Sebagian dari kita mungkin menganggap berbagi hanya bisa dilakukan
saat kita punya banyak uang. Anggapan ini tentu tak sepenuhnya salah.begitu
pula dengan Boni, ia selalu diajarkan oleh ibunya untuk bisa selalu memberikan
pertolongan pada orang lain, berbagi pada yang membutuhkan sesuai kemampuan
kita. Kehidupan Boni yang sangat sederhana semenjak kepergian ayahnya untuk
selama-lamanya mengajarkan kemandirian dan jiwa penolong serta kedewasaan pada
Boni.
Boni hanya tinggal bersama sang ibu. Sejak kematian Ayahnya Ibulah satu-satunya
yang bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Boni yang baru berinjak 9
tahun terpaksa harus bisa membantu ibunya. Ibu Boni bekerja di pasar untuk
membantu para pedagang sayur. Setiap hari Ibu Boni pergi kepasar sebelum
matahari terbit.
Boni pun selalu di bangunkan ibu sebelum Ibunya berangkat ke pasar.
Boni terbiasa menolong ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah selasai
tunaikan salat subuh Boni menyiapkan pelajaran sekolahnya kemudian baru ikut ke
dapur membantu Ibu memasak dan beres-beres rumah. Rumah kecil ynag ia tempati
bersama Ibunya adalah satu-satunya peninggalan Ayahnya. Boni bersyukur dengan apa yang ia miliki
terutama seorang Ibu yang sangat menyayanginya. Apapun yang diperintahkan
Ibunya Boni selalu menurutinya. Boni tak ingin membuat Ibunya bersedih hati.
“Nak, makanan sudah siap, nanti sebelum berangkat sekolah kamu
sarapan dulu, ya.” Perintah Ibu.
“Iya, Bu. Ibu tak makan dulu.? Tanya Boni.
“Tidak, Nak. Biar Ibu bungkus saja nanti Ibu kesiangan.Jawab sang
Ibu.
Nasi dengan lauk seadanya Ibu siapkan untuk bekal ke pasar.
Biasanya Ibu makan setelah selesai membantu para pedagang sayur mengangkat dan
menyiapkan sayur-sayur dagangannya. Tak lupa Ibu juga membungkus bekal untuk
Boni.
Suasan pagi yang masih hening dan juga udara dingin mengantarkan
kepergian Ibu. Boni Hanya memandanginya dan dalam hatinya berdoa dan berjanji
kelak akan membahagiakan Ibunya dan tak akan biarkan Ibunya terlalu lelah dalam
bekerja. Setelah bayangan Ibunya tak terlihat lagi Boni masuk kerumah dan
kembali bekerja menyapu dan menimba air sumur untuk mengisi tong yang ada di
kamar mandi dan juga tong yang ada di dapur. Hal itu sudah dapat ia lakukan
dengan baik karena Boni sudah terbiasa melakukannya. Ibunya sudah melatih
pekerjaan Boni tersebut sejak Ayahnya tiada.
Mentari sudah mulai keluar dari peraduanya. Semburat merah nan
indah terlihat di ufuk timur. Titik-titik embun menyegarkan, burung-burung
berkicau merdu menambah semangat baru bagi Boni untuk pergi ke sekolah. Sejuta mimpi untuk bisa bahagiakan Ibunya
harus bisa Boni capai. Ia rajin belajar dan juga berdoa.
Perjalanan menuju ke sekolah di tempuh dengan berjalan kaki.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk bisa sampai ke sekolah. Rumah Boni yang
berada di ujung kampung di pinggir persawahan membuatnya harus berangkat lebih
awal agar tidak terlamabat. Ia senang karena di setiap pagi selalu di suguhi
pemandangn hijau persawahan yang menyejukkan. Di pinggir jalan di tengah sawah
ia jumpai seorang kakek yang tinggal di sana setiap hari Boni selalu melihat
sang kakek ada di depan rumah itu untuk merapikan kayu-kayu bakar. Namun pagi
itu Boni tak melihatnya. Timbul pertanyaan dalam hatinya dan ingin bisa melihat
sang kakek.
Boni beranikan diri untuk melihat keadaan kakek.
“Kek, Kakek, permisi Kek… , “ Boni memanggil manggil Kakek sambil
melihat di sekililing rumah. Tak ada tanda-tanga Kakek mendengar suaranya.
Boni melngkah pelan di depan pintu. Boni mendengar sedikit suara membuatnya
ingin membuka pintu rumah Kakek. Pintu terbuka dan Boni terkejut dengan apa
yang Boni lihat. Kakek tergeletak di dekat meja satu-satunya yang ada diruangan
rumah itu.
“Kakek kenapa, bangun Kek, bangun Kek. Boni sedikit ketakutan dan
khawatir.
“Nak….” Terdengar lirih suranya.
“Iya , Kek. Aku ambilkan minum ya Kek. Boni bergegas mengambil
minum yang ada di meja. Boni dengan tubuh kecilnya berusaha untuk bisa membantu
Kakek duduk. Kakek begitu lemas tak berdaya. Seteguk air putih yang di berikan
Boni membuat sang kakek lebih terlihat kuat.
“Nak, terimakasih telah menolongku.” Ucap Sang Kakek.
“Iya, Kek. Sama-sama. Kakek kenapa?” Sambil duduk di sebelah Kakek.
Boni lupa kalau harus segera sampai ke sekolah.
“Aku semalam terlalu lelah Nak, dan belum sempat membuat makanan
untuk Kakek makan, dan tak tau tiba-tiba badan kakek lemas dna terjatuh.” Jelas
Sang Kakek.
“Kakek dari semalam belum makan? Tanya Boni.
“Belum Nak.” Jawab Kakek.
Segera Boni teringat bekal yang di bawakan Ibunya. Boni membuka dan
memberikannya pada Kakek.
“Ini Kek, aku ada makanan silahkan Kakek makan.” Boni menyampaikan
sebungkus bekal yang ia bawa.
Sang Kakek menolak namun Boni memaksanya agar Kakek mau makan.
Akhirya Kakek pun menghabiskna makanan yang Boni berikan. Boni sangat senang melihat
Kakek makan dengan lahabnya. Setelah
mengetahui keadaan Kakek lebih baik. Maka Boni berpamitan untuk melanjutkan
perjalanan ke sekolah.
Mengetahui matahari makin beranjak naik, Boni pun berlari agar tak
terlamabat sampai sekolah. Tepat pukul tujuh Boni sampai di sekolah. Walau
masih terengah-engah Boni langsung masuk ke kelasnya dan ia dapati semua
teman-temannya sudah berada di ruang kelas itu siap menerima pelajara dari Ibu
guru.
Kebetulan hari itu Boni bertugas piket untuk membersihkan kelas.
Namun karena hal yang di lakukan Boni terhadap Kakek tadi, membuatnya tak bisa
melaksanakan tugasnya karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh. Boni meminta
maaf pada ketiga temannya yang bertugas hari itu. Salah satu temanya tak bisa
menerimanya dan meminta Boni untuk membersihkan toilet siswa. Boni menolaknya
karena harus mengikuti pelajaran terlebih dahulu dan akan ia kerjakan setelah
jam istirahat nanti.
Tiba-tiba Dito mendorong Boni untuk segera beranjak membersihkan
toilet, seketika itu Ibu guru datang. Dan mengetahui hal yang di lakukan Dito.
Siawa yang lain segera merapikan duduknya dan menyapa bu guru.
“Selamat pagi, Bu Guru.” sererentak siswa menyapa Ibu guru. Hanya
Dito yang masih sibuk dengan meminta Boni membersihkan toilet sehingga tak
mengetahui kehadiran Ibu guru.
“Selamat pagi, anak-anak.” Jawab Bu guru. Melihat Dito masih
berdiri Bu Guru pun menghapirinya.
“Dito, ada apa? Sapa Bu Guru.
Dengan kaget Dito menjawab dengan terbata-bata.
“E e e … Ini, Buk. Boni,
Boni tidak mau piket. Dia baru saja datang. Dan aku menyuruhnya untuk
membersihakan toilet.” Jawab Dito tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Benarkah kamu terlambat dan tidak piket. Bon. “Tanya Bu Guru pada
Boni.
“Benar, Bu. Maafkan saya.” Jawab Boni.
“Huuuuu benar kaan Bu, Boni terlambat dan tidak piket. Seru Dito.
“Dito, diam dulu Ibu bertanya pada Boni,” Sela Bu guru.
Setelah Boni menyampaikan
alasan keterlambatannya, Bu Guru memaafkan Boni karena tidak piket hari ini.
Dan menasehati Dito agar tak menyalahkan Boni dan tak perlu menghukum Boni
untuk membersihkan toilet. Akhirnya keadaan tenang dan pelajaran segera di
mulai.
Jam istrahat tanda istirahat pun berdering. Biasanya Boni makan
bekal saat jam istiraht tiba karena tadi di rumah belum sempat makan. Hari itu
karena bekal yang Boni bawa sudah diberikan Kakek, maka Boni pun hanya duduk di
kelas membaca buku. Mengetahui hal itu.
Edo sahabatnya mendekati dan membagi bekalnya pada Boni.
“Ini Boni, aku bagi bekal dari Ibu,” Ucap Edo.
“Tidak usah,Do. Kamu makan aja.” Jawab Boni.
“Bon, bukankah bekal kamu sudah kamu berikan pada Kakek tadi, dan
ijinkan aku sekarang untuk membagi bekalku untuk kamu ya.kita makan bersama.”
Ajak Edo.
Boni menolak namun Edo memaksa dan akhirnya Boni pun mau. Itulah arti seoarng sahabat ada dan
selalu membantu saat kita membutuhkan selalu ada dalam keadaan susah ataupun
senang. Edo dan Boni merasakan betapa indahnya berbagi. Allah akan menggantikan apa yang kita berikan
kepada orang dengan iklas. Berbagi tak
diukur dari nominalnya, melainkan soal ketulusan hati saat memberikan pada
sesama.
#30daysreadingastorywithyourkids
#onedayonestory
Gunungkidul, 12 Sepetember 2021
Indahnya berbagi menyejukkan hati membacanya
BalasHapusTerimakasih bu
HapusKebiasaan baik jika dimulai dari keluarga insya Allah akan berbuah baik dikemudian hari
BalasHapusAamiin...insyaAllah Ibu..
HapusBoni yang baik hati mendapat didikan kelaurga yang baik. Anak yang langka.... mantap Bu karakternya
BalasHapusSemoga bisa kita jumpai Boni, Boni yang lain.
HapusWah senangnya berbagi
BalasHapusMaasya Allah cerita yg inspiratif.
BalasHapusCeritanya inspiratif, perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan pula.
BalasHapusItulah arti seoarng sahabat ada dan selalu membantu saat kita membutuhkan selalu ada dalam keadaan susah ataupun senang. Edo dan Boni merasakan betapa indahnya berbagi.
BalasHapusSemoga dibaca anak-anak kita, ya!
Luar biasa Boni. Hal terbaik yang perlu dilestarikan.
BalasHapusHal-hal baik yang bisa dicontoh terutama anak-anak
BalasHapusBoni dan Edo kawan sejati.
BalasHapusCerita bagus dan inspiratif👍
BalasHapus