Cari Blog Ini

Kamis, 08 Juni 2023

Bersinarlah Seperti Bintang

 

Bersinarlah Seperti Bintang

Berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di pinggir persawahan di  kampung tempat dimana aku dibesarkan. Hembusan angin menyapa tak hiraukanku yang merasa dingin. Hati terasa makin dingin. Walau kekuatan raga dan jiwaku tak sekuat dulu, sedikitpun aku tak ingin lewatkan senja, aku duduk di pinggiran sawah. Aku merasa  aku hanyalah seorang Aira yang tak pantas untuk diperjuangkan. Aku tak punya lagi kekuatan untuk bisa berdiri, berjalan bahkan berlari. Bahkan aku tak lagi punya tujuan  kemana kaki ini akan melangkah, setelah tahu keadaan yang sebenarnya. Biarlah waktu menuntunku kemana diri ini akan berhenti. Aku tak percaya lagi apa itu cinta, aku tak percaya lagi apa itu bahagia.  Semua tak memihakku tuk aku jadikan sandaran dalam hidup.

“Aira, Aira….kamu dimana?. Seseorang memanggil namaku, aku tetap tidak bergeming.

Suara itu kembali aku dengar makin jelas. Aku tak peduli. Sementara senja mulai menghilang. Bersamaan itu pula hatiku makin hancur. Butiran hangat menetes dipipiku. Kau seperti senja, keindahanmu begitu membuat aku terlena, namun sekejab kau pergi menghilang dan tergantikan gelap. Makin deras air mata ini menemaiku senja kali ini.

Tiba-tiba ada tangan yang meraih pundakku. dia sahabatku dari kecil. Zulfiana namanya. Aku sering memanggilnya Fifi. Seketika lamunanku sirna, segera kuhapus butiran bening di pipiku kutarik nafas panjang. Fifi kemudian menghampiriku dan duduk bersebelahan denganku. Aku tak berani menatapnya. Pandanganku jauh tertuju pada senja yang mulai gelap.

“Ra, pulang yuk,” ajaknya.

Tak sedikitpun aku bergeming dan membalas kata-katanya.

“Aira, aku bicara padamu ra, ayolah kamu jangan seperti ini sahabat cantikku,” rayunnya.

Aku mulai merasa kasihan dengannya. Akupun menatapnya. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku memeluknya erat dan kutumpahkan tangisku. Sedikitpun aku tak bisa bersuara.

“Menangislah Ra, menangislah sepuasmu. Namun kamu harus ingat jangan larut  dengan kesedihanmu. Aku tahu betapa hancurnya hatimu Ra. Tapi kehidupan harus tetap berjalan. Jangan kau siksa dirimu seperti ini. Dia bukanlah satu-satunya lelaki yang bisa buatmu bahagia. Masih banyak laki-laki yang nantinya akan menyayangimu, membahagiakanmu”. Panjang lebar Fifi menasehatiku.

Aku tetap tak bisa bersuara, air mata ini mewakili jawaban dari semua yang aku rasakan dan Fifi tahu itu.

“Ayolah, kita pulang ya, Tidak baik sudah petang begini kita masih di luar rumah”. Ajaknya.

Pelukan Fifi dan juga air mata yang tertumpah sedikit membuatku lebih tenang. Akupun turuti ajakan Fifi. Aku di gandengnya. Kami berjalan pulang. Fifi mengantarku sampai rumah. Dia seperti saudaraku sendiri Almarhum Ayah dan Ibuku tahu dia sahabatku satu-satunya. Sebelum Ayah ibuku meninggal, bahkan mereka berpesan agar Fifi bisa menemanku untuk tinggal di rumahku. Namun karena Figi juga punya keluarga. Tak mungkin dia bisa tinggal bersamaku. Hanya pada saat-saat tertentu saja dia menemaniku dan menginap di rumah.

Kami pun sampai di rumah, Fifi mengambilkan air minum untukku. Aku teguk air putih dari Fifi.

“Terimakasih, Fi,” ucapku.

Fifi tersenyum dan masih menatapku lembut.

“Iya Ra, sama-sama. Aku harap kamu tak mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu! pintanya.

Huuf, hancur hatiku. Aku seperti sudah tak ingin hidup lagi. Untuk apa aku hidup, sedangkan orang yang aku percaya, orang yang aku tunggu-tunggu ternyata sudah jadi milik orang lain. Mengapa keyakinanku begitu kuat kalo aku akan dipertemukan dengan Rafli . Dia seseorang yang aku kagumi sejak hati ini tahu sebuah rasa. Dia yang membuka hati ini tentang apa itu cinta dan arti kasih sayang. Pertemuan singkat dengannya membukaan hatiku dan benar-benar membuatku hancur. Bagimana tidak aku yang sudah berhubungan lama dengannya dan berharap dialah satu-satu orang yang dapat aku jadikan sebagai imamku. Namun nyatanya kini dia jadi milik orang lain.

“Sudah, jangan di pikirkan lagi,”ucap Fifi. Ternyata dia tahu kalau aku bengong memikirkan kejadian yang menimpaku.

“Iya, Fi,”jawabku.

“Kalau sudah tenang, kita ambil wudu yuk kita salat maghrib,” ajaknya lagi.

Tanpa kusadari satu minggu lebih aku seperti tak ada respon apapun. Suka menyendiri dan terkadang menghilang. Entah aku pergi ke sawah atau bejalan menyusuri persawahan di kampungku. Fifilah satu-satnya orang yang sabar menemaniku. Kali ini aku tak ingin mengecewakannya. Aku ikuti apa yang dia minta.

Aku tersenyum simpul menandakan kalau aku sudah membaik dan akan tunaikan salat maghrib bersama. Mata kami saling menatap, Fifi pun tersenyum.

“Nha ini baru sahabatku,” ucapnya bangga.

Aku mulai sadar, ya rabb.dia bukanlah satu-satunya tujuan hidupku. Aku punya Tuhan. Itulah tujuan satu-satunya. Aku akan mengejar cintaNya maka bukan hanya dunia yang kan aku dapatkan namun juga akhirat. Aku kembali menangis.Aku tumpahkan segala kesah  yang ada dalam hatiku. Tak kusadari rasaku yang besar terhadap Rafli serta harapan-harapan yang tersemai dalam jiwa membuat ini terlena dan terkadang sampai diri lupa ada skenario Tuhan yang jauh lebih indah.

Aku meneyesali, kenapa setelah sekian jauh hubungan kami, aku baru tau keadannya. Aku di butakan oleh cinta. Ya Allah… ampuni hambamu ini. Bimbing hamba ya rabb untuk selalu berada di jalanMu, tunjukanlah hamba ke jalan yang benar. Terimakasih rasa yang dulu hadir yang kini bisa kuatkan hati tuk bisa menyadari akan arti hidup dan segala pernak perniknya. Dengan kejadian yang menimpaku semoga membuat diri ini rumbuh lebih dewasa lagi.

Setelah selesai maghrib. Fifi mengajakku makan. Aku juga tak tahu kapan Fifi siapin semuanya. Huuf terimakasih sahabat baikku. Kau begitu sabar bersamai diriku.

“Fi,…. “ panggilku.

“Iya Ra, kenapa? Tanyanya.

“Kalau boleh aku tahu sudah berapa lama aku seperti tak sadarkan diri dan selalu menyendiri?” tanyaku.

“Ra, huuf hampir 3 minggu kamu siksa dirimu, aku selalu kawatirkan dirimu Ra, kenapa sahabatku yang dulu ceria, penuh semangat sedikitpun tak pernah bersedih. Namun tiba-tiba seperti hilang ditelan bumi. Tak sedikitpun akutemukan sahabatkuyang dulu”. Jelas Fifi.

“Huuuf, maafkan aku Fifi, aku ga tahu lagi harus bagaimana, Rafli menghilang dan datang dengan segala penjelasannya yang sulit di percaya”. Jelasku pilu.Ku Tarik nafas panjang,seperti masih ada yang engganjal dalam dadaku.

“Sudahlah Ra, jangan ingat lagi masalah itu ya, sekarang kamu harus pikirkan bagaimana kamu akan tetap bekerja atau berhenti”. Tegas Fifi.

“Fi untuk apa aku hidup Fi, untuk apa? tanyaku

“ Aira, ssst bangun dari mimpi burukmu, kamu tadi bukankah sudah sadar Ra, ayo lihat aku! Kamu harus semangat! Cukup kamu pikirkan laki-laki yang tak bertanggung jawb itu”. Suara Fifi meninggi.

Terkadang terbersit dalam pikiranku tentang kejadian yang menimpaku, dan aku seperti blank. Jika sahabatku Fifi tak bersamaiku, aku tak tahu bagaimana jadinya aku. Harusnya aku bersyukur Allah telah kirimkan aku seoarang sosok sahabat yang begitu sabar.

“Fi, apakah ibu bos masih mau menerimaku bekerja lagi, setelah beberapa saat aku tidak masuk? Tanyaku.

“Ibu bos baik banget Ra, dia ngerti keadaanmu, dia pasti masih bisa menerima kamu untuk bekerja di toko bunga milikmya. Beberapa hari setelah dia tahu keadaanmu dia sering tanyakan kamu”. Tegas Fifi.

“Bismilah Fi, tolong sampaikan pada beliau ya kalau aku masih pingin kerja di tokonya,” Pintaku.

“Siap sahabat cantikku, tersenyumlah, bersinarlah seperti bintang di langit. Pada saatnya kau akan bahagia menemukan orang yang tepat. Perbaiki dirimu niscaya Tuhan akan menyiapkan seseorang terbaik untukmu”.  Ungkap Fifi.

“ Terimakasih Fifi, untuk semua yang Fifi berikan untukku.” Ucapku.

Kami pun tersenyum dan berpelukan.

“Buka lembaram baru semangatlah masih ada esok yang menantimu, Fi.” Bisik Fifi.

“Doakan aku mampu melupakannya Fi”. Pintaku

“Pasti ra, doaku menyertaimu”. Jawab Fifi.

 

 

Detik waktu terus berjalan dan terus berputar. Seiring waktu berlalu akupun sedikit banyak bisa move on dan semangat jalani hari. Seperti nasehat sahabatku Fifi bahwa Tuhan telah persiapkan seseorang terbaik. Ada Tuhan yang akan kabulkan apa yang kita pinta. Biarlah Rafli dan segala kenangannya aku simpan dalam bagian dari hatiku. Tidakmudah memang untuk melupakan. Namun masa lalu adalah kenangan dan hari ini harus kita jalani esok adalah harapan harapan. Jangan berhenti berharap dan teruslah berjuang. Selamat tinggal cinta pertamaku, bahagialah dengan  orang pilihanmu. Terimkasih atas pelajaran berharga yang kau berikan hingga mampu buatku menjadi seorang yang kuat dan lebih tangguh untuk hadapi hari. Kehidupan harus terus berjalan. Ku kan telusuri jalan yang penuh liku dan duri. Aku yakin di balik semua kepahitan pasti akan kutemukan manis di kemudian hari.  

#NUBALA PROJEK

#PROJEK_PUNYA TUJUAN

Gunungkidul, 8 Juni 2023

1 komentar:

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca