Cari Blog Ini

Senin, 18 Maret 2024

Menyongsong Bukber SDN Mulusan

Rapat Guru
Senin, 18 Maret 2024

Pembukaan
Penyampain Program CGP
Sambutan sekaligus arahan Kepala Sekolah
Lain-lain
Penutup
Acara dibuka dengan membaca basmalah
Penyampaian Program guru penggerak (Bp Abdilah Prajaka)
Bapak Jaka menyampaikan program terkait dengan pengelolaan sampah. Bapak jaka menyediakan(Hibah)  tempat sampah botol. Kedepan samaph tersebut bisa dimanfaatkan untuk bahan daur ulang( bisa di buat ecobrik). 
Bapak Jaka juga meminta  doa restu agar diklat CGP yang masih berjalan bisa di laksanakan dan di ikuti saat ini. Semoga lancer dan dapat lolos CGP Angkatan 9. 
Sambutan Bapak kepala Sekolah Bapak Efa Mardidatun, S.Pd.SD. Berhubung bulan Ramadhan beliau menyampaikan sedikit tauziah atau sedikit nasehat sebagai pembuka. Bapak Efa mengingatkan untuk selalu berhati-hati menjaga lisan dan hati. Puasa adalah sarana kita untuk bersabar. Untuk itu mari kita bersabar dalam menghadapi segala ujian hidup. Bapak Efa juga mengingatkan untuk kita selalu berlindung kepada Allah dari godaan syetan. Kita baca dan cermati Q.S surat An-Nas. Dalam surat An-Nas  kita diminta untuk selalu berlindung kepada Alalh Tuhannya manusia. 

Bapak Efa mengingatkan juga agar sebagai guru kita harus berusaha untuk memperhatikan terkait Nasib. Silahkan untuk kesempatan baik saat ini dalam PAK integrasi guru berkesempatan untuk mengusulkan kenaikan pangkat. 

Selanjutnya pembahasan mengenai pesantren kilat dan buka bersama. 
Pelaksanaan pesantren kilat  hari selasa dan rabu tanggal 2-3 April 2024.
Peserta buka bersama kelas 3-6 (78), komite 13, guru 11 magersari, jumlah peserta seluruhnya 102. Mengenai jadwal dan agenda kegiatan menyusul di susun oleh guru Pendidikan SDN Mulusan Paliyan Gunungkidul.
Dalam acara lain-lain di bahas mengenai menu buka bersama tahun 1445H/2024 M.

Demikian hasil rapat guru siang hari ini semoga apa yang menjadi program sekolah dalam hal ini pesantren kilat dapat berjalan dengan lancar dan bisa memberikan manfaat.
Terimakasih, salam sehat salam literasi tetrap semangat untuk menjalankan ibadah puasa. 

Gunungkidul, 18 Maret 2024

Sabtu, 10 Februari 2024

Juli dan Bahunya

Tuhan Kirimkan Seseorang di Saat Hati Kehilangan 

Rifa seorang gadis desa yang cantik dan ramah. Anak dari seorang yang disegani di kampungnya. Aktif di kegiatan karang taruna dan juga organisasi lainya. Setelah lulus kuliah jurusan keguruan ia mengabdikan dirinya di sekolah dasar di kampungnya. Memang gaji tak seberapa namun karena cintanya terhadap dunia anak-anak dan juga keinginan orang tuanya agar Rifa tetap tinggal di desa bersamai orang tuanya maka Rifa pun menikmati harinya. 

Orang-orang di kampunnya memandang Rifa sebagai gadis yang anggun, cerdas, ramah dan juga suka membantu. Rifa membuat orang-orang di kampungnya kagum. Muda tua anak-anak kecil semua suka padanya. Orang tua Rifa berharap kelak Rifa memiliki seorang suami yang mapan dan mampu membahagiakan Rifa.
Saat santai di sore hari  di teras rumahnya bersama   Ayah dan Ibunya Rifa bercerita tentang kegiatanya seharian yang berhasil membawa peserta didiknya maju lomba ke tingkat kabupaten. Ayah ibunya sangat bangga pada Rifa. Mereka mengingatkan pada Rifa agar memikirkan tentang masa depanya dimana nanti berkeluarga dan segala persiapannya.

“Selamat Rifa kamu telah berhasil membawa anak didikmu menang dalam event lomba itu, karena memang kamu telah persiapkan dengan baik jauh-jauh hari sebelumnya.” Ucap ayah Rifa begitu bangga terhadap anak gadisnya.
“ Iya Ayah, terimakasih.” Balas Rifa dengan senyum mengembang pada wajahnya.
“ Ayah ibu berharap kamu juga memikirkan masa depanmu untuk hal rumah tangga, Nak .” Kamu satu-satunya anak perempuan ayah. Ayah harap kamu tak megecewakan ayah.” Harap ayah Rifa. 
“Iya Ayah, Rifa berusaha ya, doakan Rifa selalu.” Rifa begitu yakin akan seseorang yang ia harapkan.

Perbicangan berlanjut sampai senja hampir tak lagi kelihatan. Pisang goreng hangat yang di sajikan Ibu Rifa tak terasa tinggal 2 potong saja. Mereka segera beranjak untuk persiapkan diri tunaikan salat maghrib.
Gadis seusia Rifa sudah saatnya untuk berumah tangga. Jujur saja Rifa sangat berhati-hati untuk memilih seseorang untuk di jadikannya seorang teman dekat. Pengalaman saat SMAnya membuat ia tak lagi ingin merasakan kecewa. Juga karena Rifa sudah mengukir sebuah nama di hatinya yang sangat ia harapkan. Hanya saja semesta belum  pertemukan setelah sekian lama terpisah karena kehilangan kontak saat kelulusan masa biru putih.

Memang orang mengatakan itu cinta monyet namun bagi Rifa masa itulah  ia bisa merasakan sebuah rasa yang buatnya tak mudah tuk dilupakan. Pernah sekali ia berusah menerima yang lain di bangku SMA namun kekecewaanlah yang ia dapatkan.
“Sudahlah Fa, kamu jangan banyak berharap dan menunggu orang yang  sama sekali  ga  jelas keberadaanya.” Bujuk Mirna sahabat terdekat Rifa.
“Ga Mir, aku sangat yakin aku bisa bertemu dengannya,” bantah Rifa.
“Hemmmmm mau sampai kapan Rifa? Sampai kapan? Sampai rambut kamu memutih dan kamu biarkan Bagas jadi milik orang lain. 
Bagas adalah ketua karang taruna yang ingin jadi kekasih Rifa, namun Rifa tak bisa menerimanya. Bukan karena Bagas tak ganteng atau pun pintar. Bukan itu yang menjadi ukuran Rifa menerima seorang cowok. Bagi Rifa Bagas telah di anggapnya sebagai seorang Kakak yang selalu bisa membantu setiap masalah yang Rifa hadapi. 
***
Hari berlalu bulan pun berganti, Rifa tetap menikmati kesendiriannya. Walau orang-orang melihat Rifa selala ceria dalam jalani kehidupannya, namun di balik itu Rifa sering menangis pilu satu sisi ia inginkan segera dapat membahagiaakan orang tuanya dengan segera menikah namun di sisi lain dia kekeh tetap menunggu seseorang yang ia harapkan. Rifa selalu berusaha perbaiki diri agar ia juga di satukan orang yang terbaik untuk dirinya. Keyakinan Rifa mengalahkan segalanya tak satupun pria yang datang kepadanya ia terima. Dalam hatinya tak tega namun apa hendak di kata jika ia terima tentu hanya akan membuat luka.
Rifa menarik nafas panjang dan membuangnya pelan. Seraya melihat pemandangan hijau yang ada di samping rumahnya. Dari sana ia juga dapat menikmati senja yang selalu membuatnya betah berlama-lama duduk di dekat candela kamarnya. Baginya dengan bisa melihat pemandangan indah dari sana ia bisa menemukan bayangan seseorang yang sudah bersemayam dalam hatinya. 
Derrrt, deeert tiba-tiba ponsel yang berada di meja kecil kamarnya bergetar. Rifa pun segera meraihnya. Ada panggilan masuk tanpa nama disana.
[ haloo, selamat sore, dengan Mb Rifa disini?]
[halo selamat sore, iya saya sendiri, ada apa ya]
[Saya Erwan Mbak dari kepolisan]
[Deeg hati Rifa bergetar. Ada apa ya, Pak]
[ Maaf Mb Rifa, Ayah anda mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit]
Tanpa berpikir panjang Rifa pun segera berlalu pergi ke rumah sakit, ia menangis hatinya di liputi sejuta tanya. Bagaimana keadaan Ayah Ibunya. Beberapa menit setelah keberangkatan orang tuanya Rifa sempat menerima call dari Ibunya untuk berpesan selama Ayah Ibu pergi ketempat nenek di luar kota jangan lupa Rifa untuk jaga diri baik-baik tak boleh lupa makan dan istrahat juga tak boleh lupa untuk mengunci rumah saat Rifa  akan istirahat.
Dalam perjalanan tak henti-hentinya Rifa berdoa memohon pada Tuhan agar Ayah dan Ibunya selamat. 

Sampailah Rifa di sebuah rumah sakit di pusat ibu kota Kabupaten. Segera ia menuju ruang IGD. Menemui Suster yang ada disana dan menanyakan kurban kecelakan yang baru saja terjadi. Seorang Suster mengantarkan Rifa ke suatu kamar dimana Ayah dan Ibunya terbaring disana. 
“Mbak, Mbak tenang ya, Mbak, yang sabar” ucap suster cantik yang mengantar Rifa pada ayah ibunya.
“Iya suster cepat antar saya ke Ayah saya,” Rifa tak sabar ingin segera melihat keadaan Ayahnya.
Perasaan Rifa Sudah tak menentu, air mata berderai tak henti-hentinya.
Di kamar ruang IGD itu Rifa jumpai Ibunya yang terbaring lemah dengan alat oksigen juga peralatan lain menempel pada tubuhnya, Ibu Rifa belum sadarkan diri. 
“Ibuuuu”, teriak Rifa. Seketika Rifa memeluk ibunya yang terbaring lemah tak kuasa ia menahan segala rasa yang sedari tadi berkecamuk dalam dadanya.
Suster berusaha menenangkan Rifa. Namun seperti Rifa tak bisa kendalikan emosinya. Suster membiarkan Rifa menangis. Setelah beberapa saat Suster baru mengatakan keadaan yang di alami ibunya. Betapa sesak yang Rifa rasakan, belum selesai Suster menjelaskan kondisi Ibunya, Rifa segera menanyakan keadaan Ayahnya. 
“Ayah dimana Suster? dengan mata masih sembab karena air mata yang keluar terlalu banyak. Rifa bangkit dari dduduknya.
“Ayah  Mbak…. “, suara Suster terhenti membuat Rifa makin penasaran apa yang akan di katakana Suster.
‘Ayaah kenapa Suster, Ayah dimana? Pertanyaan Rifa bertubi-tubi hingga membuat Suster tak bisa menjawabnya.
“Ayah Mbak telah meninggal,” Dengan berat Suster mengatakan pada Rifa kenyataan yang sebenarnya.
“Ayaaaaah … .” Teriakan Rifa membuat semua orang yang ada di ruang IGD kaget dan semua mata tertuju padanya. Rifa tak kuasa menahan semua rasa, dunia seperti berhenti berputar pandangan Rifa gelap, sesak didada makin terasa. Rifa tak sadarkan diri.
Remang-remang Rifa mulai membuka matanya, dan ia tersadar. Rifa berada di pangkuan sahabatnya Mirna. Mirna mendengar kabar orang tua Rifa kecelakaan dari tetangganya dimana rumahnya dekat dengan tempat terjadinya kecelakan yang menimpa orang tua Rifa. 
“Sabar ya, Fa, kamu harus kuat.” Hibur Mirna sahabat Rifa.
Rifa tak kuasa menahan tangisnya untuk yang kesekian kalinya. Ia memeluk Mirna erat dan menangis sejadi-jadinya. Mirna sudah di anggap seperti saudara sendiri. Dua saudara laki-laki Rifa yang berada di kota lain membuat Rifa merasa Mirnalah sebagai sahabat terdekatnya yang selalu bisa membantu dan menemani Rifa saat senang maupun susah. Mirnalah orang yang pertama yang akan tau keadaan Rifa.
“Sudah lah Fa, ayo bangkit dan kita doakan Ayah ya , ini sudah jalan yang di takdirkan Tuhan untuk Ayah dan kita berdoa semoga ibu segera sadar serta sehat seperti dulu,” jika kau hanya menangis terus siapa yang akan mendoakan ayah dan ibu.” Nasehat Mirna yang selalu mampu buat Rifa lebih tenang. 
“Terimkasih ya, Mir, kamu selalu menemaniku, iya benar Mir aku harus kuat.” Rifa beranjak dan kembali berjalan menuju ruang dimana Ayah Rifa berada.
“Kuatkan dirimu ya, Fa.” Kakak kamu sudah aku kabari tentang kejadian ini, dia sedang berkemas dan akan segera pulang.”
“Iya Mir, terimaksih,” jawab Rifa.
Mirna tak mau biarkan sahabatnya berjalan dengan lemah. Dengan penuh perhatian ia gandeng Rifa. Mirna mampu menguatkan Rifa setelah kabar duka yang ia terima.
Rifa lihat tubuh Ayah telah terbaring kaku disana. Mirna hanya mmapu memandangi tubuh  Ayah dengan deraian air mata. Jika saja Mirna taka da disana entah bagaimana keadaan Rifa, tak ada yang menguatkan. Ingatan Rifa Kembali ketika Rifa berbincang pada saat senja di temani pisang goreng buatan ibu. Ayah dan Ibu ingin Rifa segera menikah. 
“Maafin Rifa Ayaah, Rifa belum bisa bahagiaakan Ayah, “ sesal Rifa. Tak kuasa Rifa menahan sesak didada. 
“Sabar ya, Fa. Iklaskan Ayah.
Rifa berjanji akan menemukan sosok yang selama ia nanti, ia akan tunjukkan pada Ayah bahwa pilihannya memang benar-benar bisa bahagiakan Rifa.
Setelah keadaan membaik, Mirna di temani  sanak saudara Rifa yang datang ke rumah sakit segera menyelesaikan admintrasi dan mengurus kepulangan jenazah Ayahnya untuk segera di adakan pemakaman jenazah sore itu juga. Sementara Ibu Rifa harus tetap di rawat di rumah sakit. Betapa hancur perasaan Rifa. Namun Rifa tak bisa salahkan takdir. Rifa harus kuat, tak bisa bayangkan bagaimana Rifa untuk jalani kehidupannya tanpa seorang Ayah. Kehidupan harus tetap berjalan. Allah tak akan berikan beban dimana hambanya tak sanggup menerimnya. Rifa pasrah pada sang pemilik jiwa sebaik-baik penolong.
***
Tiga bulan berlalu dari kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah Rifa. Sedangkan Ibu Rifa dapat sembuh namun dengan keadaan yang beda. Ibu tak lagi bisa berjalan karena kaki sebelah kanan harus di amputasi. Rifa hanya hidup bersama Ibunya setelah Rifa mengerjakn tugas-tugasnya sebagi guru ia hanya fokus untuk merawat dan menemani Ibunya.Ia tak aktif lagi seperti dulu. Ia lebih banyak menyendiri. 

Suatu ketika saat Rifa belanja kepasar dan tanpa sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang selama ini menghantui pikirannya. Entah berapa tahun mereka tak bertemu namun Rifa maupun Aldi masih saling mengenal wajah mereka.
“Rifa, ini Rifa ya,” sapa Aldi.
“Iya, saya Rifa.” Apa kabar Al? Jawab dan juga pertanyaan Rifa pada Aldi.
Entah apa yang buat Rifa seperti menemukan sosok cahaya yang mampu terangi hatinya yang berkabut.
Berpincangan berlanjut setelah mereka menanyakan kabar masing-masing dan keduanya saling menyimpan nomor handphone.
Hubungan mereka berjalan dengan baik dan Rifa benar-benar di buatnya semangat. Rifa menegetahui hal sebenarnya tentang perasaan Aldi yang ternyata juga masih menyimpan rasa yang dulu ada. Seperti Allah telah mengatur semuanya hingga akhirnya Aldi memberanikan diri untuk melamar Rifa. Rifa menerimanya dengan sejuta rasa.
Mirna sahabat Rifa ikut berbahagia. Selang berapa hari Mirna pun di lamar Bagas ketua karang taruna yang ada di kampungya. Mirna dan Bagas pasangan yang serasi. Rifa sangat bahagia akhirnya Bagas bisa menemukan seseorang yang begitu tulus mencintainya. Kebahagiaan itu sempurna tatkala seseorang yang menjadi pilihan Bagas adalah sahabatnya sendiri. Lengkap sudah kebahgiaan Rifa karena memang keduanya sudah Rifa anggap sebagai saudara Rifa. 
Saat langit mulai tujukkan warna jingganya. Rifa di temani Aldi datang ke pusaran Ayahnya. Rifa seperti ingin sampaikan bahwa esok Rifa akan menjadi milik Aldi seutuhnya.
“ Ayah, Rifa datang Ayah, aku membawa Aldi, orang yang Rifa tunggu selama ini Yah. Ayah tenang dan bahagia disana ya, Yah.” Tak terasa butiran hangat menetes di pipi Rifa. Aldi yang mengetahui hal itu segera beri kekuatan untuk Rifa. Aldi hapus air mata Rifa.
“Sudah Fa jangan nangis kasihan ayah  disana, dia tak ingin melihatmu menangis, ia bahagia jika melihatmu tersenyum, ayolah tersenyum.” Sembari memegang tangan Rifa dan menatap dengan penuh sayang.
“Pak, ijinkan aku untuk menjaga dan mebahagiaakan putri Bapak, aku janji tak akan biarkan air matanya menetes lagi, aku akan bahagiakan ia Pak. Maafkan aku yang datang terlambat untuk menjaganya.” Ucap Aldi di atas pusaran Ayah Rifa.
Hari yang telah di tentukan pun tiba saatnya Rifa dan Aldi di persatukan dengan ikatan suci. Rifa memasuki bahtera rumah tangga dengan orang pilihanya. Kini ada bahu yang siap menopang Rifa saat Rifa lemah tak berdaya. Tak kan berakhir dengan sia-sia kesabaran dan ketulusan . Pasti akan membawa pada kisah indah yang sempurna. Allah akan memberikan apa yang kita minta pada saat yang tepat. Bersabarlah dari setiap hal yang menimpa diri. Semua akan indah pada waktunya.

#ProyekCerpenNubala

Tips Membuat Outline

Ada beberapa tips yang bisa kita coba untuk membuat outline.

Langkah Pertama: Tentukan genremu!
Tentukan kamu mau membuat novel genre apa? Apakah itu Romance, Crime, Teenlith, Metropop, atau jenis novel lainnya. Kalau sudah mantap, bacalah banyak novel genre kamu dan jangan ragu-ragu untuk meniru cara penulis favorit kamu memulai novel. Percayalah semua karya hebat dimulai dengan meniru.

Langkah Kedua: Pilih Ide atau Topik Utama
Tulislah ide sebanyak-banyaknya ke dalam catatan, kemudian filter atau pilih beberapa topik yang sesuai dari kumpulan ide yang sudah kita buat tadi. Usahakan ambil ide yang paling dekat dengan diri kita atau yang paling kita pahami terlebih dahulu.

Langkah Ketiga: Buatlah Premis
Tulislah tesis atau premis cerita, kalau bisa satu kalimat saja. Tesis atau premis ini adalah gambaran dari seluruh cerita yang akan kita buat. Misalnya, “Budi yang babak belur mencari jodoh.”

Langkah Keempat: Buatlah sinopsis
Buatlah sinopsis tentang apa saja yang akan terjadi dalam cerita tersebut. Contohnya seperti ini,
“Budi adalah seorang anak tunggal dan anak dari seorang pengusaha kaya raya di dunia. Budi merasa yakin bahwa semua harta kekayaan ayahnya akan jatuh ke tangan dirinya kelak, tetapi Budi salah. Setelah ayahnya meninggal, dia mewariskan seluruh harta kekayaannya untuk dibagi-bagikan pada semua anak yatim di dunia. Bagian untuk Budi hanyalah perusahaan dan rumah untuk dikelola dan dipertahankan. Semua itu karena si ayah tidak yakin ada perempuan baik-baik yang mau menikah dengan Budi. Maka dari itu Budi harus memastikan bahwa dia menikah dengan perempuan baik yang akan disetujui oleh neneknya. Budi pun mencari calon istri yang bisa menaklukkan hati neneknya dan mendapatkan semua harta warisan tersebut.”

Langkah Kelima: Buatlah Outline menjadi tiga bagian
Setelah sinopsis jadi, kita bisa mulai membuat outline. Pecah cerita menjadi tiga bagian besar: Awal, Konflik dan Ending. Setelah itu masukkan detail ke dalam tiga bagian besar tersebut, misalnya:

1. Awal: Memperkenalkan pada pembaca, bahwa orang seperti Budi itu eksis di dunia ini.
2. Konflik: Budi dan nenek punya selera yang berbeda.
3. Ending: Budi menikah dan harta warisan itu kembali padanya.
Langkah Keenam: Buatlah Poin-Poin Bagian
Perdetail tiga bagian tersebut dengan membuat beberapa chapter pada setiap bagian. Masukkan point-point penting yang harus diketahui pembaca pada setiap chapter tersebut. Misalnya:

1. Awal

 Chapter 1: seorang anak orang kaya bernama Budi yang punya sifat sombong, tidak tahu terima kasih, suka menindas orang yang lebih lemah, rasis, dll. Harus ditunjukkan kekayaannya, mindsetnya yang sombong dan
 Chapter 2: ayah Budi meninggal dunia. Pembaca harus tahu bahwa hubungan Budi dan ayahnya tidak pernah baik sejak ibu Budi meninggal dunia 10 tahun lalu.
 Chapter 3: pengacara membacakan surat wasiat ayah. Yang harus diketahui pembaca: Budi tidak peduli pada kematian ayahnya dan tidak sabar mendapatkan harta warisan yang banyak.

2. Konflik

 Chapter 4: Budi tidak terima dengan surat wasiat itu, tapi dia harus menjalankannya. Maka dia mulai mengadakan sayembara di mana-mana (termasuk online) untuk mencari istri. Orang-orang serakah pun berdatangan dan minta bagian yang mahal sampai 50%, mengklaim mereka bisa mengelabui nenek Budi.
 Chapter 5: Budi membawa satu demi satu calon istrinya ke hadapan nenek, tapi nenek tidak suka dengan mereka. Budi yang kesal akhirnya bertengkar dengan nenek.
 Chapter 6: Budi melampiaskan kekesalannya sampai dia kena musibah. Kecelakaan dan masuk rumah sakit? Mabuk dan ditangkap polisi? Apa pun yang dilakukan Budi, akhirnya dia dan Nenek berdamai, nenek melakukan sesuatu yang membuat pandangan Budi berubah dan bertekad untuk mengubah.
3. Ending
 Budi mulai menikmati hidup secara positif dan belajar untuk mengubah sikap.
 Chapter 8: Budi bertemu dengan seorang gadis baik, yang ternyata adalah teman sekelasnya.
 Chapter 9: Budi akhirnya menikah dengan gadis baik itu dan nenek merestui hubungan mereka.

Jangan malas untuk kembali kepada bagian yang sudah dianggap “jadi” dan memperbaikinya. Karena ini semua baru outline, tidak ada tulisan yang sekali tulis, langsung jadi dan sempurna. Misalnya pada saat kita memikirkan apa yang akan terjadi di chapter 8, terpikir ide, “Kayaknya bagus nih kalau ternyata perempuan yang dicari Budi selama ini ada didekatnya, cuma tidak berani deket-deket karena sifat Budi yang jelek.” Tidak ada salahnya jika kita mengikuti ide tersebut, tapi kita harus memberi catatan bahwa gadis itu diperkenalkan juga pada pembaca di chapter sebelumnya, biar tidak terkesan mendadak.

#MateriClassCerpenWTS

Contoh Plot Twits

Contoh Plot Twist

Sebuah Pertemuan

“Menunggu seseorang?” tanya seorang wanita dengan rambut sebahu lengkap dengan jaket kerah tingginya.
Aku yang sedari tadi berteduh di depan teras toko bergeser.
“Begitulah ... anak. Aku menunggu anakku. Kalau Anda, ehm maaf siapa?”
“Mona.” Wanita yang berpakaian menarik, beda denganku yang hanya mengenakan jaket cokelat dan baju lusuh itu mengulurkan tangan. 
“Dian.” Tangannya terasa lembut saat kami bersentuhan.
“Apakah Mbak Mona juga menunggu seseorang?” 
“Tidak. Hanya kebetulan kehujanan.”
Cuaca malam minggu ini, tak bersahabat. Hujan sedari tadi mengguyur kota tiada henti. Kalau bukan karena menunggu Andi--anakku--yang diantar oleh ayahnya yang juga mantan suamiku, aku tak akan rela berdiri dalam cuaca dingin seperti ini.
“Anaknya sekolah? Kok sampai malam. Ini sudah hampir jam sembilan.”

Perkataan Mona membuyarkan lamunan. Sekali lagi kuamati, dia terlihat bersahaja dan berperilaku sopan. Bukan orang jahat tentunya. Saat senyum manisnya, menghangatkan suasana. Mulut ini tak kuasa untuk bercerita. Bagaimana cerita pernikahanku yang sudah berjalan selama lima tahun harus kandas karena orang ketiga.
“Mbak tidak tahu orangnya?”
Aku menggeleng, terlalu menyakitkan untuk mengingat kenangan yang telah lalu.
“Sebaiknya Mbak memulai hidup baru. Menunggu yang tidak pasti itu sangat menyakitkan.”

Perkataan Mona menggetarkan hati. Ia seraya mengalaminya juga. Aku jadi terharu. Benarlah kalau hati wanita hanya wanita yang mampu menyelaminya.
Ah, tanpa terasa waktu mengalir seiring derasnya arus di jalan raya depan toko. Wanita itu berpamitan, tak lama berselang terdengar panggilan ibu dari taman di samping toko. Anakku berdiri digendong seorang lelaki tegap, berjas hujan warna hitam. Wajahnya tak terlalu terlihat, tetapi dari jalannya aku tahu dia bukan Mas Tito, mantan suamiku. Dia pasti Mang Tono, sopir keluarganya.
“Ke mana Bapak, Mang?” Pertanyaanku kabur terbawa angin, entah Mang Tono dengar atau tidak.

Dalam jarak sejengkal, di bawah kanopi yang mulai basah terkena air hujan yang terbawa angin Andi segera memelukku. Ia tak memberi jeda sedikit pun.

“Aku rindu Ibu,” ucapnya yang disertai senyum hormat Mang Tono dari balik bahu Andi.
“Bapak sibuk jadi hanya saya yang mengantar.” 
Setelahnya, Mang Tono berbasa-basi dan berpamitan. Ia menyalamiku dengan hormat sembari menyelipkan sesuatu, sebuah kertas.
Tanpa menunggu, kuturunkan Andi. Badannya yang gempal cukup membuat tangan pegal. Setelah melenturkan tangan dan Mang Tono telah hilang dari pandangan, kubuka kertas yang notabene dari Mas Tito.
(Dian, maaf selama lima tahun bersama aku tak mampu jujur. Kali ini aku tak mau berbohong lagi. Ada orang ketiga di antara kita. Perpisahan sebulan lalu, kuambil karena dia. Bersama surat ini, sebenarnya aku datang. Namun, Mona melarangku untuk menemuimu. Dia ingin berbicara berdua denganmu. Maaf, bukan karena mencintai orang lain tetapi karena tak mampu menatapmu secara langsung).
Salam Perdamaian Tito
Menarik, bukan? Cerpen yang kita buat seharusnya lebih variatif karena sudah disajikan contoh juga. 
Langkah selanjutnya adalah mempraktikkan, menulis cerpen dengan menggunakan plot twist ini. 

#matericlasscepenWTS

Minggu, 14 Januari 2024

Lara Pula Pilu Anak Gaza


( Akrostik-Patidusa)

LARA PULA PILU ANAK GAZA
Oleh: Sumarjiyati

autan kesedihan anak negeri
A ncaman datang bertubi
iuh gemuruh
mbisi

asang kaki segera berlaru
U ntuk selamatkan diri
angkah terhenti
A rah

Pejamkan mata seketika terasa
I ringi bisikan hati
L antunkan doa
U sai

A nak rindukan ayah bunda
N amun hanya tersisa
A ngan melambung
K enangan
oresan luka menganga
kankah segera usai
ionis angkat kaki
A aman

Gunungkidul, 15 Januari 2024

LUKA HATI YANG UMAT RASA
Oleh: Sumarjiyati

L uapan kesedihan kami rasakan
U ntuk saudara Palestina
K etika mengamati
A wan

H ilang sudah semua kebahagiaan
A kankah kami dengar
itik terang
I ndahnya

ang lara berganti tawa
A wan biru  menyapa 
aluri bicara
G enggam

U ntukmu saudaraku seiman seperjuangan
M aju pantang mundur
A manah tersampaikan
T ampak

aga tak dapat bersua
A ntara harapan doa
S etiap hembusan
A da

Gunungkidul, 15 Januari 2024

Kamis, 11 Januari 2024

Seindah Bunga Mawar

Seindah Bunga Mawar
Oleh: Sumarjiyati


Seindah dan sewangi bunga mawar
Hadir dan beri penawar
Pada hati yang dulu terbakar
Sembuhkan luka yang mengakar

Sambut hari dengan senyuman
Hilanglah lara akibat kebencian
Sirna di telan angin beserta harapan
'Tuk songsong masa depan

Sepuluh hari pertama 
Hilangkan ego pentingkan kerjasama
Luruskan niat ihtiyar dan doa
Tercapai segala asa

Bersyukur pada Tuhan Yang Esa
Atas segala petunjuk dan hidayahNya
Niscaya kebahagiaan 'kan dirasa
Tentram jiwa meraih RidhoNya

Gunungkidul, 12 Desember 2024

Senin, 08 Januari 2024

Ku Sambut Pelangi

Pelangi pagi pancarkan sinar penuh arti
Sejenak mampu lupakan lara hati
Secercah cahaya yang lama dinanti
Datangnya pelangi bangkitkan jiwa yang mati

Semangat jalani hari
Rajut bersama sang mentari
Selalu ingat ilahi jangan sampai lupa diri
Lika liku kehidupan kan selalu menyertai

Sertakan niat suci 'tuk gapai mimpi
Allah tak pernah ingkat janji
Kan berikan hadiah terindah bagi diri
Yang selalu ihtiyar gapai mimpi

Pelangi hadir setelah hujan
Proses panjang sebuah perjuangan
Kan indah saat waktu yang ditentukan
Senyum kebahagiaan dalam untaian

Gunungkidul, 8 Januari 2023

Menyongsong Bukber SDN Mulusan

Rapat Guru Senin, 18 Maret 2024 Pembukaan Penyampain Program CGP Sambutan sekaligus arahan Kepala Sekolah Lain-lain Penutup Acar...