Kau Tinggalkan Rindu di Tepian Senja
Bulan Oktober adalah bulan dimana kita di satukan janji suci untuk
sehidup semati. Alam semesta berbahagia melihat dua sejoli menyatu dalam
balutan kasih sayang. Embun pagi menyelimuti, angin lembut menyapa tubuhku. Mentari
pagi menyapa dengan sinarnya yang menghangatkan. Seperti tak ingin berlalu, aku
dan kamu untuk menikmati masa indah itu.
Hari-hari indah bersamamu selalu menghiasi langkahku, Semangat baru
untuk bisa menggapai mimpi-mimpi kita. Satu demi satu mimpi sudah dalam
genggaman. Aku yang selalu minta perhatian lebih darimu. Sikap manjaku, sikap pengertianmu
membuat kita selalu bisa ukir senyum
dalam lalui hari kita. Sesekali aku cemburu jika ada rekan kerjamu mengirim
pesan di ponselmu padahal itu sebatas pesan untuk hal kerjaan.
Tak bisa aku pungkiri kamu pribadi yang di kagumi , ramah, cerdas,
suka membantu dan juga selalu bisa menyesuaikan diri dimana kamu berada. Wajar
jika memang aku memiliki sikap cemburu yang berlebih. Bersyukur bisa milikimu.
Perhatianmu kasih sayangmu meluluhkan hatiku.
Ayah adalah panggilanku untukmu setelah Allah anugrahkan buah hati dalam
rumah tanggaku. Bukan hanya seorang suami siaga kau juga seorang ayah yang
siaga dan selalu bisa membuat istri dan anakmu tersenyum bahagia. Kau bisa bagi
waktumu untuk kami.
“Yah, jika nanti Allah memanggilku dulu, ayah mau nikah lagi ga ?”
Tanya ku di suatu sore saat sedang santai menikmati teh hangat diteras rumahku.
“Mama ngomong apa sih? Ga kita akan hidup sampai kakek nenek
bersama jika memang harus pergi, biar aku yang di panggil Allah dulu” Sahutnya.
“Aku saja yang pergi dulu, aku ga bisa di tinggal ayah sendiri,
nanti jika aku pergi ayah mau nikah lagi ya? Tanyaku lirih.
“Ga kita akan sama-sama terus, udahlah ga usah ngomongin hal ini ! Pintanya.
Seketika kau peluk aku dan putri kecilku. Kau tenangkan aku dengan
usapan lembut dirambutku. Di kala senja itu kita nikmati indahnya dengan buah
hati kita.
***
Tiada hari-hari yang aku lalui tanpa senyummu, candamu, tangis dan
tawa selalu menghiasi. Berharap semua
akan selalu menyertai langkah kita. Sebagai hambanya tentu aku bersyukur dengan
semua itu. Sekuat dan semampu apa kita menjaga semua namun kita tidak lepas
dari takdirnya. Hingga suatu ketika dalam perjalanan acara hajatan tetangga.
Kecelakaan terjadi sampai akhirnya Allah berkehendak memanggilmu.
Sesak di dada nafas terasa berhenti, awan gelap, dunia terasa
berhenti berputar. Tak kuasa aku rasakan sampai akhirnya aku tak sadarkan diri.
Butuh waktu untuk bisa bangkit dan
berdiri kuat menapak jalan tanpamu disisiku. Apa yang aku kawatirkan terjadi kau pergi
lebih dulu meninggalkanku. Allah lebih sayang padamu. Seperti dalam mimpi
rasanya baru kemarin kita menikmati indahnya mentari pagi sampai senja menemani
sore kita serta kerlip bintang di malam hari.
Hidup sebagai single paren tidak mudah, banyak godaan dan
hambatan kulalui, hanya bisa berpasrah pada ilahi rabbi. Allah akan selalu
kasih jalan untuk hambanya yang berusaha. Untuk mencukupi kebutuhan hidup
insyaAllah ada jalan. Yang membuat sakit adalah ketika aku mendengar
suara-suara yang menyudutkan diriku. Maklum selama di tinggal suamiku aku belum
bisa bersosialisasi dengan baik seperti dulu. Mereka memandangku seperti mereka
tidak merasakan betapa aku kehilangan suamiku.
***
Tiga musim telah berlalu tanpa dirimu di sini. Hidup dengan sejuta
harap dengan tapak-tapak sayap yang telah kau tinggalkan. Mencoba untuk
bertahan kuat dan terus melangkah karena hidup tak cukup sampai disini. Hal
yang terindah telah terlewati canda tawa bahagia tangis pilu menghiasi
perjalanan langkah kita. Dan tiba waktunya takdir telah mesisahkan kita, namun
rasa itu akan tetap selalu ada walau kau telah pergi jauh dan tak kan kembali.
Rindu tak di ciptakan oleh jarak namun oleh perasaan, merindukan
bukan karena jauh namun karena ia telah ada di dalam hati. Selamat tinggal
hanya untuk mereka yang suka dengan mata mereka, karena bagi mereka yang suka
dengan hati dan jiwa tidak ada hal seperti pemisah.
Untuk saat ini aku hanya
bisa jalani hidup sendiri bersama dua buah hati. Mereka adalah semangat bagiku.
Tiada yang dapat menggantikan dirimu di hatiku. Aku serahkan hidup dan
matiku pada-Nya. Dia sang pemilik jiwaku. Dia tahu mana yang terbaik buat semua
hambanya termasuk diriku.
Tak perlu risau pada apa yang belum terjadi, tak perlu terpuruk
dalam penyesalan masa lalu, waktu akan terus berjalan sekalipun manusia akan
berdiam di tempat yang sama.
Ia tak kan menunggu kaki manusia melangkah ia tak akan peduli
langkah apa yang manusia ambil. Tak perlu menjelaskan apapun di kala telinga
tak mau mendengar. Semua akan berjalan sesuai dengna takdirNya. Tak perlu
dengarkan orang lain. Baik dan buruk selalu saja mereka binjangkan. Aku hanya
ingin di mengerti jangan kalian memandangku sebelah mata. Percaya saja suatu
saat kebenaran akan menemukan jalannya sendiri,kita hanya perlu melangkah dengan
tenang, berdoa dan berusaha yang terbaik.
Di dalam dekapan sang senja, diriku mengharapkan sebuah asa, yang
dapat membuat semesta yang fana menjadi semesta yang penuh warna. Ku sandarkan
harapan pada dua buah hatiku kuserahkan jiwaku sepenuhnya pada Allah Swt. Semua
telah menjadi takdirNya.
***
Pagi telah pergi mentari tak bersinar lagi entah sampai kapan ku mengingat
tentang dirimu ku hanya diam menggenggam menahan segala kerinduan memanggil
namamu di setiap malam ingin engkau hadir dan datang dimimpiku. Agar bisa sedikit
melepas rindu.
Waktu kan menjawab pertemuanku dan dirimu hingga sampai kini aku
masih ada di sini. Bayangmu akan selalu bersandar di hatiku. Hingga kita bisa
bertemu di jannahNya. Kita akan kembali bersatu seperti dulu.
Satu keyakinan bahwa Allah tidak menjanjikan bahwa langit itu
selalu biru, bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar. Tapi ketahuilah
bahwa Allah selalu memberi pelangi disetiap badai, senyum di setiap air mata,
rahmad dan berkah disetiap cobaan dan jawaban di setiap doa. Jangan
pernah menyerah terus berjuang, tetap semangat. Hidup itu indah.
Tenanglah dalam dekapan-Nya sayang. Tunggu aku di syurga. Kita akan
bahagia disana.
#KamisMenulis
#SahabatLagerunal
#CerpenNubalaProjek
Gunungkidul, 13 Januari 2022
Maasya Allah, sungguh mengharukan kisahnya. Tetap semangat ya Bu. Semoga kebahagiaan dan limpahan berkat Allah selalu tercurah untuk ibu dan anak-anak..
BalasHapusCerpen yang menarik dengan gaya pencerita orang pertama. Saya tetap menganggapnya "cerita" tidak mengaitkan dengan kehidupan, mungkin kisah nyata "seseorang".
BalasHapusIya Pak D
HapusRomantis tapi endingnya melow...Cantik ceritanya. Bahasanya puitis banget.
BalasHapusTerbawa sedih bacanya. Semoga senantiasa diberikan kesabaran dan keikhlasan. Kisah nyata kah?
BalasHapusRasa kehilangan akan muncul karena sebelumnya menjadi milik kita telah pergi.
BalasHapus