular hijau tadi. Pak warno pun memutuskan untuk segera pulang saja . Sembari membereskan alat-alat yang ia dan istrinya bawa tadi pagi ia juga masih memperhatikan di sekelilingnya apakah ular tadi masih bersembunyi disana. Selesai membereskan alat-alat Pak Warno pun dengan mempercepat langkahnya agar segera sampai di rumah.

“Mak,mak…” panggil pak Warno pada istrinya. Bu Darmi pun kaget saat mendengar suaminya berteriak. “ Iya pak aku di sini, kenapa bapak teriak-teriak to,” ada apa? tanya Bu Darmi.  “kok bapak sudah pulang?” Pak Warno pun menceritakan apa yang ia alami. “Halah bapak ini kayak anak kecil saja, melihat ular melintas kok takutnya begitu hebohnya”.  Sudah-sudah ganti baju sana bapak ikut istirahat sini atau bapak mau makan saja dulu”. “Mamak ga tau sih bagaimana ula itu menatapku”. Kata Pak Warno. “Walah bapak ini ada-ada saja. Sudah sana ganti baju dulu”. Bu Darmi seperti keheran-heranan melihat tingkah suaminya.”Ya mak.. aku ganti baju saja dulu belum lapar nanti saja bareng sama mak”.

 Adzan duhur berkumandang. Bu Darmi pun segera bangun dari tidunya, badanya sudah sedikit enak setelah satu jam bisa merebahkan tubuhnya di dipan kecil yang berada di ruang bagian depan rumahnya. Ia dapati suaminya juga tidur di tikar di  dekat pintu di ruangan yang sama. “ pak pak bangun sudah adzan duhur “ suara Bu Darmi membangunkan Pak Warno suaminya. “ Sebentar mak, aku masih lelah “. Sambil membalikkan badan Pak Warno tidak segara bangun. Memang pak Warno tidak begitu rajin dalam beribadah istrinya yang selalu mengingatkan dan mengajak pak Warno agar selalu melakukan salat  namun Pak Warno kadang masih enggan melakukannya.

 Dalam tidur siangnya Pak Warno bermimpi sepertinya ular yang di sawah tadi datang lagi dan masuk ke dalam rumah. Dalam mimpinya ular itu mengatakan sesuatu pada pak Warno. “Hai kamu,mau tidak jika panenmu bisa melimpah “? Tanyanya pada pak Warno. Pak warno sontak kaget dan bangun dari tidurnya. Ia melihat sekelilingnya, tidak ada ular disana lalu siapa yang bicara tadi. Masa ular bisa bicara pikirnya. Ia pun bangkit menuju kamar mandi dan segera cuci muka. Yaa hawa panas yang ia rasakan sedikit sejuk ketika ia membasuhkan air ke mukanya.

Tanpa ia sadari ia menatap pada atap kamar mandi. Begitu kagetnya, disana ada ular hijau yang ia lihat di sawah dan juga yang mendatanginya dalam mimpi tadi. Pak Warno pandangi ular itu, seperti tak percaya ia kucek-kucek matanya apakah penglihatannya yang salah. Tidak ternyata tidak salah ,benar ular itu ada di sana. Ssstttt sana pergi kamu, sambil pak warno melambai-lambai tanganya. Ular tetap tidak bergerak. Pak warno kemudian keluar kamar mandi bermaksud untuk mengambil kayu untuk di gunakan mengusir ular tersebut.

Kembali pak Warno masuk kamar mandi dan akan memukul ular tadi namun apa yang ia lihat, Pak Warno tidak menjumpai ular tadi. Pak warno tak habis pikir dengan apa yang ia lihat. Pak Warno di buatnya penasaran. Kejadian yang baru ia alami tadi tidak di ceritakan pada istrinya. Dalam benak Pak Warno  ia harus bisa menemukan ular itu, karena Pak Warno merasa ada yang aneh dengan ular tersebut. Untuk itu setelah ba’do asar ia akan Kembali ke sawah. Berharap ia akan menemukan ular hijau yang selalu mengikutinya itu.

“Mak,gimana badannya sudah terasa enakkan belum”? tanya pak Warno pada istrinya. “ Sudah pak”. Jawab Bu Darmi.” Kalau begitu ayo kita ke sawah lagi kerjaan kita belum kelar tadi pagi belum selesai sudah keburu pulang “. Ajak pak Warno pada istrinya. “Bapak saja yang ke sawah aku akan menyelesaikan pekerjaan rumah pak, ternyata cucian sudah  menumpuk”. Jelas Bu Darmi. “Baiklah mak, aku berangkat ya “!. “ya hati-hati pulangnya jangan terlalu sore ya ! “ Pesan bu Darmi

Sesampainya di sawah Pak Warno segera melanjutkan pekerjaannya yang tadi pagi sempat tertunda. Dalam hatinya ada perasaan was-was, perasaanya ada yang lain dari biasanya. Sampai menjelang maghrib Pak Warno masih asik dengan kerjanya ia seperti bekerja dengan kekuatan super ia tidak merasa capek sama sekali. Akhirnya Pak Warno bisa menyelesaikan pekerjaannya. Sawah sudah kelihatan bersih, tanaman padi di hadapanya sudah kelihatan menghijau lebat tanpa ada rumput-rumput yang menggannggu pertumbuhannya. Pak Warno merasa puas, sayup sayup terdengar suara memanggil namanya.

“Segeralah pulang nanti malam aku akan menyusulmu, berikan yang aku mau dan kamu akan aku beri seperti yang kamu mau. Bukannya kamu ingin hasil panenmu melimpah ? “ Pak Warno menengok ke belakang, tak di jumpai satu orang pun disana. Pak Warno melihat ular hijau itu melintas di depanya lagi, segera Pak Warno mengikutinya namun Pak Warno terlalu lambat untuk mengejarnya. Sampai pada pinggir persawahan miliknya Pak Warno berhenti. Semakin ia di buat penasaran dan ingin bisa segera menamgkap ular itu.

Pak Warno sadar hari sudah gelap ia pun ingat pesen istrinya untuk pulang tidak terlalu sore. Ia pun segera pulang. Dalam perjalanan pulang pak warno masih memikirkan tentang ular itu,tentang suara itu.  Tertarik juga pak Warno dengan kata-kata itu. Sudah menjadi keingannya sejak dulu untuk bisa panen melimpah, apa yang di minta suara itu? dia minta apa ? beberapa pertanyaan menghinggapi pikiran pak Warno. Dalam hatinya menyetujui permintaan suara itu.Sudah lama Pak Warno menginginkan panenya melimpah.

Bu Darmi sangat kwatir  dengan suaminya. Sampai adzan maghrib berkumandang namun suaminya belum juga kelihatan batang hidungnya. Sembari sesekali menengok keluar rumah Bu Darmi menunggu suaminya dengan  menyelesaikan pekerjaan rumah tangga melipat baju-baju jemurannya tadi siang. Terdegar Langkah mendekati pintu depan. “ Assalamu’alaikummak mak, buka pintunya !” Suara pak Warno jelas terdengar. “Wa;alaikumsalam pak,iya iya sebentar “. Sambil meletakkan baju yang ia lipat Bu Darmi segera membukakan pintu untuk suaminya.

Beberapa pertanyaan muncul dari Bu Darmi setelah Pak Warno sudah selesai mandi dan duduk santai di ruang tengah rumahnya. Sambil menikmati teh panas dan singkong goreng yang di sediakan Bu Darmi. Malam ini Pak Warno terasa  sangat lelah setelah sore tadi menyelesaikan mencabuti rumput-rumput liar di sawahnya. Berharap esok panennya bisa melimpah. Malam semakin larut Pak Warno dan Bu Darmipun segera istirahat. Sejak beberapa bulan terakhir Pak Warno dan Bu Darmi tidak tidur dalam satu dipan karena tidak selalu bisa tidur bersamaan.Bu Darmi kadang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Pak Warno sering tertidur lebih dulu di ruang tengah.

Berbeda malam itu Pak Warno tidur di kamar, setelah seharian bekerja rasanya ingin ia segera tidur dengan nyenyak.  Ia pun tidak menunggu lama untuk bisa terlelap. Dalam remang-remang ia dapati istrinya mendekati dirinya, setengah sadar ia dapati istrinya berbaring di sebelahnya. Tidak seperti biasanya. Pak Warno dan istrinya pun melakukan  selayaknya pasangan suami istri.

Mentari pagi bersinar ramah menyapa  hari nan indah. Bu Darmi memperhatikan Pak Warno dengan baik karena merasa ada yang lain dengan Pak Warno. “ Bapak ada apa kok pagi ini kelihatan fress sekali ? “. Tanya Bu Darmi pada suaminya. “Aaah mak bisa saja lhu, ga ada apa-apa mak, Cuma bapak heran, tumben semalem mamak menyusulku “. Kata Pak Warno. Bu Darmi kaget dengan jawaban Pak Warno. “Menyusul ? aku menyusul bapak ? kapan pak? Tidak pak aku ketiduran didepan televisi dan bangun-bangun sudah hampir jam 4. Aku tidak menyusul bapak.

Lalu siapa yang menyusulku semalam, apakah aku hanya mimpi. Aah sudahlah berarti aku hanya mimpi. Pikir pak Warno. Malam - malam berikutnya seperti sama Pak Warno selalu melayani istrinya dengan baik.Pak Warno semakin semangat dalam bekerja. Setiap malam ia selalu tidur Bersama istrinya. Ia heran kenapa istrinya sekarang berubah. Pak Warno pun tak mau ambil pusing ia tetap jalani kwajibanya. Suatu ketika di malam hari setelah ia melakukan kewajibanya terhadap istrinya.Ia merasa ada yang aneh ia dapati ular yang keluar dari kamarnya namun berkepala manusia. Pak Warno tercengang dengan hal itu. “Mak mak kamu mau kemana “. Tanya Pak Warno pada bayangan istrinya yang meninggalkannya.Tanpa pedulikan suara pak Warno  ia keluar dari kamar.

Pak Warno ketakutan melihat ular yang begitu besar keluar dari kamarnya. Ia pun mencari istrinya. Ia dapati istrinya tidur di dipan ruang depan dalam rumahnya. Pak Warno semakin merasa takut. Siapa yang tidur bersamnaya tadi? siapa yang berlalu meninggalkannya keluar dari kamar itu?. Pak Warno tidak tega membangunkan istrinya yang kelihatannya sangat lelah setelah seharian bekerja untuk memanen padi di sawah. Untuk musim panen kali ini sungguh di luar dugaan. Panen bu Darmi begitu banyak bahkan tiga kali lipat lebih banyak.

Di pagi hari Pak Warno dengan sedikit ragu menanyakan  pada istrinya kejadian yang hampir tiap malam Pak Warno lakukan. Bu Darmi begitu kaget karena selama ini tidak merasa tidur bersama Pak Warno apalagi sampai melakukan sesuatu. Segera Pak Warno menceritakan hal yang di alaminya. Bu Darmi tercengang dengan hal itu. Pak ada apa dengan bapak ada apa dengan keluarga kita. Pak Warno pun ingat akan suara yang di dengar di sawah waktu itu bahwa “jika kamu ingin panen melimpah maka harus menuruti keinginanku” setelah mendengar suara itu langsung ada ular yang melintas. Pak warno ingat dengan jelas kejadian itu.

Malam nanti Pak Warno akan benar-benar memperhatikan apa yang akan terjadi pada dirinya. Malam itu Pak Warno pura-pura tidur. Pintu kamar dengan pelan terbuka namun tidak di dapati ada orang yang masuk. Angin berhembus masuk  kamar dan ruangan menjadi sangat dingin. Pak warno melihat dengan tidak begitu jelas ada ular besar masuk ke kamarnya Pak Warno merinding namun tetap ia tahan rasa takut yang menyelinap dirinya. Ya ular itu perlahan berubah menjadi manusia dengan  paras cantik dengan rambut panjang terurai. Semakin merinding bulu kudu Pak Warno.

Perlahan rupa cantik berubah menyerupai wajah istrinya lalu mendekati Pak Warno. Segera Pak Warno membuka mata dan bertanya pada wanita itu. “Siapa kamu? Apa yang akan kau lakukan ? jangan mendekat ! ucap Pak Warno. Wanita itu pun tertawa, “apa kamu bilang aku tidak boleh mendekat ? kamu sudah siap  panenmu yang tiga tahun terakhir ini melimpah akan kembali seperti dulu dengan hasil yang pas-pasan. Kamu lupa dengan kata-kataku. Kenapa kamu bilang apa yang kamu alami malam-malam kita selama ini”.Ucap wanita itu.  “Hentikan hentikan semua !”.  Pak Warno dengan nada tinggi mengucapkan agar wanita itu pergi dan jangan kembali lagi. Seketika  wanita itu berubah menjadi ular dan meninggalkan kamar itu, hawa dingin yang menyelinap pun segera hilang.

Pak Warno kemudian sadar akan hal yang di alaminya. Menyesal, takut dan entah perasaan apa lagi yang membelenggu hatinya. Ia segera menjumpai istrinya ia menangis dan meminta maaf atas keteledorannya. Istrinya pun hanya bisa menangis dan berusaha memaafkan suaminya. “ Mak maafkan aku ya, aku tertarik dengan hasil panen melimpah , tidak tau jika ternyata aku harus balas dengan hal itu. Aku hanya berpikir bagaimana hasil panen kita melimpah,namun ternyata aku ambil jalan yang salah. Aku mengikuti keinginan ular itu dengan setengah sadar mak, maafkan aku ya “.

“Bapak aku maafkan pak, namun yang terpenting bapak harus memohon ampun pada Allah Tuhan yang maha pengampun dan yang kuasa atas dirikita”, ucap Bu Darmi. Jangan hanya karena kepuasaan sesaat kita keluar dari jalanNya. Setiap jiwa sudah mendapatkan rijkinya masing-masing pak, semua sudah di atur olehNya. Jadi kita tidak perlu kwatir dengan rijki kita. Bapak harus lebih dekat dengan Allah dan selalu meminta hanya padanNya jangan yang lain”.  Jika memng rijki kita masih jauh ya yang penting kita berusaha dan sabar pak.

“ Iya mak aku hilaf aku hanya ingin mendapatkan yang lebih dengan cepat, ternyata imbalan yang di minta ular itu sangat keterlaluan. Semoga aku terlepas dari kejaran ular itu ya mak. Aku ingin kembali normal “. Semoga Allah mengampuniku. Aamiin serentak bu Darmi dan pak Warno mngucapkannya.

Tanpa terasa telah tiga tahun kejadian yang menimpa pak Warno dan bu Darmi dengan panen yang melimpah.  Tidak tau apa yang akan terjadi ke depan yang jelas pak warno sudah bertaubat dan bu Darmi telah memaafkan Pak Warno. Harapan mereka, Allah mengampuni kesalahan  Pak Warno dan Allah akan selalu memberi rahmat,rijki dan apa yang di butuhkan oleh keluarga pak Warno dan bu Darmi.

Panen berikutnya ternyata keluarga Bu Darmi mengalami penurunan entah apa sebabnya,namun mereka tetap sabar dan terus berusaha serta berkeyakinan Allah akan selalu memberi rijki pada ummatnya  dengan jalanNya. Kwajiban kita ihtiyar selanjutnya serahkan pada Allah SWT apapun hasilnya kita harus bisa terima dengan iklas.

Salam literasi,Nubarmisteri September 2020

Gunungkidul.21 September 2020

9 komentar:

Hidup Barokah Jaminannya Bahagia

Hidup  Barokah Jaminanya Bahagia Pengajian  antar instasi putaran ke-86 di kapanewon paliyan dilaksanakan di hari Rabu, 20 Novem...