Tak Kan Terulang
Bel tiga kali berbunyi begitu nyaring, jam pelajaran selesai.
Anak-anak berkemas-kemas untuk menutup pelajaran dengan doa kemudian pulang.
Sita, Amanda dan Ririn sangat gembira. Dua mata pelajaran selesai untuk di
ujikan di hari ini. Masih ada 4 hari lagi untuk mereka menyelesaikan ujian
akhir semester.
Di hari pertama Sita dapat mempersiapkanya dengan baik, begitu pula
Amanda dan Ririn. Saat menunggu mereka di jemput, mereka berbinjang sebentar di
halaman sekolah.
"Sit, gimana ujian kamu tadi? bisa mengerjakan lancar kan?
tanya Ririn.
"Waah, lumayan aku kan sudah persiapkan dengan belajar
kemarin, jadi ya, gitu lah enak ngerjainnya," jawab Sita.
"Syukur deh kalo gitu, sebenarnya aku ada sih beberapa soal
yang ga yakin bener aku ngerjainnya," ungkap Ririn.
"Lho kenapa Rin, perasaan semua soal mudah deh," tegas
Sita.
"Aku kurang yakin aja, Sit. Tapi semoga benar jawabanku,"
jawab Ririn.
Tak lama mereka berbincang, Ayah Sita sudah datang menjemput.
"Ok, Rin, Nda. Aku pulang duluan ya,"pamit Sita.
"Sip, hati-hati Sit. Nanti sore kita belajar bersama ya !”
ungkap Amanda.
“Siap,” jawab Sita.
Beberapa menit kemudian Ayah Ririn dan Amanda datang. Tampak
halaman sekolah sudah sepi.
Selama PTMT memang sekolah tak seramai dulu. Para siswa datang
bergantian ke sekolah sesuai jadwal yang di bagikan. Begitu pula untuk ujian
akhir semester kali ini.
Sesampainya di rumah Sita menceritakan pelaksanaan ujian hari
pertamanya. Ibu Sita sangat senang mendengarnya.
"Alhamdulilah, Nak. Jika ujianmu hari ini lancar, kamu harus
tetap belajar untuk persiapan ujian besok dan beberapa hari berikutnya," kata Ibu Sita.
Sita pun mengiyakan, Ibu segera meminta Sita untuk ganti baju lalu
makan dan istirahat.
Setelah istirahat siang, Sita bangun dan di dapatinya Amanda sudah
berada di rumahnya. Sita, Ririn dan Amanda sering belajar bersama di rumah
mereka. Kadang di rumah Sita kadang di rumah Amanda ataupun Ririn.
Hari ini di Ririn tak kelihatan batang hidungnya. Satu jam berlalu
namun tak kunjung datang. Amanda hanya belajar berdua saja bersama Sita.
Keesokan harinya ujian hari kedua berlangsung. Semua siswa telah
bersiap di tempat duduknya masing-masing. Setelah berdoa Ibu guru membagikan
lembar soal dan lembar jawaban.
"Silahhan kerjakan soal dengan teliti dan benar ya, jangan
terburu-buru . Waktu kalian 90 menit," perintah Bu Guru Ida.
"Iya, Bu,"jawab seluruh siswa kompak.
Semua siswa mulai mrngerjakan. Ririn masih terpaku dengan melihat
soal yang ada di hadapannya. Kenapa Ririn belum juga mengerjakan. Tujuh menit
berlalu Ririn masih saja membuka-buka lembar soal.
"Ayo Ririn segera kerjakan soal itu," kata Bu Ida.
Suara Bu Ida mengagetkan kegelisahan Ririn.
"Iya,Bu, jawab Ririn.
"Harusnya aku kemarin datang untuk belajar bersama Sita dan
Amanda,"guman Ririn.
Soal ini sulit sekali. Aduh bagaimana ini. Ririn mulai mengerjakan
dengan asal. Ririn tak mau nanti waktu habis namun soal belum terselesaikan.
Soal Matematika kali ini membuat Ririn pusing. Memang untuk Matematika Ririn
mengaku kurang mampu menahami. Ririn tak mau berusaha malah malas untuk belajar
bersama temanya kemarin. Bagi Ririn sama saja belajar Matematika juga Ririn tak
bisa. Padahal Amanda dan Sita bisa membantu jika Ririn kesulitan memahami
Matematika, namun Ririn gengsi. Akhirnya Ririn pun tak bisa mngerjakan soal
Matematika dengan baik.
Ririn begitu sedih, Ia pun menceritakan pada Sita dan Amanda.
“Yes, aku puas ngerjain soal hari ini,” kata Sita.
“Iya Sit, aku juga. Apa yang kita pelajari kemarin keluar dalam
soal itu,” timpal Amanda.
Sementara Ririn , diam dan merasa sedih.
“Aku menyesal Sit, kemarin aku tak ikut belajar bersama kalian,” ungkap
Ririn.
“Lagian kamu kemarin kemana sih, rin? tanya Sita.
“Aku malas saja, Sit. Aku tak bisa belajar Matematika. Sebenarnya
aku pingin bisa tapi aku malu belajar bersama kalian,” jelas Ririn.
“Ya Allah, Rin. Kamu tak usah malu, kita belajar bersama kita akan
bantu,” jawab Sita.
“Iya, Rin. Lain kali kamu tetap ikut belajar bersama ya,” aku dan
Sita akan membantu.,” lanjut Amanda.
“Iya, Nda. Aku menyesal. Hal ini tak kan aku ulangi lagi. Aku ga
boleh malu. Aku harus bisa,” ucap Ririn.
Ririn berjanji dalam hati, Ririn harus berusaha lebih baik lagi
agar bisa paham dengan Matematika. Senyum tulus Sita dan Amanda mampu menyentuh hati Ririn untuk bisa lebih
bersemangat lagi. Dalam berteman harus bisa saling membantu dan memberikan support
untuk bisa lebih baik lagi.
#30daysreadingastorywithyourkids
#onedayonestory
#ChallengeDesemberAisei
Gunungkidul, 26
Desember 2021
Luar biasa... Cerpen mantap
BalasHapusMasih bljr Emak ...
HapusTidak boleh malu belajar bersama. Saya belajar buat cerpen anak di sini. Terima kasih sudah berbagi.
BalasHapusSama-sama bund ... Mohon krisar nya
HapusBagus ceritanya.
BalasHapusTerimksih... Bu
Hapus