Cari Blog Ini

Sabtu, 10 Februari 2024

Contoh Plot Twits

Contoh Plot Twist

Sebuah Pertemuan

“Menunggu seseorang?” tanya seorang wanita dengan rambut sebahu lengkap dengan jaket kerah tingginya.
Aku yang sedari tadi berteduh di depan teras toko bergeser.
“Begitulah ... anak. Aku menunggu anakku. Kalau Anda, ehm maaf siapa?”
“Mona.” Wanita yang berpakaian menarik, beda denganku yang hanya mengenakan jaket cokelat dan baju lusuh itu mengulurkan tangan. 
“Dian.” Tangannya terasa lembut saat kami bersentuhan.
“Apakah Mbak Mona juga menunggu seseorang?” 
“Tidak. Hanya kebetulan kehujanan.”
Cuaca malam minggu ini, tak bersahabat. Hujan sedari tadi mengguyur kota tiada henti. Kalau bukan karena menunggu Andi--anakku--yang diantar oleh ayahnya yang juga mantan suamiku, aku tak akan rela berdiri dalam cuaca dingin seperti ini.
“Anaknya sekolah? Kok sampai malam. Ini sudah hampir jam sembilan.”

Perkataan Mona membuyarkan lamunan. Sekali lagi kuamati, dia terlihat bersahaja dan berperilaku sopan. Bukan orang jahat tentunya. Saat senyum manisnya, menghangatkan suasana. Mulut ini tak kuasa untuk bercerita. Bagaimana cerita pernikahanku yang sudah berjalan selama lima tahun harus kandas karena orang ketiga.
“Mbak tidak tahu orangnya?”
Aku menggeleng, terlalu menyakitkan untuk mengingat kenangan yang telah lalu.
“Sebaiknya Mbak memulai hidup baru. Menunggu yang tidak pasti itu sangat menyakitkan.”

Perkataan Mona menggetarkan hati. Ia seraya mengalaminya juga. Aku jadi terharu. Benarlah kalau hati wanita hanya wanita yang mampu menyelaminya.
Ah, tanpa terasa waktu mengalir seiring derasnya arus di jalan raya depan toko. Wanita itu berpamitan, tak lama berselang terdengar panggilan ibu dari taman di samping toko. Anakku berdiri digendong seorang lelaki tegap, berjas hujan warna hitam. Wajahnya tak terlalu terlihat, tetapi dari jalannya aku tahu dia bukan Mas Tito, mantan suamiku. Dia pasti Mang Tono, sopir keluarganya.
“Ke mana Bapak, Mang?” Pertanyaanku kabur terbawa angin, entah Mang Tono dengar atau tidak.

Dalam jarak sejengkal, di bawah kanopi yang mulai basah terkena air hujan yang terbawa angin Andi segera memelukku. Ia tak memberi jeda sedikit pun.

“Aku rindu Ibu,” ucapnya yang disertai senyum hormat Mang Tono dari balik bahu Andi.
“Bapak sibuk jadi hanya saya yang mengantar.” 
Setelahnya, Mang Tono berbasa-basi dan berpamitan. Ia menyalamiku dengan hormat sembari menyelipkan sesuatu, sebuah kertas.
Tanpa menunggu, kuturunkan Andi. Badannya yang gempal cukup membuat tangan pegal. Setelah melenturkan tangan dan Mang Tono telah hilang dari pandangan, kubuka kertas yang notabene dari Mas Tito.
(Dian, maaf selama lima tahun bersama aku tak mampu jujur. Kali ini aku tak mau berbohong lagi. Ada orang ketiga di antara kita. Perpisahan sebulan lalu, kuambil karena dia. Bersama surat ini, sebenarnya aku datang. Namun, Mona melarangku untuk menemuimu. Dia ingin berbicara berdua denganmu. Maaf, bukan karena mencintai orang lain tetapi karena tak mampu menatapmu secara langsung).
Salam Perdamaian Tito
Menarik, bukan? Cerpen yang kita buat seharusnya lebih variatif karena sudah disajikan contoh juga. 
Langkah selanjutnya adalah mempraktikkan, menulis cerpen dengan menggunakan plot twist ini. 

#matericlasscepenWTS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca

Tips Tulisan yang di Lirik Pembaca