Cari Blog Ini

Rabu, 12 Januari 2022

Kau Tinggalkan Rindu di Tepian Senja

 

Kau Tinggalkan Rindu di Tepian Senja


Bulan Oktober adalah bulan dimana kita di satukan janji suci untuk sehidup semati. Alam semesta berbahagia melihat dua sejoli menyatu dalam balutan kasih sayang. Embun pagi menyelimuti, angin lembut menyapa tubuhku. Mentari pagi menyapa dengan sinarnya yang menghangatkan. Seperti tak ingin berlalu, aku dan kamu untuk menikmati masa indah itu.

Hari-hari indah bersamamu selalu menghiasi langkahku, Semangat baru untuk bisa menggapai mimpi-mimpi kita. Satu demi satu mimpi sudah dalam genggaman. Aku yang selalu minta perhatian lebih darimu. Sikap manjaku, sikap pengertianmu membuat kita selalu bisa  ukir senyum dalam lalui hari kita. Sesekali aku cemburu jika ada rekan kerjamu mengirim pesan di ponselmu padahal itu sebatas pesan untuk hal kerjaan.

Tak bisa aku pungkiri kamu pribadi yang di kagumi , ramah, cerdas, suka membantu dan juga selalu bisa menyesuaikan diri dimana kamu berada. Wajar jika memang aku memiliki sikap cemburu yang berlebih. Bersyukur bisa milikimu. Perhatianmu kasih sayangmu meluluhkan hatiku.

Ayah adalah panggilanku untukmu setelah Allah anugrahkan buah hati dalam rumah tanggaku. Bukan hanya seorang suami siaga kau juga seorang ayah yang siaga dan selalu bisa membuat istri dan anakmu tersenyum bahagia. Kau bisa bagi waktumu untuk kami.

“Yah, jika nanti Allah memanggilku dulu, ayah mau nikah lagi ga ?” Tanya ku di suatu sore saat sedang santai menikmati teh hangat diteras rumahku.

“Mama ngomong apa sih? Ga kita akan hidup sampai kakek nenek bersama jika memang harus pergi, biar aku yang di panggil Allah dulu” Sahutnya.

“Aku saja yang pergi dulu, aku ga bisa di tinggal ayah sendiri, nanti jika aku pergi ayah mau nikah lagi ya? Tanyaku lirih.

“Ga kita akan sama-sama terus, udahlah ga usah ngomongin hal ini ! Pintanya.

Seketika kau peluk aku dan putri kecilku. Kau tenangkan aku dengan usapan lembut dirambutku. Di kala senja itu kita nikmati indahnya dengan buah hati kita.

***

Tiada hari-hari yang aku lalui tanpa senyummu, candamu, tangis dan tawa  selalu menghiasi. Berharap semua akan selalu menyertai langkah kita. Sebagai hambanya tentu aku bersyukur dengan semua itu. Sekuat dan semampu apa kita menjaga semua namun kita tidak lepas dari takdirnya. Hingga suatu ketika dalam perjalanan acara hajatan tetangga. Kecelakaan terjadi sampai akhirnya Allah berkehendak memanggilmu.

Sesak di dada nafas terasa berhenti, awan gelap, dunia terasa berhenti berputar. Tak kuasa aku rasakan sampai akhirnya aku tak sadarkan diri. Butuh waktu  untuk bisa bangkit dan berdiri kuat menapak jalan tanpamu disisiku.  Apa yang aku kawatirkan terjadi kau pergi lebih dulu meninggalkanku. Allah lebih sayang padamu. Seperti dalam mimpi rasanya baru kemarin kita menikmati indahnya mentari pagi sampai senja menemani sore kita serta kerlip bintang di malam hari.

Berat memang, sakit itu pasti, tapi apa dayaku, semua yang hidup pasti akan mati. Apa yang kita punya semua adalah milikNya. Kapan pun kita harus siap untuk kehilangan. Dan merindumu selalu aku rasakan. Tak ingin sedetik pun aku berlalu jauh darimu. Mengenangmu adalah caraku agar selalu dekat denganmu.

Hidup sebagai single paren tidak mudah, banyak godaan dan hambatan kulalui, hanya bisa berpasrah pada ilahi rabbi. Allah akan selalu kasih jalan untuk hambanya yang berusaha. Untuk mencukupi kebutuhan hidup insyaAllah ada jalan. Yang membuat sakit adalah ketika aku mendengar suara-suara yang menyudutkan diriku. Maklum selama di tinggal suamiku aku belum bisa bersosialisasi dengan baik seperti dulu. Mereka memandangku seperti mereka tidak merasakan betapa aku kehilangan suamiku.

***

Tiga musim telah berlalu tanpa dirimu di sini. Hidup dengan sejuta harap dengan tapak-tapak sayap yang telah kau tinggalkan. Mencoba untuk bertahan kuat dan terus melangkah karena hidup tak cukup sampai disini. Hal yang terindah telah terlewati canda tawa bahagia tangis pilu menghiasi perjalanan langkah kita. Dan tiba waktunya takdir telah mesisahkan kita, namun rasa itu akan tetap selalu ada walau kau telah pergi jauh dan tak kan kembali.

Rindu tak di ciptakan oleh jarak namun oleh perasaan, merindukan bukan karena jauh namun karena ia telah ada di dalam hati. Selamat tinggal hanya untuk mereka yang suka dengan mata mereka, karena bagi mereka yang suka dengan hati dan jiwa tidak ada hal seperti pemisah.

Untuk saat ini aku hanya bisa jalani hidup sendiri bersama dua buah hati. Mereka adalah semangat bagiku. Tiada yang dapat menggantikan dirimu di hatiku. Aku serahkan hidup dan matiku pada-Nya. Dia sang pemilik jiwaku. Dia tahu mana yang terbaik buat semua hambanya termasuk diriku.

Tak perlu risau pada apa yang belum terjadi, tak perlu terpuruk dalam penyesalan masa lalu, waktu akan terus berjalan sekalipun manusia akan berdiam di tempat yang sama.

Ia tak kan menunggu kaki manusia melangkah ia tak akan peduli langkah apa yang manusia ambil. Tak perlu menjelaskan apapun di kala telinga tak mau mendengar. Semua akan berjalan sesuai dengna takdirNya. Tak perlu dengarkan orang lain. Baik dan buruk selalu saja mereka binjangkan. Aku hanya ingin di mengerti jangan kalian memandangku sebelah mata. Percaya saja suatu saat kebenaran akan menemukan jalannya sendiri,kita hanya perlu melangkah dengan tenang, berdoa dan berusaha yang terbaik.

Di dalam dekapan sang senja, diriku mengharapkan sebuah asa, yang dapat membuat semesta yang fana menjadi semesta yang penuh warna. Ku sandarkan harapan pada dua buah hatiku kuserahkan jiwaku sepenuhnya pada Allah Swt. Semua telah menjadi takdirNya.

***

Pagi telah pergi mentari tak bersinar lagi entah sampai kapan ku mengingat tentang dirimu ku hanya diam menggenggam menahan segala kerinduan memanggil namamu di setiap malam ingin engkau hadir dan datang dimimpiku. Agar bisa sedikit melepas rindu.

Waktu kan menjawab pertemuanku dan dirimu hingga sampai kini aku masih ada di sini. Bayangmu akan selalu bersandar di hatiku. Hingga kita bisa bertemu di jannahNya. Kita akan kembali bersatu seperti dulu.

Satu keyakinan bahwa Allah tidak menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar. Tapi ketahuilah bahwa Allah selalu memberi pelangi disetiap badai, senyum di setiap air mata, rahmad dan berkah disetiap cobaan dan jawaban di setiap doa. Jangan pernah menyerah terus berjuang, tetap semangat.  Hidup itu indah. 

Tenanglah dalam dekapan-Nya sayang. Tunggu aku di syurga. Kita akan bahagia disana.


 

#KamisMenulis

#SahabatLagerunal

#CerpenNubalaProjek

Gunungkidul, 13 Januari 2022

 

6 komentar:

  1. Maasya Allah, sungguh mengharukan kisahnya. Tetap semangat ya Bu. Semoga kebahagiaan dan limpahan berkat Allah selalu tercurah untuk ibu dan anak-anak..

    BalasHapus
  2. Cerpen yang menarik dengan gaya pencerita orang pertama. Saya tetap menganggapnya "cerita" tidak mengaitkan dengan kehidupan, mungkin kisah nyata "seseorang".

    BalasHapus
  3. Romantis tapi endingnya melow...Cantik ceritanya. Bahasanya puitis banget.

    BalasHapus
  4. Terbawa sedih bacanya. Semoga senantiasa diberikan kesabaran dan keikhlasan. Kisah nyata kah?

    BalasHapus
  5. Rasa kehilangan akan muncul karena sebelumnya menjadi milik kita telah pergi.

    BalasHapus

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca