Elegi Tahun Baru
Tiga musim berlalu, semesta mempertemukan aku dan kamu. Setelah
sekian lama tak bersua. Aku mengenalmu sejak kita masih seragam biru putih. Ada
rasa tumbuh disana yang entah kami
mengartikannya. Berawal dari sapamu di sosial media waktu itu, rasa yang
dulu ada kini mulai tumbuh. Rasa yang ada dulu membawa kita untuk bisa saling
ucapkan cinta. Meski tidak pernah bertemu.
Ardianto laki-laki berpenampilan sederhana namun bersahaja. Aku
melihat wajahnya yang agak beda dengan Ardi yang aku kenal dulu. Kini dia lebih
kelihatan dewasa. Bayanganya bertahta di hati dan pikiranku. Entah aku yang
terlalu mudah untuk mencitai atau Ardi yang memang terlihat mempesona di
mataku.
Hari ini tahun baru dan itu
bertepatan dengan hari lahirnya. Aku tahu itu dari adiknya yang dulu memang
kenal dekat denganku. Rencananya aku akan berikan sesuatu di tahun baru. Bukan
hal istimewa namun bagiku sangtlah dapat membuatnya bahagia.
Berbekal cinta dan kepercayaan diri. Akupun persiapkan sesuatu
untuk bisa ku berikan di hari indah itu. Aku ingin menemuinya setelah sekian
lama hanya bersua lewat maya. Kubawa bingkisan kecil untuknya. Bukan barang
mahal namun aku senang karena itu hasil dari karyaku sendiri. Satu buah buku
puisi yag aku tulis selama perjalanan hidupku. Memang yang aku tahu kamu tak
begitu suka baca namun karena aku suka menulis maka kamu sering membaca tulisan-tulisanku
yang kebanyakan dari ungkapan-ungkapan yang selalu mewakili rasa di hatiku.
Sekitar pukul dua belas aku
sampai di tempatmu bekerja, tepatnya di sebuah toko. Aku bayangkan binar
bahagia di matamu saat menerima bingkisan kecil dariku. Aku dan kamu pasti
sangatlah bahagia. Terlihat pengunjung toko sangat ramai, mungkin karea jam
istirahat banyak pelanggan yang datang untuk membeli barang yang di inginkan.
Aku menunggunya keluar dari toko, rasa penasaran yang teramat
sangat yang membuatku makin deg-degkan dan ingin segera bertemu
denganmu.Tiba-tiba seseorang mengagetkanku dengan menepuk pundakku.
“Hai, Ran. Sedang apa di sini siang-siang sendiri? Tanya Ariyani.
Teman sekolahku yang aku tahu dia juga bekerja di toko.
“Iiih … mengagetkanku saja
kamu, Yan” jawabku.
“Maaf, lagian kamu sendiri bengong disini,lagi nunggu seseorang
ya?” cetusnya.
“ eee iya iya Yan. Aku akan bertemu temanku.” kataku.
“Teman-atau teman niih,” ledeknya. Aku tersipu malu.
“Kamu sendiri mau ketemu siapa Yan,” tanyaku.
“ Aku mau ketemu Anto, pacarku,” jawab Aryani.
Tiba-tiba kulihat, sesorang keluar dari toko itu, dari perawakannya
aku tahu itu adalah Ardi. Dia berjalan menuju ke arah kami. Aku makin
deg-degkan. Akhirnya aku akan bertemu langsung dengannuya. Ya rabb. Tenangkan
hatiku.
“Rani, kenalkan ini Anto, kekasihku,” ucap Ariyani.
“Eeee. Iya Ar,” jawabku tebata-bata. Seperti Guntur di siang bolong
aku mendengar ucapan Ariyani.
“Ternyata Ardi adalah Anto. Nama yang aku kenal sebagi Ardi adalah
Anto dan sudah memiliki pacar. Lalu apa
artinya hubunganku sama dia selama ini. Tahu dia udah ada janji dengan Ariyani,
tentu aku tak datang hari ini,”gumanku.
Hancur hatiku, butiran bening menetes di pipiku. Aku berusaha
sembunyikan dari Ardi dan Ariyani. Hatiku makin perih kala Ardi tersenyum manis
ke arah Ariyani. Aku memang telah bertemu dengannya tetapi hatiku kini terluka.
Aku pikir perasaan kita sama, tetapi ternyata aku hanya pelarian baginya.
Hatiku hancur di tahun baru.
Gunungkidul, Desember 2021
Sedihnya hati ini.
BalasHapusHu um Kak Ros..
HapusJadi ikut terharu dan terbawa suasana bacanya bu
BalasHapusHehe ..iya Pak
HapusJadi ingat sama lirik lagu ini,
BalasHapusMendung tanpo udan, ketemu lan kelangan.
Kabeh kui sing diarani perjalanan...
Huuf...
HapusWaduh, nama beda orang sama. Ada yang terasa terluka saat membacanya Bu Ros.
BalasHapusKasihan.....
BalasHapusTragis juga. Hehe
BalasHapus